Bukan Spekulasi, Rupiah ke 15.000/US$ karena Semakin Dicintai

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 May 2020 16:51
valas
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Sejak Senin kemarin, data yang dirilis dari Indonesia menunjukkan pelambatan ekonomi yang signifikan. Rupiah memang melemah Senin kemarin, tetapi hari ini lebih "santai", bahkan berakhir menguat 0,13% di Rp 15.030/US$, meski sebelumnya sempat melemah 0,23% akibat rilis data pertumbuhan ekonomi yang merosot tajam.

Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan pertumbuhan ekonomi (produk domestic bruto/PDB) Indonesia triwulan I-2020 tumbuh 2,97% secara year-on-year (YoY), terendah sejak triwulan IV-2001.

Rilis tersebut jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 4,33% YoY.



Kepala BPS Suhariyanto memaparkan pada triwulan I-2020 ada beberapa catatan peristiwa yang mempengaruhi PDB.

"Penyebaran covid-19 ini membuat ekonomi global terkontraksi," kata Suhariyanto, Selasa (5/4/2020).

Sementara, ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia terkontraksi sebagai akibat adanya pembatasan aktivitas lockdown untuk mengendalikan penyerbaran Covid-19

Harga komoditas migas dan hasil tambang pun pada Triwulan I-2020 menunjukkan penurunan. "Jadi apa yang bisa dilihat adalah semua indikator terpengaruh Covid-19," kata Suhariyanto.

"Pada triwulan I-2020, ekonomi ini mengalami perlambatan yang sangat dalam."



Merespon merosotnya PDB Indonesia, pergerakan rupiah terbilang "santai", tidak terjadi gejolak yang berlebihan.

Pelaku pasar sepertinya sudah "menerima" perekonomian Indonesia melambat, bahkan perekonomian global yang akan mengalami resesi akibat bencana kesehatan Covid-19, dan bukan ulah manusia.

Yang terpenting bagi investor saat ini adakah kemampuan meredam penyebaran Covid-19 dan segara memutar kembali roda perekonomian.
Rilis PDB hari ini melengkapi data yang dirilis awal pekan kemarin yang juga menunjukkan dampak buruk Covid-19.

IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia di angka 27,5 alias mengalami kontraksi. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.

Kemudian BPS merilis pada April 2020 terjadi inflasi sebesar 0,08%. Adapun secara tahunan inflasi berada di 2,67%.

Rendahnya inflasi tersebut menjadi salah satu indikasi penurunan daya beli masyarakat yang menurun, akibat banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah Indonesia.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular