
Efek Covid-19
Kinerja Q1 Emiten Besar Masih Biasa, tapi Awas Rontok di Q2
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
04 May 2020 14:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten dengan nilai kapitalisasi pasar besar di Bursa Efek Indonesia, sudah merilis kinerja keuangan periode kuartal pertama tahun ini. Kendati masih membukukan laba bersih single digit, emiten harus bersiap menghadapi ujian berat pada kuartal kedua imbas pandemi Covid-19.
CNBC Indonesia mencatat, tiga emiten big caps seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), masih mencatatkan kenaikan laba bersih 6,53% menjadi Rp 1,86 triliun dari tahun sebelumnya Rp 1,75 triliun.
Selanjutnya, emiten produsen rokok, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga membukukan kinerja positif dengan kenaikan laba bersih 3,87% secara tahunan menjadi Rp 2,44 triliun dari sebelumnya Rp 2,35 triliun.
Sedangkan, PT Astra International Tbk (ASII), justru mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 8% menjadi Rp 4,81 triliun dari Rp 5,21 triliun di kuartal pertama 2019.
Menurut Head of Research PT Samuel Sekuritas, Suria Dharma, secara keseluruhan emiten big caps masih mencatatkan kinerja positif di tiga bulan pertama 2020, pasalnya kebijakan bekerja dari rumah dan pembatasan sosial mulai berlangsung pada pertengahan Maret 2020. Namun, dia meyakini, situasi yang lebih berat justru akan terjadi pada kuartal kedua mengingat pembatasan sosial berlangsung dalam rentang waktu lama untuk memutus rantai pandemi.
"Secara keseluruhan kinerja Q1-2020 memang belum betul-betul jelek, karena efek dari Covid 19 hanya Maret. Q2-2020 mestinya kurang bagus," kata Suria Dharma, saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (4/5/2020).
Dia menuturkan, kinerja Unilever dan Gudang Garam diperkirakan masih akan sesuai dengan ekspektasi karena kebutuhan konsumsi masyarakat, berbeda dengan Astra yang kena dampak langsung kebijakan PSBB yang menyebabkan permintaan kendaraan menurun cukup tajam.
Hal ini juga sebelumnya disampaikan Presiden Direktur Astra Internasional, Prijono Sugiarto. Penurunan kinerja perseroan secara konsolidasi pada tiga bulan pertama 2020 terutama disebabkan turunnya harga batu bara dan melemahnya kepercayaan konsumen. Kondisi ini, kata Prijono diperkirakan akan bertahan selama beberapa waktu ke depan.
"Selain itu karena dampak pandemi COVID-19 telah bertambah berat dan telah diterapkannya tindakan-tindakan pembatasan untuk menanggulangi pandemi tersebut, kondisi yang dihadapi semakin sulit dan memberikan dampak yang semakin besar terhadap kinerja Grup Astra pada bulan April," kata Prijono Sugiarto, dalam keterangan pers, Senin (27/4/2020).
(hps/hps) Next Article 2018 Rugi, Emiten Minyak Grup Bakrie Cetak Laba pada 2019
CNBC Indonesia mencatat, tiga emiten big caps seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), masih mencatatkan kenaikan laba bersih 6,53% menjadi Rp 1,86 triliun dari tahun sebelumnya Rp 1,75 triliun.
Selanjutnya, emiten produsen rokok, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga membukukan kinerja positif dengan kenaikan laba bersih 3,87% secara tahunan menjadi Rp 2,44 triliun dari sebelumnya Rp 2,35 triliun.
Sedangkan, PT Astra International Tbk (ASII), justru mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 8% menjadi Rp 4,81 triliun dari Rp 5,21 triliun di kuartal pertama 2019.
Menurut Head of Research PT Samuel Sekuritas, Suria Dharma, secara keseluruhan emiten big caps masih mencatatkan kinerja positif di tiga bulan pertama 2020, pasalnya kebijakan bekerja dari rumah dan pembatasan sosial mulai berlangsung pada pertengahan Maret 2020. Namun, dia meyakini, situasi yang lebih berat justru akan terjadi pada kuartal kedua mengingat pembatasan sosial berlangsung dalam rentang waktu lama untuk memutus rantai pandemi.
"Secara keseluruhan kinerja Q1-2020 memang belum betul-betul jelek, karena efek dari Covid 19 hanya Maret. Q2-2020 mestinya kurang bagus," kata Suria Dharma, saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (4/5/2020).
Dia menuturkan, kinerja Unilever dan Gudang Garam diperkirakan masih akan sesuai dengan ekspektasi karena kebutuhan konsumsi masyarakat, berbeda dengan Astra yang kena dampak langsung kebijakan PSBB yang menyebabkan permintaan kendaraan menurun cukup tajam.
Hal ini juga sebelumnya disampaikan Presiden Direktur Astra Internasional, Prijono Sugiarto. Penurunan kinerja perseroan secara konsolidasi pada tiga bulan pertama 2020 terutama disebabkan turunnya harga batu bara dan melemahnya kepercayaan konsumen. Kondisi ini, kata Prijono diperkirakan akan bertahan selama beberapa waktu ke depan.
"Selain itu karena dampak pandemi COVID-19 telah bertambah berat dan telah diterapkannya tindakan-tindakan pembatasan untuk menanggulangi pandemi tersebut, kondisi yang dihadapi semakin sulit dan memberikan dampak yang semakin besar terhadap kinerja Grup Astra pada bulan April," kata Prijono Sugiarto, dalam keterangan pers, Senin (27/4/2020).
(hps/hps) Next Article 2018 Rugi, Emiten Minyak Grup Bakrie Cetak Laba pada 2019
Most Popular