Rupiah Hadapi Perfect Storm, Dolar AS Dekati Rp 15.000

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 May 2020 09:02
Ilustrasi Dollar
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Kombinasi faktor domestik dan eksternal menciptakan 'badai sempurna' (perfect storm) buat rupiah.

Pada Senin (4/5/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.935 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,74% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelum libur Hari Buruh.

Sepanjang pekan lalu, rupiah menguat tajam 3,42% terhadap dolar AS. Tidak hanya terhadap greenback, rupiah pun perkasa di hadapan mata uang utama Asia dan Eropa.


April boleh dibilang adalah bulannya rupiah. Sepanjang bulan lalu, apresiasi rupiah terhadap dolar AS mencapai 9,05%. Luar biasa...



Namun penguatan yang sangat tajam ini membawa 'kutukan'. Rupiah jadi sangat rentan terpeleset karena sudah lari sangat kencang. Mata uang Tanah Air rentan terkena koreksi teknikal.

Investor tentu ada yang merasa keuntungan yang didapat dari rupiah sudah sangat tinggi. Godaan cuan membuat rupiah rawan terpapar aksi jual. Saat ini terjadi, rupiah pasti melemah.

Masih dari dalam negeri, sentimen negatif terbaru adalah rilis data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur. Pada April 2020, IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia di angka 27,5. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI pada April 2011.

 


"Perkiraan terbaru kami adalah ekonomi Indonesia tahun ini hanya tumbuh sekitar 3%. Penutupan pabrik dan pengetatan social distancing membuat pasokan dan permintaan kolaps.

Banyak perusahaan yang melaporkan PHK karena peningkatan biaya yang tidak disertai dengan pendapatan. Data ini menggarisbawahi kerusakan ekonomi Indonesia akibat kebijakan untuk menangani penyebaran virus," papar Bernard Aw, Kepala Ekonom IHS Markit, seperti dikutip dari siaran tertulis.


Sementara dari luar negeri, pelaku pasar mulai mencemaskan risiko perang dagang AS-China yang bisa saja 'bangkit dari kubur'. Presiden AS Donald Trump geram kepada China karena dinilai tidak becus menangani penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sehingga menjadi pandemi global.

Reuters mengabarkan, dua orang sumber di lingkar dalam pemerintah AS mengungkap bahwa ada diskusi untuk membalas China melalui pengenaan bea masuk. Padahal pertengahan Januari lalu kedua negara sudah meneken perjanjian damai dagang Fase I.

"Kami memang sudah menandatangani perjanjian dagang, dan mereka (China) sudah membeli banyak produk AS. Namun itu menjadi nomor dua kala kita melihat kerusakan akibat virus corona. Situasi menjadi tidak bisa diterima," tegas sang sumber.

Well, AS memang boleh dibilang negara yang paling menderita gara-gara virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di Negeri Adidaya per 3 Mei 2020 adalah 1.093.880 orang. Jumlah tersebut adalah 32,65% dari total kasus corona di seluruh dunia.


Akibat serangan virus corona, pemerintah AS terpaksa harus menerapkan social distancing yang menyebabkan aktivitas ekonomi mati suri. Hasilnya jelas, ekonomi AS pada kuartal I-2020 mencatatkan kontraksi (pertumbuhan negatif) -4,8%, terendah sejak Depresi Besar pada 1930-an.



Kalau benar AS sampai membalas China melalui instrumen tarif, maka sudah pasti Negeri Tirai Bambu akan membalas. Kapak perang dagang yang sudah terkubur bakal digali lagi. Ini akan menambah pelik perekonomian global yang sudah terhantam oleh wabah virus corona.

Jadi, hari ini rupiah akan menghadapi perfect storm. Dari dalam negeri, sentimen negatif begitu kental dengan rilis data PMI manufaktur yang jeblok ke titik terendah sepanjang sejarah. Dari sisi eksternal, investor kini harus direpotkan oleh isu virus corona yang tidak kunjung tuntas dan risiko perang dagang AS-China.

Investor mana yang bernyali mengambil risiko dalam 'badai' seperti ini...


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular