
Rupiah Hadapi Perfect Storm, Dolar AS Dekati Rp 15.000
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 May 2020 09:02

Sementara dari luar negeri, pelaku pasar mulai mencemaskan risiko perang dagang AS-China yang bisa saja 'bangkit dari kubur'. Presiden AS Donald Trump geram kepada China karena dinilai tidak becus menangani penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sehingga menjadi pandemi global.
Reuters mengabarkan, dua orang sumber di lingkar dalam pemerintah AS mengungkap bahwa ada diskusi untuk membalas China melalui pengenaan bea masuk. Padahal pertengahan Januari lalu kedua negara sudah meneken perjanjian damai dagang Fase I.
"Kami memang sudah menandatangani perjanjian dagang, dan mereka (China) sudah membeli banyak produk AS. Namun itu menjadi nomor dua kala kita melihat kerusakan akibat virus corona. Situasi menjadi tidak bisa diterima," tegas sang sumber.
Well, AS memang boleh dibilang negara yang paling menderita gara-gara virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di Negeri Adidaya per 3 Mei 2020 adalah 1.093.880 orang. Jumlah tersebut adalah 32,65% dari total kasus corona di seluruh dunia.
Akibat serangan virus corona, pemerintah AS terpaksa harus menerapkan social distancing yang menyebabkan aktivitas ekonomi mati suri. Hasilnya jelas, ekonomi AS pada kuartal I-2020 mencatatkan kontraksi (pertumbuhan negatif) -4,8%, terendah sejak Depresi Besar pada 1930-an.
Kalau benar AS sampai membalas China melalui instrumen tarif, maka sudah pasti Negeri Tirai Bambu akan membalas. Kapak perang dagang yang sudah terkubur bakal digali lagi. Ini akan menambah pelik perekonomian global yang sudah terhantam oleh wabah virus corona.
Jadi, hari ini rupiah akan menghadapi perfect storm. Dari dalam negeri, sentimen negatif begitu kental dengan rilis data PMI manufaktur yang jeblok ke titik terendah sepanjang sejarah. Dari sisi eksternal, investor kini harus direpotkan oleh isu virus corona yang tidak kunjung tuntas dan risiko perang dagang AS-China.
Investor mana yang bernyali mengambil risiko dalam 'badai' seperti ini...
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Reuters mengabarkan, dua orang sumber di lingkar dalam pemerintah AS mengungkap bahwa ada diskusi untuk membalas China melalui pengenaan bea masuk. Padahal pertengahan Januari lalu kedua negara sudah meneken perjanjian damai dagang Fase I.
"Kami memang sudah menandatangani perjanjian dagang, dan mereka (China) sudah membeli banyak produk AS. Namun itu menjadi nomor dua kala kita melihat kerusakan akibat virus corona. Situasi menjadi tidak bisa diterima," tegas sang sumber.
Akibat serangan virus corona, pemerintah AS terpaksa harus menerapkan social distancing yang menyebabkan aktivitas ekonomi mati suri. Hasilnya jelas, ekonomi AS pada kuartal I-2020 mencatatkan kontraksi (pertumbuhan negatif) -4,8%, terendah sejak Depresi Besar pada 1930-an.
Kalau benar AS sampai membalas China melalui instrumen tarif, maka sudah pasti Negeri Tirai Bambu akan membalas. Kapak perang dagang yang sudah terkubur bakal digali lagi. Ini akan menambah pelik perekonomian global yang sudah terhantam oleh wabah virus corona.
Jadi, hari ini rupiah akan menghadapi perfect storm. Dari dalam negeri, sentimen negatif begitu kental dengan rilis data PMI manufaktur yang jeblok ke titik terendah sepanjang sejarah. Dari sisi eksternal, investor kini harus direpotkan oleh isu virus corona yang tidak kunjung tuntas dan risiko perang dagang AS-China.
Investor mana yang bernyali mengambil risiko dalam 'badai' seperti ini...
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular