PDB Hingga Cadev, Inilah Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
03 May 2020 19:20
ihsg

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini menguat empat hari beruntun, menjadi yang terbaik di antara bursa utama Asia mengikuti kabar positif obat Remdesivir efektif untuk mengobati Covid-19.

Mengawali pekan pertama di bulan Mei, pelaku pasar pada pekan ini akan dihadapkan pada bombardir rilis data ekonomi baik dari dalam negeri maupun dari negara-negara maju di luar negeri pada pekan depan.

Ibarat orkestra yang sumbang, riuh-rendah rilis data tersebut bakal terdengar tidak menyenangkan bagi pelaku pasar. Tetapi mereka juga tidak bakal terkejut dan merespons secara panik karena situasi demikian sudah terbaca jauh-jauh hari.

Berikut ini daftar agenda dan rilis data pekan depan yang bakal mempengaruhi arah pergerakan pasar, berdasarkan kompilasi Tim Riset CNBC Indonesia.

Pertama, pasar akan menemukan konfirmasi mengenai ambruknya sektor manufaktur di perekonomian utama dunia akibat pandemi Covid-19. Ini karena pada Senin berbagai negara maju akan merilis Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI).

Di Indonesia, data PMI April, versi Markit, akan dirilis pada Senin. Konsensus Tradingeconomics memperkirakan manufaktur Indonesia masih akan melemah, yakni di level 45 dibandingkan dengan posisi indeks PMI Maret di level 45,3.

 

Korsel akan merilis indeks sama yang juga diperkirakan terkontraksi, bahkan lebih parah dari Indonesia yakni di 38,4 (dari semula 44,2). Di India, data lembaga yang sama juga mengindikasikan manufaktur Negeri Bollywood tertekan hebat di level 43,4 (dari semula 51,8).

Level di bawah 50 dalam indeks PMI mengindikasikan kontraksi, sedangkan di atas 50 menandakan ekspansi. Selanjutnya pada sore hari (WIB) negara-negara Eropa (Prancis, Denmark, dan Italia) menyusul dengan rilis PMI masing-masing.

Kedua, yang tak kalah penting pada Senin, adalah rilis inflasi Indonesia periode April. Polling Refinitiv memperkirakan inflasi tahunan April akan berada di level 2,77% (tahunan) atau lebih rendah dari periode sebelumnya pada 2,96%.

Sementara itu, inflasi bulanan di level 0,17% dari sebelumnya 0,1%. Inflasi inti diprediksi di 2,9% atau relatif sama dengan periode sebelumnya sebesar 2,87%. Setelah rilis data inflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data kunjungan wisatawan.

Di tengah wabah Covid-19, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dipastikan anjlok. Menarik untuk dicermati penurunan itu seberapa parah. Saham maskapai penerbangan dan jasa wisata serta perhotelan bakal terkena dampaknya di pasar.

[Gambas:Video CNBC]



Sentimen ketiga yang juga patut dicermati adalah rilis Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesa per kuartal I-2020. Konsensus Tradingeconomics memperkirakan ekonomi Indonesia masih tumbuh 3,6% secara tahunan (year on year/YOY) tetapi terhitung minus 1,6% secara kuartalan.

Sementara itu, polling Refinitiv memperkirakan angka PDB Indonesia akan tumbuh melambat sebesar 4,04% (tahunan), dibandingkan dengan periode sebelumnya 4,97%. Secara kuartalan, tidak terjadi pertumbuhan dan malah terkontraksi sebesar -1,27%.

Kontraksi kuartalan wajar terjadi karena secara historis pertumbuhan kuartal I biasanya lebih rendah dibanding kuartal IV yang memiliki momen Natal dan Tahun Baru, di mana konsumsi masyarakat Indonesia meningkat dengan laju tertinggi kedua setelah momen Lebaran. Apalagi dengan efek Covid-19 yang mulai menginfeksi ekonomi pada bulan Maret.

Sentimen keempat bakal berasal dari dua raksasa ekonomi dunia, yakni Amerika Serikat (AS) dan China yang akan merilis neraca perdagangan Maret. AS bakal merilis data tersebut Selasa depan, dengan defisit perdagangan US$ 44,2 miliar, memburuk dari defisit sebelumnya US$ 39,9 miliar (menurut polling Revinitif).

Di sisi lain, China merilis neraca perdagangan April yang menurut proyeksi Tradingeconomics bisa mencatatkan defisit US$7,3 miliar, berbalik tajam dari surplus US$19,9 miliar pada periode sebelumnya. Namun polling Revinitif memperkirakan China masih akan surplus US$ 9,7 miliar.

Dari kedua negara tersebut, ada data pendukung yang juga layak dicermati seperti data PMI versi Caixin untuk sektor jasa di China, yang diperkirakan membaik meski masih berada di zona kontraksi, yakni pada level 47,7 (dibanding periode sebelumnya pada 43).

Sementara itu di AS, bakal ada rilis klaim tunjangan pengangguran yang diprediksi membengkak menjadi 20,45 juta pada April, dari posisi sebelumnya 17,99 juta orang.

 

Sentimen kelima berasal dari AS. Energy Information Administration (EIA) bakal merilis data stok minyak mentah, dan bahan bakar minyak (BBM) di Negara Adidaya tersebut, serta minyak olahan untuk periode Mei.

Dinamika minyak masih relevan dicermati karena terbukti memengaruhi risk appetite investor global. Sepanjang pekan lalu, harga minyak Brent dan West Texas Intermediate menguat masing-masing sebesar 24,9% dan 14,8%, ke US$ 26,78 dan US$ 19,44 per barel. Secara bersamaan, IHSG pun melaju ke zona hijau.

Sentimen terkuat terakhir berasal dalam negeri dalam negeri yakni rilis indeks keyakinan bisnis kuartal I pada Kamis yang menurut Tradingeconomics bakal melemah di level 98, dari posisi sebelumnya pada level 104,82.

Selanjutnya pada Jumat, Bank Indonesia (BI) akan merilis cadangan devisa April, yang diperkirakan membaik menjdi US$ 131,1 miliar dari posisi sebelumnya US$ 121 miliar. Perbaikan posisi cadev terjadi menyusul emisi obligasi global senilai US$ 4,3 miliar.

China juga bakal merilis cadangan devisanya pada hari yang sama, yang diprediksi masih kokoh di level US$ 3 triliun, turun tips dari periode sebelumnya US$ 3,06 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular