
Produksi Sumur Migas Bakal Disetop, Harga Minyak Sepekan Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia selama sepekan ini menguat hingga seperempat dari harga akhir pekan lalu, menyusul wacana penghentian produksi sumur migas dan pelonggaran karantina wilayah (lockdown) di beberapa negara.
Harga kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent yang menjadi harga acuan internasional, termasuk Indonesia, pada Jumat (1/5/2020) tercatat menguat 24,9% secara mingguan, ke level US$ 26,78 per barel.
Sementara itu, kontrak serupa untuk minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi acuan di Amerika Serikat (AS) juga naik, tapi dalam laju lebih kecil yakni sebesar 14,8%, ke US$ 19,44 per barel.
Kenaikan harga minyak tersebut terjadi di tengah kabar obat produksi perusahaan farmasi AS Gilead Science efektif untuk menyembuhkan pasien Covid-19. Pasien yang mendapat terapi dengan Remdesivir, nama obat tersebut, menunjukkan perbaikan dan bisa meninggalkan rumah sakit dalam kurun waktu dua pekan.
Hal itu memicu spekulasi wacana pelonggaran lockdown yang dikemukakan beberapa negara maju, termasuk beberapa negara bagian di AS, kian mendekati kenyataan. Ketika bisnis diizinkan beroperasi secara terbatas, ada harapan perbaikan konsumsi energi utama dunia.
Di sisi lain, CNBC International melaporkan munculnya spekulasi bahwa para raksasa minyak dunia telah menyiapkan beberapa skenario untuk mengatasi kelebihan pasokan di tengah permintaan yang anjlok akibat infeksi virus corona baru penyebab Covid-19.
Beberapa skenario tersebut meliputi penggunaan tanker yang biasanya hanya untuk mengirim minyak mentah, menjadi untuk menampung minyak dengan bersandar di pelabuhan sampai dengan permintaan kembali normal. Selain itu, ada opsi menyetop produksi di sumur migas.
"Tsunami penyetopan produksi akan datang... Ini tidak mengejutkan. Mereka berencana mulai mematikan produksi," tutur Chief Investment Officer Pickering Energy Partners, Dan Pickering, dalam cuitannya pada Rabu kemarin.
Opsi menyetop aliran minyak dari sumur migas selama ini sangat jarang dipakai, karena berkonsekuensi buruk bagi cekungan migas di perut bumi karena tekanan yang tertahan, dan bisa merusak sumur migas tersebut dan bisa mengganggu kelangsungan produksi dalam jangka panjang.
Namun, Pickering mengklaim telah ngobrol dengan beberapa petinggi perusahaan minyak yang berstatus perusahaan terbuka (tbk) maupun non-tbk dan mendapatkan bocoran mengenai rencana itu. Pasar minyak bereaksi positif terhadap wacana ini. Minyak Brent yang terkoreksi pada Selasa, langsung berbalik menguat pada Rabu, diikuti WTI pada Kamis.
(ags/miq) Next Article Helikopter Presiden Iran Kecelakaan, Harga Minyak Dunia Mendidih