
PDB Hingga Cadev, Inilah Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan

Sentimen ketiga yang juga patut dicermati adalah rilis Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesa per kuartal I-2020. Konsensus Tradingeconomics memperkirakan ekonomi Indonesia masih tumbuh 3,6% secara tahunan (year on year/YOY) tetapi terhitung minus 1,6% secara kuartalan.
Sementara itu, polling Refinitiv memperkirakan angka PDB Indonesia akan tumbuh melambat sebesar 4,04% (tahunan), dibandingkan dengan periode sebelumnya 4,97%. Secara kuartalan, tidak terjadi pertumbuhan dan malah terkontraksi sebesar -1,27%.
Kontraksi kuartalan wajar terjadi karena secara historis pertumbuhan kuartal I biasanya lebih rendah dibanding kuartal IV yang memiliki momen Natal dan Tahun Baru, di mana konsumsi masyarakat Indonesia meningkat dengan laju tertinggi kedua setelah momen Lebaran. Apalagi dengan efek Covid-19 yang mulai menginfeksi ekonomi pada bulan Maret.
Sentimen keempat bakal berasal dari dua raksasa ekonomi dunia, yakni Amerika Serikat (AS) dan China yang akan merilis neraca perdagangan Maret. AS bakal merilis data tersebut Selasa depan, dengan defisit perdagangan US$ 44,2 miliar, memburuk dari defisit sebelumnya US$ 39,9 miliar (menurut polling Revinitif).
Di sisi lain, China merilis neraca perdagangan April yang menurut proyeksi Tradingeconomics bisa mencatatkan defisit US$7,3 miliar, berbalik tajam dari surplus US$19,9 miliar pada periode sebelumnya. Namun polling Revinitif memperkirakan China masih akan surplus US$ 9,7 miliar.
Dari kedua negara tersebut, ada data pendukung yang juga layak dicermati seperti data PMI versi Caixin untuk sektor jasa di China, yang diperkirakan membaik meski masih berada di zona kontraksi, yakni pada level 47,7 (dibanding periode sebelumnya pada 43).
Sementara itu di AS, bakal ada rilis klaim tunjangan pengangguran yang diprediksi membengkak menjadi 20,45 juta pada April, dari posisi sebelumnya 17,99 juta orang.
Sentimen kelima berasal dari AS. Energy Information Administration (EIA) bakal merilis data stok minyak mentah, dan bahan bakar minyak (BBM) di Negara Adidaya tersebut, serta minyak olahan untuk periode Mei.
Dinamika minyak masih relevan dicermati karena terbukti memengaruhi risk appetite investor global. Sepanjang pekan lalu, harga minyak Brent dan West Texas Intermediate menguat masing-masing sebesar 24,9% dan 14,8%, ke US$ 26,78 dan US$ 19,44 per barel. Secara bersamaan, IHSG pun melaju ke zona hijau.
Sentimen terkuat terakhir berasal dalam negeri dalam negeri yakni rilis indeks keyakinan bisnis kuartal I pada Kamis yang menurut Tradingeconomics bakal melemah di level 98, dari posisi sebelumnya pada level 104,82.
Selanjutnya pada Jumat, Bank Indonesia (BI) akan merilis cadangan devisa April, yang diperkirakan membaik menjdi US$ 131,1 miliar dari posisi sebelumnya US$ 121 miliar. Perbaikan posisi cadev terjadi menyusul emisi obligasi global senilai US$ 4,3 miliar.
China juga bakal merilis cadangan devisanya pada hari yang sama, yang diprediksi masih kokoh di level US$ 3 triliun, turun tips dari periode sebelumnya US$ 3,06 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ags/miq)