
Corona, Resesi Ekonomi & Babak Baru Perang Dagang AS-China
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 May 2020 12:24

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund) dalam laporan terbaru yang dirilis pertengahan April lalu dengan judul The Great Lockdown, memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.
Lembaga yang berkantor pusat di Washington tersebut juga menyatakan krisis yang terjadi kali ini jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis finansial global tahun 2008.
"Ini adalah krisis yang tidak sama dengan krisis lainnya. Sekarang begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hidup dan kehidupan manusia. Kita bergantung kepada epidemologi dari sang virus, efektivitas upaya pencegahan penularan, pengembangan vaksin, yang semuanya tidak mudah untuk diprediksi," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.
Perekonomian AS, sebagai yang terbesar di muka bumi ini diprediksi minus 5,9% di tahun ini. Kemudian China, negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua setelah AS diprediksi hanya akan tumbuh 1,3%.
Tetapi kabar bagusnya, untuk tahun depan perekonomian diprediksi akan melesat. Secara global diramal tumbuh 5,8% di tahun 2021, AS akan tumbuh 4,7% dan China 9,2%.
Itu artinya kurva pemulihan ekonomi akan berbentuk V-shape, artinya merosot tajam dalam waktu singkat, kemudian langsung melesat naik lagi.
Tetapi kini mulai banyak yang meragukan pemulihan V-shape tersebut, dan lebih melihat kemungkinan U-shape, artinya pertumbuhan ekonomi agak lama mengalami resesi sebelum bangkit kembali.
Reuters menggelar jajak pendapat yang melibatkan 155 ekonom yang hasilnya lumayan mengkhawatirkan. Median dari survei tersebut adalah, ekonomi global diperkirakan terkontraksi -2% pada tahun ini. Lebih dalam dibandingkan survei tiga pekan lalu yang menghasilkan median -1,2%.
Bukan cuma itu, hal yang perlu diperhatikan adalah seberapa lama waktu yang dibutuhkan agar perekonomian dunia bisa pulih. Ternyata sekitar 56% responden memperkirakan pola pemulihan ekonomi akan berbentuk U-shape.
"Ekonomi dunia jatuh dalam kecepatan yang belum pernah terlihat sejak Perang Dunia II. Sampai vaksin ditemukan dan diproduksi massal, maka pemulihan ekonomi akan lebih ke arah U-shape ketimbang V-Shape," kata Michael Hanson, Ekonom Senior JPMorgan, seperti dikutip dari Reuters.
Hasil survei tersebut tentunya belum memperhitungkan babak baru perang dagang AS-China. Jika itu sampai terjadi, di saat pandemi Covid-19 belum lenyap dari muka bumi ini, maka resesi berkepanjangan bisa terjadi, dan kurva ekonomi bisa menjadi L-shape.
Hal tersebut diungkapkan oleh Peter Chatwell, kepala strategi multi-aset di Mizuho International Plc. London.
"Jika ini (perang dagang) tereskalasi maka sentimen akan rusak, dan harapan pemulihan ekonomi yang sebelumnya U-shape akan lebih mendatar menjadi L-shape" kata Chatwell sebagaimana dilansir Bloomberg News.
L-shape merupakan pemulihan ekonomi yang lebih dramatis ketimbang U-shape, dimana perekonomian global mengalami resesi, kemudian memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa pulih.
Perekonomian global masih jauh dari kata pulih akibat pandemi Covid-19, kini sudah muncul isu babak baru perang dagang, tantangan yang dihadapi pun semakin besar, jangan sampai terjadi resesi berkepanjangan hingga akhirnya menjadi depresi.
(pap/pap)
Lembaga yang berkantor pusat di Washington tersebut juga menyatakan krisis yang terjadi kali ini jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis finansial global tahun 2008.
"Ini adalah krisis yang tidak sama dengan krisis lainnya. Sekarang begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hidup dan kehidupan manusia. Kita bergantung kepada epidemologi dari sang virus, efektivitas upaya pencegahan penularan, pengembangan vaksin, yang semuanya tidak mudah untuk diprediksi," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.
Tetapi kabar bagusnya, untuk tahun depan perekonomian diprediksi akan melesat. Secara global diramal tumbuh 5,8% di tahun 2021, AS akan tumbuh 4,7% dan China 9,2%.
![]() |
Itu artinya kurva pemulihan ekonomi akan berbentuk V-shape, artinya merosot tajam dalam waktu singkat, kemudian langsung melesat naik lagi.
Tetapi kini mulai banyak yang meragukan pemulihan V-shape tersebut, dan lebih melihat kemungkinan U-shape, artinya pertumbuhan ekonomi agak lama mengalami resesi sebelum bangkit kembali.
Reuters menggelar jajak pendapat yang melibatkan 155 ekonom yang hasilnya lumayan mengkhawatirkan. Median dari survei tersebut adalah, ekonomi global diperkirakan terkontraksi -2% pada tahun ini. Lebih dalam dibandingkan survei tiga pekan lalu yang menghasilkan median -1,2%.
Bukan cuma itu, hal yang perlu diperhatikan adalah seberapa lama waktu yang dibutuhkan agar perekonomian dunia bisa pulih. Ternyata sekitar 56% responden memperkirakan pola pemulihan ekonomi akan berbentuk U-shape.
"Ekonomi dunia jatuh dalam kecepatan yang belum pernah terlihat sejak Perang Dunia II. Sampai vaksin ditemukan dan diproduksi massal, maka pemulihan ekonomi akan lebih ke arah U-shape ketimbang V-Shape," kata Michael Hanson, Ekonom Senior JPMorgan, seperti dikutip dari Reuters.
Hasil survei tersebut tentunya belum memperhitungkan babak baru perang dagang AS-China. Jika itu sampai terjadi, di saat pandemi Covid-19 belum lenyap dari muka bumi ini, maka resesi berkepanjangan bisa terjadi, dan kurva ekonomi bisa menjadi L-shape.
Hal tersebut diungkapkan oleh Peter Chatwell, kepala strategi multi-aset di Mizuho International Plc. London.
"Jika ini (perang dagang) tereskalasi maka sentimen akan rusak, dan harapan pemulihan ekonomi yang sebelumnya U-shape akan lebih mendatar menjadi L-shape" kata Chatwell sebagaimana dilansir Bloomberg News.
L-shape merupakan pemulihan ekonomi yang lebih dramatis ketimbang U-shape, dimana perekonomian global mengalami resesi, kemudian memerlukan waktu yang sangat lama untuk bisa pulih.
Perekonomian global masih jauh dari kata pulih akibat pandemi Covid-19, kini sudah muncul isu babak baru perang dagang, tantangan yang dihadapi pun semakin besar, jangan sampai terjadi resesi berkepanjangan hingga akhirnya menjadi depresi.
(pap/pap)
Pages
Most Popular