
Efek Corona, Perusahaan Warren Buffett Rugi Rp 771 T di Q1
Rahajeng Kusumo, CNBC Indonesia
02 May 2020 21:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan investasi milik Warren Buffett, Berkshire Hathaway Inc, membukukan rekor kerugian bersih hampir US$ 50 miliar akibat pandem Covid-19 yang menghantam pasar saham AS. Nilai kerugian itu hampir setara dengan Rp 775 triliun, asumsi kurs Rp 15.500/US$.
Kerugian bersih kuartal I-2020 mencapai US$ $ 49,75 miliar (Rp 771 triliun), atau US$ 30.653 per saham (Rp 475 juta) Kelas A. Ini mencerminkan US$ 54,52 miliar dari kerugian investasi, terutama investasi saham biasa.
Setahun sebelumnya, laba bersih Berkshire yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) atau Wall Street, mencapai US$ 21,66 miliar, atau US$ 13.209 per saham.
Laba operasional di kuartal ini dianggap Buffett sebagai kinerja yang sebetulnya lebih baik di saat pandemi berlangsung, atau naik 6% menjadi US$ 5,87 miliar (Rp 91 triliun) atau sebesar US$ 3.624 per saham Kelas A dari sebelumnya senilai US$ 5,56 miliar atau US$ 3.388 per saham.
Indeks S&P 500 di Wall Street AS turun 20% pada kuartal pertama. Hal ini membuat portofolio Berkshire di beberapa perusahaan besar menurun signifikan, beberapa di antaranya American Express, Bank of America, Wells Fargo dan empat maskapai penerbangan yakni American, Delta, Southwest dan United.
Dilansir dari CNBC International, bisnis Berkshire yang fokus pada investasi di perusahaan-perusahaan besar juga terdampak corona, seperti banyak perusahaan Amerika lainnya. Pandemi Covid-19 menurunkan pada volume di jalur kereta BNSF dan memaksa bisnis ritel seperti See's Candies untuk tutup sementara waktu.
Manajemen Berkshire menyatakan sebagian besar bisnis Berkshire merugi akibat pandemi ini, dengan dampak sejauh ini mulai dari level yang masih dianggap "relatif kecil hingga parah," dan pendapatan bisnis yang dianggap "penting" juga melambat pada April.
Vice Chairman Charlie Munger mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa beberapa bisnis kecil Berkshire mungkin akan tutup sama sekali.
Aturan akuntansi di AS mengharuskan Berkshire haru melaporkan kerugian dan keuntungan saham yang belum direalisasi (unrealized) untuk dimasukkan dalam perhitungan laba. Ini menyebabkan perubahan besar dalam laba bersih Berkshire yang dianggap Buffett sebetulnya tidak berarti.
Meskipun demikian, kendati merugi, Berkshire masih kuat dengan jumlah kas yang jumbo karena selama ini hampir 4 tahun terakhir tak digunakan untuk akuisisi. Kas Berkshire hingga saat ini mencapai US$ 137,3 miliar uang tunai atau setara Rp 2.128 triliun.
(tas/tas) Next Article Jelang RUPSLB, Ini Pesan Buffett untuk Para Investor
Kerugian bersih kuartal I-2020 mencapai US$ $ 49,75 miliar (Rp 771 triliun), atau US$ 30.653 per saham (Rp 475 juta) Kelas A. Ini mencerminkan US$ 54,52 miliar dari kerugian investasi, terutama investasi saham biasa.
Setahun sebelumnya, laba bersih Berkshire yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) atau Wall Street, mencapai US$ 21,66 miliar, atau US$ 13.209 per saham.
Laba operasional di kuartal ini dianggap Buffett sebagai kinerja yang sebetulnya lebih baik di saat pandemi berlangsung, atau naik 6% menjadi US$ 5,87 miliar (Rp 91 triliun) atau sebesar US$ 3.624 per saham Kelas A dari sebelumnya senilai US$ 5,56 miliar atau US$ 3.388 per saham.
Indeks S&P 500 di Wall Street AS turun 20% pada kuartal pertama. Hal ini membuat portofolio Berkshire di beberapa perusahaan besar menurun signifikan, beberapa di antaranya American Express, Bank of America, Wells Fargo dan empat maskapai penerbangan yakni American, Delta, Southwest dan United.
Dilansir dari CNBC International, bisnis Berkshire yang fokus pada investasi di perusahaan-perusahaan besar juga terdampak corona, seperti banyak perusahaan Amerika lainnya. Pandemi Covid-19 menurunkan pada volume di jalur kereta BNSF dan memaksa bisnis ritel seperti See's Candies untuk tutup sementara waktu.
Manajemen Berkshire menyatakan sebagian besar bisnis Berkshire merugi akibat pandemi ini, dengan dampak sejauh ini mulai dari level yang masih dianggap "relatif kecil hingga parah," dan pendapatan bisnis yang dianggap "penting" juga melambat pada April.
Vice Chairman Charlie Munger mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa beberapa bisnis kecil Berkshire mungkin akan tutup sama sekali.
Aturan akuntansi di AS mengharuskan Berkshire haru melaporkan kerugian dan keuntungan saham yang belum direalisasi (unrealized) untuk dimasukkan dalam perhitungan laba. Ini menyebabkan perubahan besar dalam laba bersih Berkshire yang dianggap Buffett sebetulnya tidak berarti.
Meskipun demikian, kendati merugi, Berkshire masih kuat dengan jumlah kas yang jumbo karena selama ini hampir 4 tahun terakhir tak digunakan untuk akuisisi. Kas Berkshire hingga saat ini mencapai US$ 137,3 miliar uang tunai atau setara Rp 2.128 triliun.
(tas/tas) Next Article Jelang RUPSLB, Ini Pesan Buffett untuk Para Investor
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular