
Internasional
Awas Perang Dagang Bangkit, Ini Ancaman Baru Trump ke China
Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
01 May 2020 07:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan Amerika Serikat dan China soal asal usul virus corona baru (COVID-19) yang kini jadi pandemi global sepertinya bisa berimbas pada perang dagang kedua negara. Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan ia bisa saja melakukan sesuatu dengan tarif jika diperlukan.
Hal ini dikatakan Trump dalam konferensi pers dengan wartawan di Gedung Putih, Kamis (30/4/2020) waktu setempat. "Bisa saja melakukan sesuatu dengan tarif," katanya sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (1/5/2020).
Sebelumnya, Trump mengaku memiliki bukti yang bisa menghubungkan bahwa COVID-19 berawal dari Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium di China. Bahkan ia mengatakan memiliki kepercayaan sangat tinggi.
"Ya, ya saya lihat (bukti)," katanya. "Saya tidak bisa memberi tahu Anda tentang ini. Saya tidak diizinkan memberi tahu kepada Anda (wartawan) soal ini."
Sebagaimana diketahui sejak 2018, AS dan China terjebak dalam Perang Dagang. Trump menaikkan bea masuk pada produk China, dari elektronik hingga barang konsumen.
Sebagai gantinya, China memukul pertanian AS dan produk lainnya dengan tarif balasan. Namun, keduanya sepakat melakukan perdamaian parsial "Fase 1" pada 15 Februari lalu.
Dari data Worldometers, ada 3,3 juta orang terinfeksi corona. Di mana angka kematian mencapai 233 ribu dan angka kesembuhan 1,3 juta kasus.
Terdapat 212 negara dan teritori yang terinfeksi corona. AS menjadi negara dengan kasus terbanyak yakni 1,093 juta orang, di mana ada 63 ribu kasus kematian dan 151 ribu orang sembuh.
China sendiri mencatat penurunan kasus signifikan dua bulan ini. Secara total China mencatat ada 82 ribu kasus COVID-19, dengan 4.633 kematian dan 77 ribu orang sembuh.
(sef/sef) Next Article AS-China Teken Janji Damai Besok, Perang Dagang Berakhir?
Hal ini dikatakan Trump dalam konferensi pers dengan wartawan di Gedung Putih, Kamis (30/4/2020) waktu setempat. "Bisa saja melakukan sesuatu dengan tarif," katanya sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (1/5/2020).
"Ya, ya saya lihat (bukti)," katanya. "Saya tidak bisa memberi tahu Anda tentang ini. Saya tidak diizinkan memberi tahu kepada Anda (wartawan) soal ini."
Sebagaimana diketahui sejak 2018, AS dan China terjebak dalam Perang Dagang. Trump menaikkan bea masuk pada produk China, dari elektronik hingga barang konsumen.
Sebagai gantinya, China memukul pertanian AS dan produk lainnya dengan tarif balasan. Namun, keduanya sepakat melakukan perdamaian parsial "Fase 1" pada 15 Februari lalu.
Dari data Worldometers, ada 3,3 juta orang terinfeksi corona. Di mana angka kematian mencapai 233 ribu dan angka kesembuhan 1,3 juta kasus.
Terdapat 212 negara dan teritori yang terinfeksi corona. AS menjadi negara dengan kasus terbanyak yakni 1,093 juta orang, di mana ada 63 ribu kasus kematian dan 151 ribu orang sembuh.
China sendiri mencatat penurunan kasus signifikan dua bulan ini. Secara total China mencatat ada 82 ribu kasus COVID-19, dengan 4.633 kematian dan 77 ribu orang sembuh.
(sef/sef) Next Article AS-China Teken Janji Damai Besok, Perang Dagang Berakhir?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular