
Internasional
Perang AS-Iran Bakal 'Ganggu' Deal Damai AS-China?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
14 January 2020 15:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu mengenai perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China mendominasi perhatian banyak investor pada 2019. Namun tahun ini, isu itu kemungkinan akan tertutupi kabar panasnya hubungan antara AS-Iran.
"Saya sebenarnya berpikir ini (konflik AS-Iran) akan menjadi masalah yang lebih penting bagi investor tahun ini daripada (perang dagang) China-AS," kata Alastair Newton, direktur Alavan Business Advisory dan mantan diplomat Inggris, dalam acara Squawk Box Asia CNBC International, Senin (13/1/2020).
Newton bahkan menyebut akan ada lebih banyak pembalasan Iran tahun ini. "Hal ini akan membuat hubungan kedua negara yang sudah buruk menjadi lebih buruk," katanya lagi.
Seperti diketahui, hubungan AS-Iran mulai memanas sejak awal tahun lalu. Itu dimulai oleh serangan drone AS ke Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada 3 Januari lalu. Dalam serangan itu, beberapa tokoh penting Iran tewas, termasuk pemimpin pasukan Quds Jenderal Qassem Soleimani.
Serangan AS itu diperintahkan oleh Presiden Donald Trump. Presiden kontroversial itu menyebut memerintahkan serangan karena beberapa waktu sebelumnya Iran telah melakukan serangan ke pangkalan militer AS di Irak, dan menewaskan seorang kontraktor AS.
"Iran membunuh kontraktor Amerika, melukai banyak orang. Kami akan merespons itu, dan akan selalu merespons. Sekarang Iran merancang serangan di Kedutaan AS di Irak. Mereka akan bertanggung jawab penuh. Sebagai tambahan, kami harap Irak menggunakan pasukan mereka untuk melindungi Kedutaan, oleh karenanya diberitahukan!" cuit Trump.
Akibat ini, Iran melakukan pembalasan. Pekan lalu Iran menembakkan rudal ke dua pangkalan militer Irak yang menampung pasukan AS. Keesokan harinya, yaitu pada Kamis (9/1/2020) Iran dikabarkan kembali melakukan serangan. Namun AS menyebut tidak ada warganya yang menjadi korban.
Lebih lanjut, Newton mengatakan meski AS telah membunuh Soleimani, namun Iran masih memiliki koalisi yang mungkin akan melanjutkan tujuan Soleimani. Ini bisa menjadi isu yang terus menutupi kabar hubungan dagang AS-China.
"Saya pikir pasukan asing Iran ... masih merupakan ancaman signifikan di kawasan itu, mengejar tujuan jangka panjang Iran," katanya, sebagaimana dilaporkan CNBC International.
Sebagai informasi, dalam hubungan dagangnya dengan China, AS telah banyak mencapai kemajuan. Kedua negara dijadwalkan untuk menandatangani kesepakatan dagang Fase I pada Rabu besok di Washington.
Dalam penandatanganan kesepakatan dagang, negosiator utama, termasuk Menteri Keuangan Steven Mnuchin, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, dan yang lainnya diperkirakan akan hadir.
Sebelumnya Mnuchin juga telah mengkonfirmasi bahwa teks kesepakatan dagang yang dilahirkan kedua negara pada Oktober lalu itu sudah selesai digarap.
"Kami telah menyelesaikan proses penerjemahan yang saya pikir kami sebelumnya sebut sebagai masalah teknis," kata Mnuchin kepada Fox News, Minggu.
"Dan orang-orang bisa melihat. Ini adalah perjanjian yang sangat, sangat luas."
(sef/sef) Next Article Harga Minyak Bisa "Gila" Jika AS-Iran Naikan Tensi Militer
"Saya sebenarnya berpikir ini (konflik AS-Iran) akan menjadi masalah yang lebih penting bagi investor tahun ini daripada (perang dagang) China-AS," kata Alastair Newton, direktur Alavan Business Advisory dan mantan diplomat Inggris, dalam acara Squawk Box Asia CNBC International, Senin (13/1/2020).
Newton bahkan menyebut akan ada lebih banyak pembalasan Iran tahun ini. "Hal ini akan membuat hubungan kedua negara yang sudah buruk menjadi lebih buruk," katanya lagi.
Serangan AS itu diperintahkan oleh Presiden Donald Trump. Presiden kontroversial itu menyebut memerintahkan serangan karena beberapa waktu sebelumnya Iran telah melakukan serangan ke pangkalan militer AS di Irak, dan menewaskan seorang kontraktor AS.
"Iran membunuh kontraktor Amerika, melukai banyak orang. Kami akan merespons itu, dan akan selalu merespons. Sekarang Iran merancang serangan di Kedutaan AS di Irak. Mereka akan bertanggung jawab penuh. Sebagai tambahan, kami harap Irak menggunakan pasukan mereka untuk melindungi Kedutaan, oleh karenanya diberitahukan!" cuit Trump.
Akibat ini, Iran melakukan pembalasan. Pekan lalu Iran menembakkan rudal ke dua pangkalan militer Irak yang menampung pasukan AS. Keesokan harinya, yaitu pada Kamis (9/1/2020) Iran dikabarkan kembali melakukan serangan. Namun AS menyebut tidak ada warganya yang menjadi korban.
Lebih lanjut, Newton mengatakan meski AS telah membunuh Soleimani, namun Iran masih memiliki koalisi yang mungkin akan melanjutkan tujuan Soleimani. Ini bisa menjadi isu yang terus menutupi kabar hubungan dagang AS-China.
"Saya pikir pasukan asing Iran ... masih merupakan ancaman signifikan di kawasan itu, mengejar tujuan jangka panjang Iran," katanya, sebagaimana dilaporkan CNBC International.
Sebagai informasi, dalam hubungan dagangnya dengan China, AS telah banyak mencapai kemajuan. Kedua negara dijadwalkan untuk menandatangani kesepakatan dagang Fase I pada Rabu besok di Washington.
Dalam penandatanganan kesepakatan dagang, negosiator utama, termasuk Menteri Keuangan Steven Mnuchin, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, dan yang lainnya diperkirakan akan hadir.
Sebelumnya Mnuchin juga telah mengkonfirmasi bahwa teks kesepakatan dagang yang dilahirkan kedua negara pada Oktober lalu itu sudah selesai digarap.
"Kami telah menyelesaikan proses penerjemahan yang saya pikir kami sebelumnya sebut sebagai masalah teknis," kata Mnuchin kepada Fox News, Minggu.
"Dan orang-orang bisa melihat. Ini adalah perjanjian yang sangat, sangat luas."
(sef/sef) Next Article Harga Minyak Bisa "Gila" Jika AS-Iran Naikan Tensi Militer
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular