Percuma Turunkan Bunga Kalau Kita Masih #dirumahaja

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 April 2020 08:07
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuan. Meski ekonomi Negeri Paman Sam terkontraksi (tumbuh negatif), tetapi memberi stimulus berupa penurunan suku bunga acuan memang kurang tepat untuk saat ini.

"Komite memutuskan untuk mempertahankan Federal Funds Rate di kisaran 0-0,25%. Suku bunga akan terus dipertahankan hingga ada keyakinan bahwa ekonomi sudah pulih dari dampak perkembangan terkini selaras dengan tujuan penciptaan lapangan kerja dan kestabilan harga," sebut keterangan tertulis Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC), yang dirilis Kamis (30/4/2020) dini hari waktu Indonesia.



Sejak awal tahun, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan sejawat sudah menurunkan suku bunga acuan 150 basis poin (bps), Federal Funds Rate sudah turun ke level yang sama ketika AS dilanda krisis keuangan pada 2008-2009.

 

Namun penurunan suku bunga acuan tidak bisa menghentikan kejatuhan ekonomi Negeri Adidaya. Pada kuartal I-2020, ekonomi AS terkontraksi 4,8% yang merupakan pencapaian terburuk sejak awal 2009.




Pada kuartal II-2020, kontraksi ekonomi AS kemungkinan bakal lebih parah. Sebab pada kuartal II-2020, upaya penanggulangan penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) lebih ketat dibandingkan kuartal sebelumnya.

"Kalau ekonomi AS terpukul begitu keras pada kuartal I, di mana hanya kurang dari sebulan lockdown (karantina wilayah) diterapkan di berbagai negara bagian, maka jangan tanya bagaimana kontraksi pada kuartal II. Bakal jadi bencana," tegas Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.


[Gambas:Video CNBC]



Namun bukan berarti The Fed tidak berbuat apa-apa. The Fed akan melanjutkan pembelian obligasi pemerintah AS dan surat berharga berbasis properti (mortgage-backed securities) agar pasar berjalan normal. Sebagai tambahan, The Fed juag akan melanjutkan operasi term repo jangka pendek dalam skala besar.

Selain itu, The Fed juga menggelontorkan stimulus US$ 2,3 triliun dalam bentuk fasilitas pinjaman lunak kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). The Fed pun membantu negara bagian yang mengalami tekanan berat akibat pandemi virus corona.

"Kami melakukan semua yang kami bisa. Kami akan terus menggunakan berbagai instrumen untuk memastikan saat ekonomi pulih, lajunya akan sekencang mungkin," tegas Powell dalam keterangan pers usai rapat, seperti diwartakan Reuters.


Ya, stimulus moneter dalam bentuk penurunan suku bunga saat ini memang agak percuma. Penurunan suku bunga diharapkan bisa mendorong permintaan kredit oleh rumah tangga dan korporasi.

Namun pembatasan sosial (social distancing) untuk mempersempit ruang gerak penyebaranv virus corona membuat aktivitas ekonomi lesu, baik itu oleh rumah tangga maupun perusahaan. Saat aktivitas ekonomi loyo, apalagi orang-orang masih #dirumahaja, suku bunga kredit 0% pun tidak bakal laku.

Penurunan suku bunga baru akan efektif ketika ekonomi sudah mulai bangkit berdiri. Kala permintaan mulai tumbuh, rangsangan berupa suku bunga rendah akan sangat membantu.

Untuk saat ini, panggung memang lebih bermanfaat bila diberikan kepada otoritas fiskal. Sebab, stimulus fiskal akan langsung dirasakan oleh sektor riil, oleh rumah tangga, oleh pengusaha. Termasuk stimulus fiskal untuk bidang kesehatan yang diharapkan mampu membuat wabah cepat berlalu.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular