Investor Pindah ke Saham, Pasar Obligasi RI Tertekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada hari ini, Selasa (28/4/2020) melemah di tengah bangkitnya minat investor terhadap aset berisiko (risk appetite).
Pasar saham global pada perdagangan hari Selasa ini, terpantau menguat di tengah stimulus lanjutan yang digelontorkan oleh pemerintah dan bank sentral dunia. Di sisi lain, pelonggaran pembatasan wilayah (lockdown) turut menopang aset berisiko.
Penurunan harga obligasi pemerintah senada dengan pelemahan yang terjadi di pasar surat utang negara maju dan berkembang, kendati variatif.
Data Refinitiv menunjukkan penurunan harga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari tiga seri acuan (benchmark). Ketiga seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, sementara FR0083 bertenor 20 tahun mengalami pengutan.
Seri acuan yang paling menguathari ini adalah FR0083 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 0,70 basis poin (bps) menjadi 8,044%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Yield Obligasi Negara Acuan 28 Apr'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 27 Apr'20 (%) | Yield 28 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 28 Apr'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 7.272 | 7.417 | 14.50 | 7.5290 |
FR0082 | 10 tahun | 7.923 | 7.993 | 7.00 | 8.0751 |
FR0080 | 15 tahun | 8.009 | 8.027 | 1.80 | 8.0472 |
FR0083 | 20 tahun | 8.051 | 8.044 | -0.70 | 8.0786 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga turun. Indeks tersebut turun 0,41 poin (0,16%) menjadi 265,30 dari posisi kemarin 265,71.
Penurunan di pasar surat utang hari ini senada dengan pelemahan rupiah di pasar valas. Pada Selasa (28/4/2020), Rupiah melemah 0,46% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 15.380/US$ di pasar spot.
Selain itu, pada Selasa ini, pemerintah melakukan lelang tujuh seri Surat Utang Negara (SUN) guna memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020.
Target indikatif pada lelang hari ini sebesar Rp 20 triliun dengan target maksimal Rp 40 triliun. Permintaan yang masuk senilai Rp 44,399 triliun, dan pemerintah memenangkan sebesar Rp 16,62 triliun dari tujuh seri tersebut, mengacu data DJPPR Kementerian Keuangan.
Mengacu dari hasil lelang yang masuk, investor masih cukup optimis terhadap aset pendapatan tetap (fixed income) ini. Hal tersebut terlihat dari pencapaian permintaan yang melewati target maksimal yang diproyeksikan pemerintah. Artinya minat investor terhadap obligasi pemerintah masih tinggi.
Hasil Lelang Surat Utang Negara (SUN) | |||||||
28-Apr-20 | Seri |
|
|
|
| ||
| SPN03200729 | SPN12210429 | FR0081 | FR0082 | FR0080 | FR0083 | FR0076 |
Jatuh tempo | 29-Jul-20 | 29-Apr-21 | 15-Jun-25 | 15-Sep-30 | 15-Jun-35 | 15 April 2040 | 15 May 2048 |
Yield rerata tertimbang | 3.500% | 3.540% | 7.570% | 8.086% | 8.126% | 8.165% | 8.241% |
Penawaran masuk | 0,250 | 0,260 | 17,0755 | 12,431 | 5,4929 | 6,2298 | 2,6598 |
Sumber : djppr.kemenkeu.go.id
Obligasi RI Terburuk Kedua
Koreksi harga SUN senada dengan pelemahan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya, meski bervariasi. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN tenor 10 tahun menjadi yang terburuk kedua setelah Brasil.
Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau bervariasi, yang mengalami variatif tingkat yield. Sementara surat utang negara yang paling menguat yaitu obligasi Filipina yang mengalami penurunan tingkat yield 10 basis poin (bps).
Hal tersebut mencerminkan investor global kembali masuk ke aset berisiko di tengah sejumlah stimulus lanjutan dari pemerintah dan bank sentral dunia serta rencana penerapan pelonggaran lockdown sejumlah negara.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 27 Apr'20 (%) | Yield 28 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 7.275 | 8.49 | 121.50 |
China (A+) | 2.521 | 2.518 | -0.30 |
Jerman (AAA) | -0.466 | -0.442 | 2.40 |
Prancis (AA) | 0.026 | 0.026 | 0.00 |
Inggris Raya (AA) | 0.303 | 0.308 | 0.50 |
India (BBB-) | 6.155 | 6.138 | -1.70 |
Jepang (A) | -0.033 | -0.043 | -1.00 |
Malaysia (A-) | 2.877 | 2.893 | 1.60 |
Filipina (BBB) | 3.542 | 3.442 | -10.00 |
Rusia (BBB) | 6.06 | 6.12 | 6.00 |
Singapura (AAA) | 1.006 | 1.005 | -0.10 |
Thailand (BBB+) | 1.27 | 1.26 | -1.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.629 | 0.662 | 3.30 |
Afrika Selatan (BB+) | 10.955 | 10.915 | -4.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
Ekonomi RI Diproyeksi Minus 3%-6%, Harga Obligasi Koreksi
(har/har)