
Obligasi, Deposito & Reksa Dana, Mana Lebih Cuan Saat Corona?
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
28 April 2020 14:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Di masa pandemi Covid-19 tak banyak instrumen investasi yang bisa jadi pilihan masyarakat. Kekhawatiran terhadap risiko rugi menjadi alasan utama untuk menunda investasi.
Namun dalam situasi seperti ini ada sejumlah instrumen investasi yang bisa menjadi pilihan. Mulai dari obligasi negara ritel, reksa dana hingga deposito. Ketiganya punya keunggulan masing-masing, mana yang paling menarik di saat seperti ini
CNBC Indonesia merangkum, ketiga instrumen ini memiliki karakter yang berbeda. Untuk obligasi ritel negara, imbal hasilnya dapat dibayarkan setiap bulan dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder, biasanya lebih tinggi dari rata-rata deposito bank BUMN. Ada dua produk, pertama yaitu obligasi negara ritel (ORI) dan sukuk ritel (SR).
Terbaru, ada produk sukuk ritel SR-012 yang ditawarkan pemerintah dengan kupon 6,3% yang jatuh tempo pada 10 Maret 2023. Produk ini dapat dibeli mulai Rp 1 miliar.
Bagaimana dengan reksa dana? Instrumen ini juga cukup bervariatif, mulai dari reksa dana saham, campuran, pasar uang, terproteksi hingga pendapatan tetap.
Mengacu data Infovesta Utama, hingga awal tahun, reksa dana pasar uang Infovesta 90 Money Market Fund Index dan Infovesta Corporate Bond Index masih membukukan cuan 1,29% dan 1,41%. Berbeda dengan reksa dana saham Infovesta 90 Equity Fund Index yang terkoreksi 27,58%
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Robby Rushandie berpendapat, di saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, memilih instrumen investasi yang likuid dan dapat dicairkan sewaktu-waktu sangat diperlukan. Karena itu, reksa dana pasar uang dan obligasi ritel menurut Robby, bisa menjadi pilihannya.
"Di kondisi saat ini cash is king, sehingga pertimbangannya lebih kepada apakah instrumen tersebut mudan dicairkan atau mendekati likuid, kemudian potensi return-nya dan risikonya," kata Robby kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/4/2020).
Senada, Direktur Utama Danareksa Investment Management, Marsangap P. Tamba mengungkapkan, pada kondisi pasar finansial yang masih cukup berfluktuasi, reksa dana pasar uang dapat menjadi pilihan investasi bagi investor selama masa wait & see.
Seiring dengan tren suku bunga yang masih akan dijaga rendah, lanjut Marsangap, akan menguntungkan reksa dana pasar uang. Sebabnya, produk ini beirisi instrumen pasar uang yaitu tabungan, deposito, sertifikat Bank Indonesia, dan obligasi baik pemerintah maupun korporasi domestik yang umurnya tidak lebih dari 1 tahun.
"Jadi harus tetap berinvestasi, meski pasar sedang terkoreksi," kata Marsangap, baru-baru ini.
Terakhir, deposito juga bisa menjadi pilihan investasi, hanya saja, instrumen ini tidak bisa dicairkan sebelum jatuh tempo karena setiap bank memiliki aturan penalti.
Besaran imbal hasil yang ditawarkan bank BUMN seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mulai dari 4,25% untuk tenor satu bulan dan paling tinggi 5,50% untuk tenor 36 bulan. Jumlah minimal setoran deposito minimal Rp 10 juta.
Jika mengambil pilihan paling tinggi, maka imbal hasil yang diterima 5,5% per tahun, tapi angka ini belum dikurangi pajak 20%, sehingga nilai return bersih sebesar 4,4% per tahun.
Meskipun saat ini sedang ada wabah corona, investasi harus tetap anda lakukan. Nah, keputusan pilihan instrumen investasi tentu ada di tangan anda.
(hps/hps) Next Article Intip Keunggulan Berinvestasi di Deposito Vs Obligasi
Namun dalam situasi seperti ini ada sejumlah instrumen investasi yang bisa menjadi pilihan. Mulai dari obligasi negara ritel, reksa dana hingga deposito. Ketiganya punya keunggulan masing-masing, mana yang paling menarik di saat seperti ini
CNBC Indonesia merangkum, ketiga instrumen ini memiliki karakter yang berbeda. Untuk obligasi ritel negara, imbal hasilnya dapat dibayarkan setiap bulan dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder, biasanya lebih tinggi dari rata-rata deposito bank BUMN. Ada dua produk, pertama yaitu obligasi negara ritel (ORI) dan sukuk ritel (SR).
Terbaru, ada produk sukuk ritel SR-012 yang ditawarkan pemerintah dengan kupon 6,3% yang jatuh tempo pada 10 Maret 2023. Produk ini dapat dibeli mulai Rp 1 miliar.
Bagaimana dengan reksa dana? Instrumen ini juga cukup bervariatif, mulai dari reksa dana saham, campuran, pasar uang, terproteksi hingga pendapatan tetap.
Mengacu data Infovesta Utama, hingga awal tahun, reksa dana pasar uang Infovesta 90 Money Market Fund Index dan Infovesta Corporate Bond Index masih membukukan cuan 1,29% dan 1,41%. Berbeda dengan reksa dana saham Infovesta 90 Equity Fund Index yang terkoreksi 27,58%
Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Robby Rushandie berpendapat, di saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, memilih instrumen investasi yang likuid dan dapat dicairkan sewaktu-waktu sangat diperlukan. Karena itu, reksa dana pasar uang dan obligasi ritel menurut Robby, bisa menjadi pilihannya.
"Di kondisi saat ini cash is king, sehingga pertimbangannya lebih kepada apakah instrumen tersebut mudan dicairkan atau mendekati likuid, kemudian potensi return-nya dan risikonya," kata Robby kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/4/2020).
Senada, Direktur Utama Danareksa Investment Management, Marsangap P. Tamba mengungkapkan, pada kondisi pasar finansial yang masih cukup berfluktuasi, reksa dana pasar uang dapat menjadi pilihan investasi bagi investor selama masa wait & see.
Seiring dengan tren suku bunga yang masih akan dijaga rendah, lanjut Marsangap, akan menguntungkan reksa dana pasar uang. Sebabnya, produk ini beirisi instrumen pasar uang yaitu tabungan, deposito, sertifikat Bank Indonesia, dan obligasi baik pemerintah maupun korporasi domestik yang umurnya tidak lebih dari 1 tahun.
"Jadi harus tetap berinvestasi, meski pasar sedang terkoreksi," kata Marsangap, baru-baru ini.
Terakhir, deposito juga bisa menjadi pilihan investasi, hanya saja, instrumen ini tidak bisa dicairkan sebelum jatuh tempo karena setiap bank memiliki aturan penalti.
Besaran imbal hasil yang ditawarkan bank BUMN seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mulai dari 4,25% untuk tenor satu bulan dan paling tinggi 5,50% untuk tenor 36 bulan. Jumlah minimal setoran deposito minimal Rp 10 juta.
Jika mengambil pilihan paling tinggi, maka imbal hasil yang diterima 5,5% per tahun, tapi angka ini belum dikurangi pajak 20%, sehingga nilai return bersih sebesar 4,4% per tahun.
Meskipun saat ini sedang ada wabah corona, investasi harus tetap anda lakukan. Nah, keputusan pilihan instrumen investasi tentu ada di tangan anda.
(hps/hps) Next Article Intip Keunggulan Berinvestasi di Deposito Vs Obligasi
Most Popular