Melemah Cuma 0,46%, tapi Rupiah Terburuk di Asia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
28 April 2020 16:15
mata uang rupiah dolar dollar Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah akhirnya melemah melawan dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa (28/4/2020) setelah membukukan kinerja impresif belakangan ini. Memburuknya sentimen pelaku pasar akibat ambrolnya harga minyak mentah membuat rupiah gagal membalikkan keadaan di akhir perdagangan, tetapi tetap mampu menipiskan pelemahan.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,59% di Rp 15.400/US$. Depresiasi rupiah semakin membesar hingga 1,14% di Rp 15.485/US$.

Seperti pergerakan dalam 4 hari perdagangan terakhir, rupiah selalu bangkit di menit-menit akhir sebelum perdagangan ditutup. Rupiah mampu memangkas pelemahan hingga menjadi 0,46% dan mengakhiri perdagangan di level Rp 15.380/US$.

Meski pelemahan rupiah tidak terlalu besar, tetapi cukup menjadikan rupiah mata uang dengan kinerja terburuk dibandingkan dengan mata uang utama Asia lainnya. Sebagian mata uang utama Asia berhasil menguat, tetapi masih di bawah 0,2%, begitu juga dengan mata uang yang melemah masih di bawah persentase tersebut.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:10 WIB.



Senin kemarin rupiah menghabiskan mayoritas perdagangan hari ini di zona merah, bahkan menjadi yang terburuk di Asia sejak pagi hingga siang hari. Tetapi di menit-menit akhir, rupiah memangkas pelemahan hingga berbalik menguat 0,26% ke Rp 15.310/US$ di penutupan perdagangan kemarin.

Style
alias gaya khas rupiah dalam mengarungi perdagangan selalu seperti itu dalam tiga hari perdagangan beruntun pekan lalu, plus kemarin
. Bahkan jika melihat jauh ke belakang, pergerakan seperti itu sering kali terjadi, rupiah style!



Pergerakan yang sama juga terlihat hari ini, meski gagal mencapai zona hijau tetapi rupiah berhasil menipiskan pelemahan dari 1,14% menjadi 0,46%.

Untuk diketahui, dengan penguatan kemarin, total sepanjang bulan April rupiah sudah menguat 6,07%. Penguatan yang cukup besar sehingga rupiah rentan terkena aksi ambil untung (profit taking) yang membuat melemah lebih besar dibandingkan mata uang utama Asia lainnya.

Selain itu, rupiah juga sudah membukukan penguatan tiga pekan beruntun, sehingga pelemahan hari ini bisa menjadi koreksi sehat, rupiah mundur untuk berlari lebih kencang.


[Gambas:Video CNBC]




Upaya rupiah untuk bangkit terhalang oleh memburuknya sentimen pelaku pasar setelah harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kembali ambrol hari ini. Senin kemarin harga minyak WTI ambrol sekitar 25%, sementara pada tadi berlanjut ambrol lagi lebih dari 18% ke US$ 10,46/barel.

Akibatnya sentimen pelaku pasar kembali memburuk, dan rupiah menjadi tertekan.

Harga minyak mentah biasanya dijadikan acuan tingkat aktivitas ekonomi global, sebab ketika roda perekonomian berputar dengan cepat, permintaan minyak mentah untuk industri akan menjadi tinggi, dan harga minyak mentah akan naik.

Sebaliknya, ketika harga minyak mentah terus menurun, itu artinya permintaan rendah dan roda perekonomian melambat, atau bahkan terhenti sehingga tidak ada permintaan minyak mentah.

Kondisi tersebut terjadi akibat pandemi virus corona (Covid-19) yang membuat negara-negara mengambil kebijakan karantina wilayah (lockdown).



Tapi Eropa dan Amerika Serikat sudah mulai melonggarkan lockdown, yang menjadi salah satu pemicu penguatan rupiah belakangan ini.

Sejak pekan lalu, beberapa negara di Eropa seperti Spanyol, Italia, Jerman, dan Belanda sudah mengumumkan akan membuka lockdown pada bulan Mei. Beberapa negara bahkan sudah mengizinkan warganya untuk kembali beraktivitas meski masih terbatas.

Beberapa negara bagian di AS juga mulai membuka lockdown. Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengatakan lockdown akan dibuka dalam beberapa fase setelah Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan jumlah pasien rawat inap sudah menurun dalam 14 hari terakhir.

Fase satu, New York dunia usaha di bidang konstruksi dan manufaktur akan diizinkan kembali beraktivitas. Fase kedua dunia usaha perlu rencana untuk beroperasi kembali, termasuk memiliki pengaman individual serta menerapkan social distancing.

Kemudian Gubernur Ohio, Mike DeWine, mengatakan sektor ritel dan jasa bisa kembali beroperasi pada 12 Mei.

Selain itu, negara bagian Alaska, Georgia, South Carolina, Tennessee dan Texas sudah mengizinkan restoran dan beberapa usaha lainnya untuk kembali beroperasi.

Dilonggarkannya lockdown di Eropa dan AS tentunya membuat roda perekonomian perlahan kembali berputar, dan bisa segera keluar dari jurang resesi.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular