
Lockdown akan Dibuka, Kurs Poundsterling Tembus Rp 19.000
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 April 2020 17:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundtserling menguat rupiah pada perdagangan Senin (27/4/2020) setelah pemerintah Inggris dikabarkan akan membuka karantina wilayah (lockdown) dalam waktu dekat.
Kurs pondsterling hari ini menguat 0,25% ke Rp 19.030,33/GBP. Sementara melawan dolar Amerika Serikat (AS), poundsterling menguat 0,5% ke US$ 1,243 pada pukul 16:40 WIB di pasar spot melansir data Refinitiv.
Kabar baik datang dari Inggris, sang Perdana Menteri (PM) Boris Johnson kembali bertugas di kantornya Downing Street mulai hari ini, setelah lebih dari tiga minggu absen karena terinfeksi virus corona (COVID-19).
Sementara itu, dilansir Reuters dari Telegraph, Inggris akan mulai melonggarkan aturan pembatasan sosial Mei nanti. Johnson dikatakan akan membahas modifikasi aturan lockdown hari ini.
"7 Mei adalah hari di mana pemerintah wajib meninjau langkah-langkah lockdown, tetapi jika Boris ingin merubahnya, menjadi lebih cepat ... bisa saja terjadi lebih cepat," tulis salah satu partai pendukungnya.
Dalam pidatonya Senin pagi waktu setempat, PM Johnson mengatakan saat ini masih terlalu dini menghentikan lockdown, dan risiko aka nada penyebaran gelombang kedua menjadi cukup besar jika hal tersebut dilakukan.
Tetapi kabar baiknya, Inggris dikatakan sudah berada di puncak penyebaran, yang artinya jumlah kasus akan mulai melandai. Johnson tidak memberikan detail apakah kapan lockdown akan mulai dilonggarkan, tetapi ia mengatakan akan memberikan update dalam beberapa hari ke depan.
Meski ada wacana lockdown akan dilonggarkan, nyatanya outlook poundsterling masih kurang bagus. Hal tersebut tercermin dari perubahan posisi pelaku pasar menjadi bearish (tren melemah).
Reuters melaporkan, dalam enam pekan beruntun, posisi bullish (tren menguat) pelaku pasar terus berkurang hingga akhirnya berubah menjadi bearish, pada 21 April lalu. Artinya, lebih banyak pelaku pasar yang memprediksi peoundsterling akan melemah ketimbang yang memprediksi akan menguat. Posisi bearish tersebut menjadi yang pertama sejak Desember tahun lalu.
Meski nantinya Inggris berhasil menghentikan pandemi COVID-19, tetapi menurut analis yang dikutip Reuters, dalam jangka panjang poundsterling masih akan terbebani oleh proses Brexit.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Kurs pondsterling hari ini menguat 0,25% ke Rp 19.030,33/GBP. Sementara melawan dolar Amerika Serikat (AS), poundsterling menguat 0,5% ke US$ 1,243 pada pukul 16:40 WIB di pasar spot melansir data Refinitiv.
Kabar baik datang dari Inggris, sang Perdana Menteri (PM) Boris Johnson kembali bertugas di kantornya Downing Street mulai hari ini, setelah lebih dari tiga minggu absen karena terinfeksi virus corona (COVID-19).
Sementara itu, dilansir Reuters dari Telegraph, Inggris akan mulai melonggarkan aturan pembatasan sosial Mei nanti. Johnson dikatakan akan membahas modifikasi aturan lockdown hari ini.
"7 Mei adalah hari di mana pemerintah wajib meninjau langkah-langkah lockdown, tetapi jika Boris ingin merubahnya, menjadi lebih cepat ... bisa saja terjadi lebih cepat," tulis salah satu partai pendukungnya.
Dalam pidatonya Senin pagi waktu setempat, PM Johnson mengatakan saat ini masih terlalu dini menghentikan lockdown, dan risiko aka nada penyebaran gelombang kedua menjadi cukup besar jika hal tersebut dilakukan.
Tetapi kabar baiknya, Inggris dikatakan sudah berada di puncak penyebaran, yang artinya jumlah kasus akan mulai melandai. Johnson tidak memberikan detail apakah kapan lockdown akan mulai dilonggarkan, tetapi ia mengatakan akan memberikan update dalam beberapa hari ke depan.
Meski ada wacana lockdown akan dilonggarkan, nyatanya outlook poundsterling masih kurang bagus. Hal tersebut tercermin dari perubahan posisi pelaku pasar menjadi bearish (tren melemah).
Reuters melaporkan, dalam enam pekan beruntun, posisi bullish (tren menguat) pelaku pasar terus berkurang hingga akhirnya berubah menjadi bearish, pada 21 April lalu. Artinya, lebih banyak pelaku pasar yang memprediksi peoundsterling akan melemah ketimbang yang memprediksi akan menguat. Posisi bearish tersebut menjadi yang pertama sejak Desember tahun lalu.
Meski nantinya Inggris berhasil menghentikan pandemi COVID-19, tetapi menurut analis yang dikutip Reuters, dalam jangka panjang poundsterling masih akan terbebani oleh proses Brexit.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Most Popular