Harga Emas Rehat Dulu, Siap-siap Menuju US$ 1.800/oz?

Haryanto & Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
28 April 2020 06:01
Antam
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga logam mulia emas dunia diperdagangkan dengan harga yang lebih rendah pada awal pekan ini (27/4/2020), dibanding harga penutupan Jumat pekan lalu. Namun prospek harga emas dinilai masih bullish, dan berpotensi kembali menguat pada pekan ini.

Senin kemarin (27/4/2020), harga emas global di pasar spot dibanderol US$ 1.722,19/troy ons atau turun 0,3%. Walau turun harga emas masih bertengger di rentang level tertingginya dalam 7 tahun.



Mengacu data Kitco, harga emas dunia di pasar spot New York ditutup dini hari (waktu AS) akhirnya di level US$ 1.712/troy ons, turun dari level akhir pekan lalu US$ 1.729/troy ons.

Sementara itu, harga emas berjangka (futures) untuk kontrak pengiriman Juni di Bursa Comex turun tipis 0,66% di level US$ 1.724/troy ons. Meski turun, harga emas berjangka Juni sudah naik 30,23% dalam setahun terakhir dan 12,55% year to date. Kontrak pengiriman Juni ini akan berakhir perdagangannya pada 26 Juni mendatang, mengacu data CNBC International.

Apabila dicermati lebih lanjut, penurunan harga emas cenderung diikuti dengan penguatan harga menuju rekor tertinggi baru setelahnya. Hal ini mengindikasikan bahwa emas masih menjadi instrumen investasi yang sangat menarik.

Ketika harga turun, momen ini dimanfaatkan investor dan trader untuk membeli emas sehingga memicu penguatan harga. Banyak yang memandang harga emas akan bullish. Saat ini level psikologis US$ 1.700 per ons sudah tertembus.



Melihat pola pergerakan harga emas, level US$ 1.800 bukan tak mungkin akan segera tercapai. Pekan lalu Bank of America (BofA) bahkan memiliki outlook lebih bullish untuk harga emas. Untuk 18 bulan ke depan, BofA memandang harga emas bisa mencapai US$ 3.000 per ons.

Faktor pemicu mengapa emas berpotensi untuk semakin menguat adalah stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan oleh pemerintah dan bank sentral saat ini.

"Kami telah melihat QE [quantitative easing] dan stimulus fiskal yang belum pernah terjadi sebelumnya secara global terus menurunkan suku bunga. Kami melihat sedikit pemulihan di pasar energi, yang mulai melihat inflasi sedikit pulih, yang membawa suku bunga riil lebih rendah. Itulah yang utama tesis investasi untuk emas," kata Ryan McKay seorang strategi komoditas di TD Sekuritas dalam sebuah catatan.


"Kami akan terus berdagang emas, apalagi setelah aksi jual baru-baru ini kami lakukan pada hari Jumat. Saya pikir kami akan lebih tinggi minggu depan. Penggerak utama benar-benar tidak berubah," tambahnya.

[Gambas:Video CNBC]

Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada perdagangan Senin kemarin (27/4/2020) turun 0,45% atau sebesar Rp 4.000 menjadi Rp 890.000/gram dari perdagangan Sabtu lalu di level Rp 894.000/gram.

Sebelumnya pada perdagangan Sabtu, harga emas Antam juga turun 0,11% sebesar Rp 1.000 dari posisi harga Jumat yakni Rp 895.000/gram.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram melemah 0,45% berada di Rp 89 juta dari harga Sabtu Rp 89,4 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam juga kembali turun Rp 4.000 menjadi Rp 939.000/gram setelah turun Rp 1.000 ke Rp 943.000/gram pada hari Sabtu kemarin.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam juga terkoreksi 0,48% atau Rp 4.000 ditetapkan pada Rp 838.000/gram, dari posisi Sabtu sebesar Rp 842.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.


Penurunan harga emas Antam seiring dengan turunnya harga emas dunia di pasar spot pada hari Jumat kemarin karena investor membukukan keuntungan (taking profit).

Harga emas spot dunia turun 0,4% pada US$ 1.724,29/troy ons, sementara harga emas berjangka AS ditutup turun 0,6% pada US$ 1.735,60/troy ons, melansir dari CNBC Internasional.

Sentimen negatif turunnya harga emas muncul setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani paket stimulus senilai US$ 484 miliar yang akan mendanai untuk pinjaman usaha kecil, rumah sakit dan tes corona masal di AS. Hal tersebut mendorong bursa saham Wall Street mencatatkan kenaikan pada perdagangan akhir pekan kemarin dan menekan safe haven emas.

Kendati demikian, melansir dari CNBC Internasional, kepala perdagangan derivatif logam mulia di BMO, Tai wong mengatakan "Kami melihat aksi ambil untung jangka pendek dalam harga emas,".

"Namun, emas bertahan di dekat level tertinggi karena investor ritel dan institusional telah secara konsisten membeli emas karena neraca global yang semakin membengkak dan prospek ekonomi global tetap sangat tidak pasti," tambah Wong.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular