Ini Penyebab Laba Astra Terkoreksi 8% di Q1-2020

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
27 April 2020 18:34
Gedung Astra
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak pandemi Covid-19 dan menurunnya harga komoditas menjadi katalis negatif yang menekan kinerja PT Astra International Tbk (ASII) pada periode 3 bulan pertama tahun ini. 

Pada triwulan I-2020, secara konsolidasi, Grup Astra masih membukukan laba bersih Rp 4,81 triliun, turun 8% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 5,21 triliun. Sedangkan, pendapatan bersih ASII tercatat turun 9% menjadi Rp 54 triliun dari sebelumnya Rp 59,60 triliun.

Presiden Direktur Astra Internasional, Prijono Sugiarto menjelaskan, penurunan kinerja perseroan secara konsolidasi terutama disebabkan turunnya harga batu bara dan melemahnya kepercayaan konsumen. Kondisi ini, kata Prijono diperkirakan akan bertahan selama beberapa waktu ke depan.  

"Selain itu karena dampak pandemi Covid-19 telah bertambah berat dan telah diterapkannya tindakan-tindakan pembatasan untuk menanggulangi pandemi tersebut, kondisi yang dihadapi semakin sulit dan memberikan dampak yang semakin besar terhadap kinerja Grup Astra pada bulan April," kata Prijono Sugiarto, dalam keterangan pers, Senin (27/4/2020).


Penurunan laba bersih Astra juga berimbas terhadap turunnya laba bersih per saham sebesar 8% menjadi Rp 119 per saham pada akhir Maret 2020 dari tahun sebelumnya Rp 129 per saham.

Jika dirinci lebih lanjut, penurunan laba bersih Astra juga disebabkan kontribusi yang lebih rendah dari alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, yang mana penurunan tersebut lebih besar dari peningkatan kontribusi dari divisi agribisnis dan divisi infrastruktur dan logistik.

Sedangkan, laba bersih dari bisnis otomotif Grup Astra justru naik 1% menjadi Rp 1,9 triliun, terutama disebabkan oleh peningkatan margin operasi dan keuntungan translasi mata uang asing, yang sebagian diimbangi oleh penurunan penjualan mobil sebesar 3% menjadi 130.000 unit.

Akan tetapi, pangsa pasar meningkat dari 53% menjadi 55%. Penjualan sepeda motor Astra Honda Motor (AHM) turun 5% menjadi 1,2 juta unit dengan peningkatan pangsa pasar dari 76% menjadi 77%.

Di bisnis jasa keuangan, Astra mencatatkan peningkatan 1% menjadi Rp 1,4 triliun, disokong portofolio pembiayaan yang meningkat dari bisnis pembiayaan konsumen, yang sebagian diimbangi oleh peningkatan provisi kerugian pinjaman PT Bank Permata Tbk (BNLI).


Adapun laba yang dikontribusi dari divisi alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi Grup Astra turun 42% menjadi Rp 1,1 triliun karena penurunan penjualan alat berat dan volume kontraktor penambangan yang terimbas oleh harga batu bara yang menurun dan peningkatan kerugian dari bisnis kontraktor umum.

Sementara itu, dari agribisnis Grup Astra diuntungkan dengan kenaikan harga minyak kelapa sawit sehingga memberikan kontribusi laba sebesar Rp 296 miliar.

Sektor infrastruktur dan logistik Grup Astra tercatat meningkat secara material dari Rp16 miliar menjadi Rp 73 miliar, terutama karena peningkatan pendapatan dari bisnis jalan tol dan pelabuhan.

Di sektor lainnya, laba bersih dari divisi teknologi informasi Grup Astra tercatat mengalami penurunan sebesar 90% menjadi Rp 2 miliar yang disebabkan oleh penurunan pendapatan dan peningkatan biaya operasional pada bisnis solusi dokumen dan layanan jasa perkantoran PT Astra Graphia Tbk (Astra Graphia).

Terakhir, dari divisi properti, Grup Astra mencatatkan peningkatan laba bersih dari Rp 15 miliar menjadi Rp 40 miliar, terutama karena tingkat hunian yang lebih tinggi di Menara Astra dan laba yang diakui dari Asya Residences. 

 


(tas/tas) Next Article Laba Grup Astra Stagnan di 2019, Capai Rp 21,71 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular