
Sentimen Pekan Depan: Lockdown Dibuka, Pasar Membaik?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2020 15:46

Sentimen ketiga, pada akhir pekan depan, April akan resmi berakhir dan kita akan memasuki Mei. Saat bulan baru tiba, maka ada rilis rutin yang dinanti oleh pelaku pasar yaitu Purchasing Managers' Index (PMI) yang memberi gambaran aktivitas ekonomi pada masa mendatang berdasarkan pembelian bahan baku pada saat ini.
PMI manufaktur China versi Biro Stastik Nasional (NBS) akan dirilis pada 30 April. Konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics memperkiakan PMI manufaktur China pada April sebesar 51. Turun dibandingkan Maret yang sebesar 52, tetapi karena masih di atas 50 berarti industriawan diperkirakan bakal melakukan ekspansi.
Sedangkan PMI manufaktur AS periode April untuk versi IHS Markit dan ISM akan dirilis pada 1 Mei malam waktu Indonesia. Untuk versi IHS Markit dan ISM, konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics memperkirakan masing-masing di 36,9 dan 36,7.
Menariknya, PMI di China yang sempat anjlok seanjlok-anjloknya pada Februari berhasil melesat pada Maret. April pun diperkirakan masih berada di zona ekspansi.
Sementara PMI di AS masih saja terjebak di area kontraksi. Bahkan semakin parah gara-gara pandemi virus corona (Coronavirus Disease/Covid-19) yang menghantam industri manufaktur dari sisi pasokan bahan baku, kekurangan tenaga kerja, sampai penurunan permintaan.
Ini memunculkan tanda tanya. Jangan-jangan AS tidak bisa menangani pandemi virus corona sebaik China...
"Jujur, saya mulai meragukan kapasitas AS dalam mengendalikan pandemi ini. Saat ini sudah tidak ada kasus parah di Wuhan (kota asal penyebaran virus corona), apakah Kota New York bisa mencapai hal serupa pada 2020? Namun Presiden (Donald) Trump masih sangat optimistis dan membanggakan kinerjanya walau lebih dari 1.000 orang meninggal setiap harinya. Menarik," cuit Hu Xijin, Pemimpin Redaksi harian Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah China.
(aji/aji)
PMI manufaktur China versi Biro Stastik Nasional (NBS) akan dirilis pada 30 April. Konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics memperkiakan PMI manufaktur China pada April sebesar 51. Turun dibandingkan Maret yang sebesar 52, tetapi karena masih di atas 50 berarti industriawan diperkirakan bakal melakukan ekspansi.
Sedangkan PMI manufaktur AS periode April untuk versi IHS Markit dan ISM akan dirilis pada 1 Mei malam waktu Indonesia. Untuk versi IHS Markit dan ISM, konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics memperkirakan masing-masing di 36,9 dan 36,7.
Menariknya, PMI di China yang sempat anjlok seanjlok-anjloknya pada Februari berhasil melesat pada Maret. April pun diperkirakan masih berada di zona ekspansi.
Sementara PMI di AS masih saja terjebak di area kontraksi. Bahkan semakin parah gara-gara pandemi virus corona (Coronavirus Disease/Covid-19) yang menghantam industri manufaktur dari sisi pasokan bahan baku, kekurangan tenaga kerja, sampai penurunan permintaan.
Ini memunculkan tanda tanya. Jangan-jangan AS tidak bisa menangani pandemi virus corona sebaik China...
"Jujur, saya mulai meragukan kapasitas AS dalam mengendalikan pandemi ini. Saat ini sudah tidak ada kasus parah di Wuhan (kota asal penyebaran virus corona), apakah Kota New York bisa mencapai hal serupa pada 2020? Namun Presiden (Donald) Trump masih sangat optimistis dan membanggakan kinerjanya walau lebih dari 1.000 orang meninggal setiap harinya. Menarik," cuit Hu Xijin, Pemimpin Redaksi harian Global Times yang berafiliasi dengan pemerintah China.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular