Sentimen Pekan Depan: Lockdown Dibuka, Pasar Membaik?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 April 2020 15:46
Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)
Ketua The Federal Reserve/The FEd Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)
Sepertinya pekan depan lebih banyak berfokus kepada sentimen eksternal. Akan sejumlah rilis data penting yang bisa mempengaruhi mood pasar.

Pertama, investor wajib memantau rapat Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Commitee/FOMC) pada 29 April waktu Washington untuk menentukan suku bunga acuan. Mengutip CME FedWatch, probabilitas Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega mempertahankan Federal Funds Rate di 0-0,25% adalah 100%. Mutlak, tidak ada yang menebak ada perubahan.

Meski suku bunga acuan hampir pasti ditahan, tetapi pasar tetap perlu memperhatikan 'suasana kebatinan' dalam diri Powell dan sejawat. Bagaimana nada (tone) kalimatnya, bagaimana posisi (stance) kebijakannya, bagaimana pembacaan (outlook) untuk prospek ke depannya, dan lain-lain.


Selain suku bunga acuan, menarik juga untuk melihat apakah ada peluang The Federal Reserve/The Fed akan menggulirkan stimulus lanjutan. Pada 9 April lalu, The Fed mengumumkan akan menyediakan fasilitas pinjaman bagi usaha mikro, kecil, dan menengah serta pemerintah negara bagian yang membutuhkan. Paket stimulus itu bernilai US$ 2,3 miliar.

Sentimen kedua, masih dari Negeri Paman Sam, adalah pengumuman angka pembacaan awal (advance reading) pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2020. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ekonomi AS pada Januari-Maret 2020 terkontraksi (tumbuh negatif) -4% secara kuartalan. Kalau terwujud, maka akan menjadi catatan terendah sejak Depresi Besar pada 1930-an.




"Para ekonom zaman sekarang tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi saat Depresi Besar pada 1930-an. Namun saat ini mereka sudah bisa mendapatkan gambarannya," kata Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Jika data ekonomi AS betul-betul terpuruk seperti yang diperkirakan, maka tentu akan menjadi sentimen negatif di pasar keuangan global. Investor mana yang berani bermain di aset-aset berisiko kalau peluang resesi (bahkan depresi) semakin besar? Apabila sentimen negatif mendominasi dan risk appeite investor lenyap, maka IHSG, rupiah, dan obligasi pemerintah bakal sulit untuk menguat.


(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular