
Emiten Pariwisata Ngos-ngosan Dihajar Corona, Ini Strateginya

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perusahaan di sektor transportasi yang pariwisata sudah terang-terangan menyatakan telah melakukan sejumlah langkah efisiensi karena perusahaan tak dapat melakukan operasional seperti biasanya sejak pandemi Covid-19 melanda Tanah Air.
Penutupan sejumlah kawasan wisata hingga pembatasan masyarakat untuk bepergian justru berdampak negatif bagi sejumlah perusahaan, mulai dari perusahaan transportasi hingga penyedia jasa pariwisata.
Perusahaan yang terdampak paling besar adalah maskapai penerbangan yang terpaksa mengurangi hingga menghentikan operasionalnya lantaran pembatasan bepergian sudah mulai diterapkan berbagai daerah dan negara. Hal ini tentu saja membuat maskapai penerbangan terpaksa melakukan efisiensi besar-besaran lantaran cost yang dikeluarkan besar tanpa pemasukan.
Selain maskapai, perusahaan penyedia jasa pariwisata juga amat terdampak, salah satunya PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR). Manajemen perseroan menyebutkan telah mengambil langkah pengurangan gaji hingga melakukan pengurangan jumlah karyawan kontrak demi bertahan dengan kondisi saat ini.
VP Brand and Communications Panorama Sentrawisata AB Sadewa mengatakan sejumlah kebijakan pemerintah seperti penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan penutupan wilayah membuat perusahaan pariwisata kurang diuntungkan. Hal ini mengganggu operasional perusahaan terganggu secara umum.
"Di Panorama Group kan ada beberapa pilar usaha, jadi untuk kondisi-kondisi pengurangan gaji, unpaid leave, ataupun pengurangan karyawan kontrak dilakukan oleh masing-masing unit usaha yang langsung terdampak, namun belum ada PHK," kata dia kepada CNBC Indonesia, Senin (20/4/2020).
Selain itu, perusahaan juga terpaksa merevisi turun seluruh target kinerja untuk tahun ini.
"Perusahaan mengantisipasi penurunan kinerja dengan merevisi target dan me-review beban-beban biaya dan mengatur cash flow agar perusahaan dapat tetap bertahan dalam kondisi pandemi ini," lanjutnya.
Sebelumnya, dalam keterbukaan informasi yang disampaikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) perusahaan menyampaikan pendapatan perusahaan sudah terganggu sejak Februari 2020. Baik di sektor outbound (jasa pariwisata luar) dan inbound terjadi penurunan booking secara signifikan. Sedangkan untuk booting yang telah dilakukan terjadi pembatalan.
Adapun dampak ke maskapai juga begitu terasa. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) juga terpaksa melakukan pemotongan gaji karyawannya, mulai dari level direksi dan komisaris hingga staf perusahaan. Besaran pemotongan yang diberlakukan kisaran 10%-50% berdasarkan level jabatannya.
Pemotongan gaji ini akan diberlakukan mulai bulan ini hingga Juni 2020. Namun demikian, perusahaan memastikan bahwa pemotongan ini bersifat akumulasi. Manajemen akan mempertimbangkan kembali untuk membayarkan potongan tersebut ketika kondisi dinilai sudah membaik.
Begitu juga dengan perusahaan penyedia jasa transportasi PT Blue Bird Tbk (BIRD). Taksi biru ini secara blak-blakan menyebut telah melakukan pemotongan gaji direksi dan komisarisnya untuk menjaga keuangan perusahaan.
Direktur Blue Bird Adrianto Djokosoetono mengatakan saat ini perusahaan melakukan upaya untuk mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan perusahaan mengingat pendapatan akan tergerus karena akibat pandemi ini.
"Kita dalam hal ini efisiensi cost dengan pangkas gaji direksi, sudah kami pangkas. Komisaris juga, untuk penghematan, lalu itu bertahap sesuai dengan kemampuan kami di area tersebut," kata Adrianto dalam dialog dengan CNBC Indonesia TV, Senin (20/4/2020).
Turunnya aktivitas penerbangan yang berdampak ke jasa-jasa pendukungnya sudah tergambar jelas dari data PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II. BUMN pengelola bandara itu melakukan penyesuaian operasional sejak 1 April 2020 di 19 bandara guna membuat operasional bandara tetap terjaga di tengah pandemi global Covid-19.
![]() |
Sejak tanggal tersebut, mayoritas bandara yang dikelola perseroan menetapkan status Minimum Operation dengan melakukan optimalisasi fasilitas dan jumlah personel minimum sesuai dengan kebutuhan. Selain Minimum Operation, sebanyak 13 bandara juga mempersingkat jam operasional.
Adapun setelah hampir 2 minggu ditetapkannya status Minimum Operation serta ditambah dengan adanya pengurangan jam operasional sejak beberapa hari terakhir, rata-rata pergerakan pesawat pada 1-13 April 2020 di 19 bandara tercatat 698 penerbangan/hari. Pada periode tersebut, pergerakan pesawat di Bandara Soekarno-Hatta yang merupakan bandara terbesar di Indonesia sekitar 328 penerbangan/hari.
Adapun rata-rata pergerakan pesawat pada Januari - Februari 2020 di seluruh bandara PT Angkasa Pura II tercatat 1.100 penerbangan/hari dan di bulan Maret 2020 sebanyak 800 penerbangan/hari.
"Masyarakat mematuhi imbauan untuk tetap berada di rumah dan tidak bepergian, sehingga memang traffic penerbangan berkurang," kata Presiden Direktur AP II Muhammad Awaluddin, dalam keterangan resmi.
(tas/tas) Next Article Putar Otak, Emiten Pariwisata Jungkir Balik Lawan Efek Corona
