
Putar Otak, Emiten Pariwisata Jungkir Balik Lawan Efek Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak virus corona (COVID-19) mulai terasa di beberapa sektor, terutama secara langsung ke sektor pariwisata, travel, hotel, dan jasa pendukungnya. Apalagi pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri telah memberlakukan pembatasan perlintasan warga negara asing ataupun warga negara Indonesia untuk masuk ke wilayah RI guna mencegah penyebaran virus corona.
Pembatasan tersebut berlaku mulai 20 Maret 2020 hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Sejumlah emiten pariwisata dan jasa pendukungnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mulai 'menjerit' terkait dengan kondisi ini.
"Pelaksanaan aturan ini akan menurunkan kinerja perseroan diakibatkan perseroan merupakan perusahaan yang menangani perjalanan wisman asing ke Indonesia," kata Ahmad Bangun Sadewa, Corporate Secretary PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk (PDES), dalam keterbukaan informasi di BEI, dikutip Jumat (27/3/2020).
Sebab itu, perseroan untuk sementara akan mencari sumber pemasukan lain melalui penyewaan kendaraan baik bus maupun mobil untuk pasar domestik.
Selain Destinasi Tirta, emiten pariwisata lain juga terimbas yakni PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR). Direktur Panorama Sentrawisata, Angreta Chandra, mengatakan dengan menyebarnya COVID-19 tentunya sangat berpengaruh terhadap operasional bisnis sektor travel dan leisure dan MICE dan sektor inbound perseroan.
"Source market kami pangsa pasar yang 100 persen berasal dari Indonesia. Untuk perjalanan keluar negeri (outbound) turun signifikan sejak merebaknya corona di luar China, di pertengahan Februari 2020 dan sejak itu pula beberapa negara tujuan telah mengambil kebijakan pembatasan perjalanan, penutupan, perbatasan hingga lockdown di wilayahnya masing-masing," jelas Angreta, dalam penjelasannya kepada BEI.
Dia menjelaskan, untuk perjalanan domestik, baik kegiatan bisnis maupun leisure sejak awal Maret 2020 sudah mengalami tren menurun, diperparah lagi dengan arahan pemerintah untuk tidak melakukan perjalanan, kegiatan berkumpul, dan work from home pada pertengahan Maret lalu.
"Adapun sektor inbound [bisnis wisata dalam negeri], source market kami pangsa pasar yang berasal dari Eropa Barat, Eropa Timur, Skandinavia, Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Timur Tengah, Amerika dan Arab," jelasnya.
Dia mengatakan bisnis inbound perusahaan terkena dampak langsung karena negara yang menjadi pangsa pasar perusahaan sebagian besar terkena travel ban sehingga tidak ada penerbangan masuk dan keluar dari negara itu.
"Hal ini menyebabkan penurunan booking secara signifikan dengan rencana perjalanan dalam beberapa bulan ke depan."
Sebab itu, perseroan menjalankan beberapa strategi di antaranya mengkomunikasikan kepada pihak internal dan eksternal perusahaan . Eksternal ini termasuk bank, Otoritas Jasa Keuangan, para analis untuk menjelaskan situasi dan kondisi terakhir perusahaan dalam menangani bisnis di tengah corona.
"Kami juga melakukan efisiensi biaya opex termasuk salary, benefit, biaya kantor, dan lainnya, dan pemberian karyawan unpaid leave. Penerapan bekerja dari rumah."
Perseroan menegaskan saat ini tidak ada PHK dan tidak melakukan perekrutan karyawan baru serta perseroan melakukan restrukturisasi organisasi di beberapa anak usaha.
(tas/hps) Next Article Emiten Pariwisata Ngos-ngosan Dihajar Corona, Ini Strateginya
