
Investor Masuk Aset Berisiko, Harga Emas Dunia Terkikis

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global di pasar spot dalam sepekan terakhir mengalami sedikit koreksi 0,28% menjadi US$ 1.684,19 dari US$ 1.688,90/troy ons pada penutupan hari Jumat lalu (10/4/2020).
Sebelumnya, harga emas global di pasar spot sempat mencapai US$ 1.727,70/troy ons pada penutupan perdagangan hari Selasa (14/4/2020) yang menyentuh level tertinggi baru dalam kurun 7 tahun, melansir dari Revinitif.
Namun, rekor tersebut tidak berlangsung lama, pada perdagangan hari Jumat (17/4/2020), harga emas dunia di pasar spot turun US$ 33,49 poin atau hampir 2% ke level US$ 1.684,19/troy ons dari hari sebelumnya setelah Presiden AS Donald Trump yang berencana membuka kembali aktivitas ekonomi AS membantu sentimen investor untuk melirik pasar modal.
Harapan akan segera berakhirnya pandemi Covid-19 kembali muncul setelah adanya kabar Gilead Science Inc, raksasa farmasi di AS, memiliki obat yang efektif melawan virus corona.
CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien Covid-19 yang terpapar parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi secara ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.
Pedoman baru Presiden Donald Trump untuk membuka kembali ekonomi AS. dan sentimen data awal terkait dengan pengobatan COVID-19 yang potensial mendorong investor menuju aset berisiko.
Sepekan kemarin, bursa saham di kawasan Asia mayoritas menguat, yang dipimpin oleh kenaikan indeks Kopsi sebesar 2,9%, diikuti oleh Nikkei 225 melesat 2,1%, Straits Time Singapore menguat 1,7%, indeks Shanghai Composit naik 1,5% dan indeks Hang Seng naik 0,3%.
Sementara pasar saham Australia, indeks acuan (benchmark) S&P/ASX 200 stagnan, sedangkan bursa saham domestik yaitu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) koreksi 0,1%.
Kendati demikian, koreksi wajar dalam sepekan terakhir ini tidak menjadi patokan bahwa harga emas akan jatuh lebih dalam lagi ke bawah level psikologisnya di US$ 1.600 per troy ons.
Harga emas justru naik saat outlook ekonomi dunia April 2020 dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang bertajuk "The Great Lockdown".
Pandemi COVID-19 yang meningkat di seluruh dunia menimbulkan biaya hidup manusia yang tinggi, dan langkah-langkah perlindungan yang diperlukan sangat berdampak pada kegiatan ekonomi.
Sebagai hasil dari pandemi, ekonomi global diproyeksikan berkontraksi tajam hingga minus tiga persen (-3%) pada tahun 2020, jauh lebih buruk daripada selama krisis keuangan yang terjadi di 2008-2009.
Virus corona dan upaya negara-negara untuk mengendalikannya telah menempatkan ekonomi global pada jalur resesi terburuk sejak Depresi Hebat (Great Depression) dan dapat menelan kerugian kumulatif US$ 9 triliun dalam kegiatan ekonomi selama tahun 2020 dan 2021, lebih besar dari ukuran ekonomi Jepang dan Jerman jika digabungkan, Gita Gopinath, kepala ekonom Dana Moneter Internasional, mengatakan pada hari Selasa (14/4/2020).