BPS Bawa Kabar Buruk, Tapi Kabar Baiknya Lebih Banyak Lho!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 April 2020 13:06
Aktifitas Peti Kemas di Daerah Priok. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ilustrasi Aktivitas di Pelabuhan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Namun jangan khawatir, karena ternyata rilis data perdagangan hari ini lebih banyak membawa kabar gembira. Pertama, walau impor barang modal turun, tetapi impor bahan baku/penolong tumbuh positif.

Pada Maret 2020, impor bahan baku/penolong adalah US$ 10,28 miliar. Naik 16,34% dibandingkan sebelumnya dan secara year-on-year (YoY) masih naik 1,72%.

"Pada Maret 2020 dibandingkan Februari 2020, peningkatan impor dari China didorong oleh bahan kimia organik, plastik dan barang dari plastik, serta mesin dan peralatan listrik," kata Suhariyanto.

Jadi walau ekspansi industri loyo, tetapi aktivitas produksi yang eksisting kembali menggeliat. Pasokan bahan baku/penolong yang sempat seret sudah berangsur normal dan dapur industri kembali mengebul.


Ini tidak lepas dari pulihnya sejumlah negara dari pukulan pandemi virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-2019), terutama China. Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona di China per 14 Maret adalah 83.696 orang. Bertambah 0,12% dibandingkan sehari sebelumnya.

Kurva jumlah pasien corona di Negeri Tirai Bambu terus melandai. Kenaikan 0,12% adalah yang terendah sejak 11 April dan jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata kenaikan harian sejak 21 Januari-14 April yaitu 8,03%.



Penurunan jumlah kasus corona membuat pemerintah China membuka karantina wilayah (lockdown) di sejumlah wilayah. Salah satunya adalah Kota Wuhan, asal-muasal penyebaran virus corona.

Setelah lebih dari 70 hari 'dikunci', akhirnya Wuhan bebas. Akses keluar/masuk kota dibuka, transportasi publik beroperasi, dan aktivitas masyarakat berangsur normal. Termasuk aktivitas di industri manufaktur.


Pemulihan industri manufaktur China membuat pasokan bahan baku/penolong ke berbagai negara berangsur membaik. Indonesia pun menikmatinya.

Kedua, kebangkitan China juga mendorong peningkatan ekspor Indonesia. Pada Maret 2020, ekspor Indonesia ke China naik US$ 103,6 juta dibandingkan bulan sebelumnya.

"Selama Maret ini, ekspor ke Tiongkok meningkat 5,52% dibandingkan Februari. Barang utama di antaranya tembaga dan barang dari tembaga, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja. Bahkan dibandingkan Maret 2019 ada kenaikan 0,36%," sebut Ketjuk, sapaan akrab Suhariyanto.


(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular