
Ada Ramalan IMF Soal Resesi, IHSG Masih Kuat Menanjak
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
15 April 2020 09:15

Indonesia pun menjadi negara yang juga terkena dampaknya. Apalagi jumlah kasus infeksi corona di Tanah Air saat ini baru menunjukkan adanya lonjakan signifikan. Untuk meredam transmisi penyebaran virus, daerah Jabodetabek telah mengantongi izin untuk melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga kurun waktu dua pekan ke depan.
Untuk meredam dampak perekonomiannya, Pemerintah berupaya menggelontorkan stimulus senilai Rp 405,1 triliun atau nilainya lebih dari 2% PDB RI. Bank Indonesia juga sudah memangkas suku bunga acuan hingga ke level 4,5%.
Kemarin BI tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level tersebut. Namun Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan stance kebijakan BI masih longgar. Ada ruang untuk pemangkasan suku bunga seiring dengan laju inflasi domestik yang rendah dan kebutuhan untuk mendorong perekonomian.
BI saat ini fokus untuk menjaga stabilitas dengan meningkatkan intensitas triple intervention di pasar spot, DNDF dan pembelian SBN di pasar sekunder. Selain itu BI juga telah melakukan pelonggaran kuantitatif senilai Rp 300 triliun yang nilainya ke depan masih berpotensi untuk bertambah lagi.
Namun di sisi lain, investor juga masih menyoroti penanganan wabah di dalam negeri. Hal yang perlu dicermati adalah masih adanya perbedaan pandangan antara pemerintah pusat dan daerah soal upaya penanganan.
Selain itu efektivitas penanganan pandemi corona di Tanah Air juga masih dipertanyakan mengingat lonjakan kasus makin tinggi serta tingkat mortalitasnya yang juga tinggi.
Walau menguat pagi ini, bagaimanapun juga bursa saham RI masih mengalami tekanan jika berkaca di sepanjang tahun ini. Data BEI menunjukkan IHSG telah terperosok 25,29% sepanjang tahun ini.
Walau IHSG sudah mengalami pemangkasan koreksi, indeks bursa saham dalam negeri masih menjadi yang terburuk kedua di Asia Tenggara setelah Filipina (-26,03% ytd) dan terburuk ketiga di kawasan Asia Pasifik setelah India (-25,61% ytd).
Investor asing pun masih jaga jarak dengan bursa saham RI. Hal ini tercermin dari aksi jual bersih yang dibukukan oleh asing mencapai Rp 12,75 triliun sejak awal tahun. Jika tak ada tanda-tanda efektivitas kebijakan yang muncul, maka bukan tak mungkin saham-saham RI akan ditinggalkan oleh investornya lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Untuk meredam dampak perekonomiannya, Pemerintah berupaya menggelontorkan stimulus senilai Rp 405,1 triliun atau nilainya lebih dari 2% PDB RI. Bank Indonesia juga sudah memangkas suku bunga acuan hingga ke level 4,5%.
Kemarin BI tetap mempertahankan suku bunga acuan pada level tersebut. Namun Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan stance kebijakan BI masih longgar. Ada ruang untuk pemangkasan suku bunga seiring dengan laju inflasi domestik yang rendah dan kebutuhan untuk mendorong perekonomian.
Namun di sisi lain, investor juga masih menyoroti penanganan wabah di dalam negeri. Hal yang perlu dicermati adalah masih adanya perbedaan pandangan antara pemerintah pusat dan daerah soal upaya penanganan.
Selain itu efektivitas penanganan pandemi corona di Tanah Air juga masih dipertanyakan mengingat lonjakan kasus makin tinggi serta tingkat mortalitasnya yang juga tinggi.
Walau menguat pagi ini, bagaimanapun juga bursa saham RI masih mengalami tekanan jika berkaca di sepanjang tahun ini. Data BEI menunjukkan IHSG telah terperosok 25,29% sepanjang tahun ini.
Walau IHSG sudah mengalami pemangkasan koreksi, indeks bursa saham dalam negeri masih menjadi yang terburuk kedua di Asia Tenggara setelah Filipina (-26,03% ytd) dan terburuk ketiga di kawasan Asia Pasifik setelah India (-25,61% ytd).
Investor asing pun masih jaga jarak dengan bursa saham RI. Hal ini tercermin dari aksi jual bersih yang dibukukan oleh asing mencapai Rp 12,75 triliun sejak awal tahun. Jika tak ada tanda-tanda efektivitas kebijakan yang muncul, maka bukan tak mungkin saham-saham RI akan ditinggalkan oleh investornya lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Pages
Most Popular