Ada Ramalan IMF Soal Resesi, IHSG Masih Kuat Menanjak

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
15 April 2020 09:15
Kristalina Georgieva, IMF (AP/Jens Meyer)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Untuk poin kedua sendiri terkait dampak dari corona, semua sudah sepakat. Pandemi ini telah membuat rona perekonomian global bermuram durja. Rilis terbaru laporan Dana Moneter Internasional (IMF) mengkonfirmasi hal tersebut.

IMF mengatakan pandemi corona adalah sebuah fenomena “Great Lockdown” yang memicu terjadinya resesi global. Dalam laporannya itu, IMF mengungkap suramnya gambaran perekonomian dunia tahun ini.

Organisasi yang berbasis di Washington itu memperkirakan ekonomi global akan terkontraksi 3% pada 2020. Skenario ini masih mending.

Jika pandemi tak segera berhenti merebak hingga semester II 2020, maka kontraksi akan bertambah sebanyak 3 poin persentase (pp) menjadi -6%. Padahal, Januari lalu IMF masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia berada di angka 3,3% tahun ini.

“Kemungkinan besar tahun ini, ekonomi global akan mengalami resesi yang hebat sejak Great Depression, melampaui krisis keuangan global satu dekade lalu” kata Gita Gopinath, Kepala Ekonom IMF, melansir CNBC International.

“Ini adalah sebuah periode krisis di mana guncangan yang terjadi tidak dapat dikendalikan dengan kebijakan ekonomi mengingat kita tidak tahu kapan pandemi akan berakhir” tambahnya.

Dalam melawan corona, langkah yang diambil oleh berbagai negara di dunia setidaknya ada dua. Pertama melalui intervensi langsung pada sektor kesehatan dan kedua melalui kebijakan ekonomi (bauran kebijakan fiskal dan moneter).

Kebijakan berbagai negara di dunia dan bank sentral global untuk melawan corona memang membuat pasar saham cukup sumringah akhir-akhir ini. Walau risiko masih ada setidaknya sentimen membaik.

Bursa saham mulai membaik kala AS menggelontorkan stimulus fiskal US$ 2,2 triliun untuk menyelamatkan ekonominya. Tak sampai di situ The Fed selaku bank sentral Negeri Paman Sam juga membabat habis suku bunga acuan hingga kisaran 0-0,25%.

Belum mau kalah The Fed langsung mengeluarkan bazookanya dengan memulai program pelonggaran kuantitatif (QE) secara tak terbatas serta memberikan kredit lunak sebesar US$ 2,3 triliun untuk UKM AS.

Namun seberapa besar pun upaya yang dilakukan pemerintah dan bank sentral global tak akan bisa membuat kondisi berbalik arah. Kalau responsnya efektif paling-paling sifatnya hanya meredam saja.

Pandemi yang memicu lockdown besar-besaran membuat miliaran orang di dunia harus terkungkung di rumah dan menyebabkan penurunan produktivitas, terdisrupsinya rantai pasok global dan pelemahan permintaan membuat laju ekonomi jadi seret. (twg/twg)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular