
Kasus Corona di China Nambah Lagi, IHSG jadi Labil
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
13 April 2020 09:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawai awal pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah setelah sebelumnya sempat hijau. Lonjakan kasus corona yang signifikan dilaporkan dari dalam negeri dan China menjadi perhatian pelaku pasar.
Pada Senin (13/4/2020), IHSG dibuka menguat stagnan. IHSG sempat menguat 0,1% tiga menit selang pembukaan. Namun IHSG akhirnya berbalik arah dan terkoreksi 0,58% ke 4.621,94 pada 09.04 WIB. Sepekan kemarin indeks saham tanah air ini menguat 0,55% mengekor bursa saham utama kawasan Asia lainnya.
Pagi ini, bursa saham Hong Kong dan Australia libur hari raya Paskah. Namun mayoritas bursa saham Asia lainnya pagi ini bergerak di zona merah. Pada 08.45 WIB saham-saham di kawasan Benua Kuning ditransaksikan melemah.
Indeks Shang Hai Composite turun 0,43%, Topix anjlok 0,66%, KLCI minus 0,14%, Straits Times berkurang 0,93% dan KOSPI melorot 0,56%. Pelemahan saham-saham di kawasan Asia ini dipicu oleh sentimen negatif yang datang dari China dan negara Asia lain.
Kemarin, komisi kesehatan nasional Negeri Panda mengumumkan terjadinya lonjakan kasus. Dalam sehari China melaporkan ada 108 kasus baru pada 12 April 2020. Sebanyak 98 kasus yang teridentifikasi berasal dari luar China.
Sementara itu di waktu yang sama, Singapura juga melaporkan terjadinya lonjakan kasus di negaranya. Singapura yang sejauh ini dipuji atas penanganan wabah yang berhasil menekan angka kasus baru di bawah 100 harus mengalami pahitnya lonjakan kasus yang signifikan.
Kemarin, jumlah kasus baru yang dilaporkan di Negeri Singa mencapai 233. Dalam sepekan terakhir lonjakan kasus tertinggi yang terjadi di Singapura mencapai 287 kasus dalam sehari.
Lonjakan kasus baru yang terjadi di Singapura teridentifikasi berasal dari wabah yang merebak di apartemen/perumahan pekerja asing di negara tersebut.
Saat ini Singapura lebih memilih untuk meliburkan sekolah, perkantoran dan toko atau pusat perbelanjaan setidaknya hingga awal Mei nanti, sebagaimana diwartakan CNBC International.
Beralih ke dalam negeri, kemarin Indonesia juga melaporkan terjadinya lonjakan kasus yang signifikan. Dalam sehari terdapat 399 kasus baru yang menyebabkan total kumulatif kasus di Indonesia kini mencapai 4.241.
Untuk menekan pertambahan laju pertambahan kasus yang signifikan, beberapa daerah yang menjadi episentrum penyebaran virus di tanah air mulai memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Beberapa daerah di dalam negeri yang memberlakukan kebijakan PSBB di dalam negeri antara lain Jakarta, Depok, Bekasi, Bogor dan Tangerang. PSBB ini diterapkan di daerah-daerah tersebut hingga dua pekan ke depan.
Dengan total jumlah kasus melampaui angka 4.000 saat ini, Indonesia menjadi negara dengan kasus infeksi virus corona terbanyak ketiga di kawasan Asia Tenggara setelah Malaysia (4.683 kasus) dan Filipina (4.648 kasus).
Pelemahan harga saham di kawasan Asia termasuk di Indonesia terjadi saat harga minyak melonjak pagi ini. Harga minyak mentah kontrak futures Brent naik 4,8% sementara WTI melesat lebih tinggi 5,45% pada 08.53 WIB.
Penguatan harga minyak terjadi setelah OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi minyak sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) mulai 1 Mei nanti. Dari Juni hingga Desember, OPEC+ berencana memangkas produksi minyaknya sebanyak 7,7 juta bpd dan selanjutnya 5,8 juta bpd per Januari 2021 hingga April 2022.
Ini merupakan pemangkasan produksi minyak yang terjadi di sepanjang sejarah. Walau harga minyak mentah menguat pagi ini. Namun masih ada nada skeptis di pasar. Pasalnya permintaan minyak mentah akibat merebaknya virus corona ditaksir mencapai lebih dari 15 juta bpd. Artinya pemangkasan produksi minyak 9,7 juta bpd masih membuat pasar kebanjiran pasokan.
Memang volatilitas di pasar akhir-akhir ini tidak sebesar periode Februari-Maret lalu. Sentimen terhadap risiko mulai membaik. Namun selagi musuh tak kasat mata yang menyerang apa pun di depannya (corona) masih mengintai, bursa saham global maupun tanah air masih akan diwarnai dengan tekanan.
Sepanjang tahun ini saja, IHSG sudah terkoreksi 26,2%. Investor asing juga tampak masih jaga jarak dengan pasar saham domestik. Hal ini tercermin dari aksi jual bersih asing yang mencapai Rp 12,65 triliun dari awal tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!
Pada Senin (13/4/2020), IHSG dibuka menguat stagnan. IHSG sempat menguat 0,1% tiga menit selang pembukaan. Namun IHSG akhirnya berbalik arah dan terkoreksi 0,58% ke 4.621,94 pada 09.04 WIB. Sepekan kemarin indeks saham tanah air ini menguat 0,55% mengekor bursa saham utama kawasan Asia lainnya.
Pagi ini, bursa saham Hong Kong dan Australia libur hari raya Paskah. Namun mayoritas bursa saham Asia lainnya pagi ini bergerak di zona merah. Pada 08.45 WIB saham-saham di kawasan Benua Kuning ditransaksikan melemah.
Indeks Shang Hai Composite turun 0,43%, Topix anjlok 0,66%, KLCI minus 0,14%, Straits Times berkurang 0,93% dan KOSPI melorot 0,56%. Pelemahan saham-saham di kawasan Asia ini dipicu oleh sentimen negatif yang datang dari China dan negara Asia lain.
Kemarin, komisi kesehatan nasional Negeri Panda mengumumkan terjadinya lonjakan kasus. Dalam sehari China melaporkan ada 108 kasus baru pada 12 April 2020. Sebanyak 98 kasus yang teridentifikasi berasal dari luar China.
Sementara itu di waktu yang sama, Singapura juga melaporkan terjadinya lonjakan kasus di negaranya. Singapura yang sejauh ini dipuji atas penanganan wabah yang berhasil menekan angka kasus baru di bawah 100 harus mengalami pahitnya lonjakan kasus yang signifikan.
Kemarin, jumlah kasus baru yang dilaporkan di Negeri Singa mencapai 233. Dalam sepekan terakhir lonjakan kasus tertinggi yang terjadi di Singapura mencapai 287 kasus dalam sehari.
Lonjakan kasus baru yang terjadi di Singapura teridentifikasi berasal dari wabah yang merebak di apartemen/perumahan pekerja asing di negara tersebut.
Saat ini Singapura lebih memilih untuk meliburkan sekolah, perkantoran dan toko atau pusat perbelanjaan setidaknya hingga awal Mei nanti, sebagaimana diwartakan CNBC International.
Beralih ke dalam negeri, kemarin Indonesia juga melaporkan terjadinya lonjakan kasus yang signifikan. Dalam sehari terdapat 399 kasus baru yang menyebabkan total kumulatif kasus di Indonesia kini mencapai 4.241.
Untuk menekan pertambahan laju pertambahan kasus yang signifikan, beberapa daerah yang menjadi episentrum penyebaran virus di tanah air mulai memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Beberapa daerah di dalam negeri yang memberlakukan kebijakan PSBB di dalam negeri antara lain Jakarta, Depok, Bekasi, Bogor dan Tangerang. PSBB ini diterapkan di daerah-daerah tersebut hingga dua pekan ke depan.
Dengan total jumlah kasus melampaui angka 4.000 saat ini, Indonesia menjadi negara dengan kasus infeksi virus corona terbanyak ketiga di kawasan Asia Tenggara setelah Malaysia (4.683 kasus) dan Filipina (4.648 kasus).
Pelemahan harga saham di kawasan Asia termasuk di Indonesia terjadi saat harga minyak melonjak pagi ini. Harga minyak mentah kontrak futures Brent naik 4,8% sementara WTI melesat lebih tinggi 5,45% pada 08.53 WIB.
Penguatan harga minyak terjadi setelah OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi minyak sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) mulai 1 Mei nanti. Dari Juni hingga Desember, OPEC+ berencana memangkas produksi minyaknya sebanyak 7,7 juta bpd dan selanjutnya 5,8 juta bpd per Januari 2021 hingga April 2022.
Ini merupakan pemangkasan produksi minyak yang terjadi di sepanjang sejarah. Walau harga minyak mentah menguat pagi ini. Namun masih ada nada skeptis di pasar. Pasalnya permintaan minyak mentah akibat merebaknya virus corona ditaksir mencapai lebih dari 15 juta bpd. Artinya pemangkasan produksi minyak 9,7 juta bpd masih membuat pasar kebanjiran pasokan.
Memang volatilitas di pasar akhir-akhir ini tidak sebesar periode Februari-Maret lalu. Sentimen terhadap risiko mulai membaik. Namun selagi musuh tak kasat mata yang menyerang apa pun di depannya (corona) masih mengintai, bursa saham global maupun tanah air masih akan diwarnai dengan tekanan.
Sepanjang tahun ini saja, IHSG sudah terkoreksi 26,2%. Investor asing juga tampak masih jaga jarak dengan pasar saham domestik. Hal ini tercermin dari aksi jual bersih asing yang mencapai Rp 12,65 triliun dari awal tahun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!
Most Popular