IHSG Boleh Melemah 0,5%, tapi Asing Masuk Rp 321 M

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 April 2020 16:10
China dan Harga Minyak Bikin Investor Galau
Foto: Harga Minyak Pukul 14:58 WIB Dibayangi Pandemi Corona (CNBC Indonesia TV)
Jika secara global penyebaran Covid-19 melambat, di China justru terjadi peningkatan kasus yang memicu kecemasan akan "serangan" Covid-19 gelombang kedua.

China, yang sebelumnya sudah berhasil meredam penyebaran Covid-19 kini kembali mengalami kenaikan kasus dua kali lipat. Komisi Kesehatan China (NHC) melaporkan pada 11 April terjadi penambahan sebanyak 99 kasus Covid-19. Angka tersebut bertambah lebih dari dua kali lipat hari sebelumnya, dimana kasus baru yang dilaporkan sebanyak 46 kasus.

Dari total kasus baru kemarin, sebanyak 97 di antaranya merupakan kasus "impor" atau orang-orang yang baru datang ke China dari luar negeri. Sementara 2 lainnya merupakan transmisi lokal.

Kemudian, Minggu kemarin NHC melaporkan jumlah kasus baru sebanyak 108, dengan 98 kasus merupakan kasus "impor" dan 10 orang transmisi lokal.

Berkaca dari Singapura, "serangan" virus corona gelombang kedua bisa terjadi akibat kasus "impor" dan mengakibatkan penambahan kasus yang sangat signifikan.


Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan 233 kasus baru dalam sehari Minggu kemarin. 167 diantaranya dikatakan tidak pernah kontak dengan pasien lainnya. Penambahan kasus harian tertinggi sebanyak 287 kasus yang dilaporkan pada pekan lalu.



Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar COVID-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.

Tetapi setelahnya, Negeri Merlion menghadapi "serangan" virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) "mudik" setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran Covid-19.

Dampaknya, Singapura mengalami lonjakan kasus, hingga hari ini jumlah kasus tercatat sebanyak 2.532 kasus, naik 1.000% lebih dibandingkan pertengahan Maret lalu.

Di Indonesia sendiri, kasus Covid-19 masih dalam tren naik, mengingat kasus pertama di awal Maret. Hingga Minggu kemarin tercatat kasus positif sebanyak 4.241 orang, dengan 373 orang meninggal dunia, dan 359 dinyatakan sembuh.

Sementara itu, harga minyak mentah juga mempengaruhi pergerakan bursa saham global. Pada hari ini, harga minyak mentah menguat cukup tajam setelah Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC), Rusia dan beberapa negara lainnya (OPEC+) sah pangkas produksi minyak sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) kemarin, dan berlaku mulai 1 Mei.

Meski demikian, outlook harga minyak mentah masih belum bagus mengingat permintaan masih rendah.

Bank of America memprediksi konsumsi minyak mentah global di kuartal I-2020 turun sekitar 12 juta barel per hari. Kemudian konsultan minyak mentah, FGE, juga melihat permintaan minyak mentah berkurang 12 juta barel per hari, bahkan 20 juta barel per hari dalam skenario terburuknya.

OPEC baru mulai memangkas produksinya pada bulan Mei, sementara permintaan sudah mulai merosot sejak munculnya pandemi Covid-19. Jika pandemi masih belum bisa dihentikan pada bulan depan, jumlah produksi yang dipangkas juga masih lebih sedikit dibandingkan penurunan permintaan. Hal itu menyebabkan harga minyak masih berisiko tertekan.

Akibat penurunan permintaan tersebut, Goldman Sachs memproyeksikan harga minyak jenis Brent rata-rata berada di level US$ 20/barel di kuartal II tahun ini. Sementara Citi lebih rendah lagi, rata-rata diperkirakan US$ 17/barel.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular