
IHSG Menguat Tipis, Bursa Saham RI Gagal jadi Juara di Asia
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
11 April 2020 11:40

Walaupun sentimen eksternal memang cenderung membaik dan membuat passer saham berbunga-bunga, hal tersebut tak lantas membuat IHSG kembali dilirik investor asing. Sejak awal tahun IHSG mencatatkan koreksi lebih dari 26%.
Investor asing pun masih jaga jarak dengan bursa saham Tanah air. Hal ini tercermin dari aksi jual bersih yang mencapai Rp 12,6 triliun di sepanjang tahun ini.
Ada beberapa hal yang membuat investor asing masih jaga jarak dengan bursa saham tanah air. Pertama adalah adanya keraguan bahwa Indonesia dapat menangani wabah corona dengan baik.
Data Worldometer memyebutkan, sejauh ini hanya 65 orang dari 1 juta penduduk Indonesia yang sudah menjalani uji corona. Sementara di Malaysia angkanya mencapai 2.153 dan Singapura jauh lebih tinggi yaitu 12.243.
Selain itu, data-data perekonomian yang dirlis baru-baru ini sudah mulai menunjukkan dampak dari pandemic corona terhadap ibu pertiwi. Dimulai dari sektor manufaktur, angka Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia bulan Maret yang mengalami kontraksi sebesar 45,3.
Selain angka PMI, rilis data penjualan eceran bulan Februari oleh Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan adanya kontraksi sebesar 0,8% (yoy). Penjualan ritel bulan Maret diperkirakan terkontraksi lebih dalam hingga 5,4% (yoy).
Hal ini senada dengan angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) BI yang juga tergerus. Pada Maret posisi IKK berada di angka 113. Padahal di bulan sebelumnya berada di angka 117. Tak bisa dipungkiri optimisme konsumen dalam memandang perekonomianm memang mulai tergerus.
Well, IHSG akan dapat pulih ketika upaya penanganan wabah corona di tanah air menunjukkan tanda-tanda efektivitas yang tinggi baik dari sisi intervensi di sektor kesehatan maupun kebijakan ekonominya.
Apabila efektivitasnya rendah atau bahkan tidak berdampak apa-apa bisa saja bursa saham tanah air menjadi yang paling terpuruk di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Investor asing pun masih jaga jarak dengan bursa saham Tanah air. Hal ini tercermin dari aksi jual bersih yang mencapai Rp 12,6 triliun di sepanjang tahun ini.
Ada beberapa hal yang membuat investor asing masih jaga jarak dengan bursa saham tanah air. Pertama adalah adanya keraguan bahwa Indonesia dapat menangani wabah corona dengan baik.
Selain itu, data-data perekonomian yang dirlis baru-baru ini sudah mulai menunjukkan dampak dari pandemic corona terhadap ibu pertiwi. Dimulai dari sektor manufaktur, angka Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia bulan Maret yang mengalami kontraksi sebesar 45,3.
Selain angka PMI, rilis data penjualan eceran bulan Februari oleh Bank Indonesia (BI) juga menunjukkan adanya kontraksi sebesar 0,8% (yoy). Penjualan ritel bulan Maret diperkirakan terkontraksi lebih dalam hingga 5,4% (yoy).
Hal ini senada dengan angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) BI yang juga tergerus. Pada Maret posisi IKK berada di angka 113. Padahal di bulan sebelumnya berada di angka 117. Tak bisa dipungkiri optimisme konsumen dalam memandang perekonomianm memang mulai tergerus.
Well, IHSG akan dapat pulih ketika upaya penanganan wabah corona di tanah air menunjukkan tanda-tanda efektivitas yang tinggi baik dari sisi intervensi di sektor kesehatan maupun kebijakan ekonominya.
Apabila efektivitasnya rendah atau bahkan tidak berdampak apa-apa bisa saja bursa saham tanah air menjadi yang paling terpuruk di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pages
Most Popular