Happy Ending! Sempat Volatil, IHSG Berakhir Menguat 0,48%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 April 2020 16:29
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak layaknya roller coaster di perdagangan Kamis (9/4/2020)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak layaknya roller coaster di perdagangan Kamis (9/4/2020). Sentimen pelaku pasar yang belum stabil di tengah pandemi virus corona membuat IHSG naik-turun tajam.

IHSG membuka perdagangan di zona hijau, dan sempat menguat nyaris 1% ke 4.669,710 yang menjadi level tertinggi intraday. Tetapi tidak lama, IHSG berbalik turun hingga 1,38% di 4.562,902. Di akhir perdagangan sesi I, bursa kebanggaan Tanah Air ini berhasil memangkas pelemahan dan berada di level 4.624,299 melemah 0,05%.

Berdasarkan data RTI, nilai transaksi sepanjang sesi I sebesar Rp 3,26 triliun dengan investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 117,17 miliar di pasar reguler dan non-reguler.

Memasuki perdagangan sesi II, IHSG kembali masuk ke zona hijau. Meski sempat diwarnai koreksi, tetapi di akhir perdagangan terakhir di pekan ini, IHSG mampu menguat 0,48% di 4.649.079. Besok tak ada perdagangan karena libur nasional Jumat Agung.



Nilai transaksi sepanjang perdagangan hari ini sebesar Rp 6,75 triliun dengan investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 514,18 miliar di pasar reguler dan non-reguler, berdasarkan data RTI.



Melambatnya penyebaran pandemi virus corona di Eropa dan AS menjadi sentimen positif di pasar. Dari Eropa, Italia dan Spanyol melaporkan penurunan jumlah korban meninggal per harinya, kemudian Jerman melaporkan penurunan jumlah kasus baru yang signifikan.

Sementara dari AS, jumlah korban meninggal di New York per harinya juga mengalami penurunan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pertumbuhan kasus corona di Negeri Paman Sam pada 7 April adalah 8,62%. Ini menjadi yang terendah sejak 27 Maret, dan jauh di bawah rata-rata laju pertumbuhan selama 24 Januari-7 April yang sebesar 22,17%.

Secara global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan dalam kurun waktu 20 Januari-6 April rata-rata pertumbuhan jumlah kasus corona adalah 12.52% per hari. Sejak 24 Maret, pertumbuhan jumlah kasus baru sudah di bawah itu yakni 9,67%. Bahkan beberapa hari terakhir pertumbuhan kasus baru per harinya sudah satu digit persentase.

Pada 8 April jumlah kematian akibat virus corona di AS bertambah 5,72% dibandingkan hari sebelumnya. Ini menjadi yang terendah sejak kasus kematian pertama tercatat pada 29 Februari.

Meski demikian, pelaku pasar masih belum yakin untuk masuk ke pasar, sebabnya meski laju penyebaran melambat tapi kapan berakhirnya masih belum pasti. Semakin lama pandemi berlangsung, maka perekonomian global akan semakin merosot, dan resesi bisa semakin dalam. Ketidakpastian adalah musuh utama para investor. Hal ini menyebabkan IHSG bergerak naik turun.

Apalagi, laju penambahan kasus Covid-19 di Indonesia sedang dalam tren naik. Update terbaru hingga Kamis (9/4/2020) pukul 12:00 WIB, jumlah kasus positif Covid-19 bertambah sebanyak 337 orang sehingga total menjadi 3.293 kasus, dengan 280 meninggal dunia dan 258 sembuh.

Pembahan kasus lebih dari 300 orang menjadi yang pertama sejak kasus ini tercatat di awal Maret. Beberapa hari sebelumnya penambahan kasus masih di kisaran 200 per hari.



Penanganan kasus Covid-19 di Indonesia pun sedikit diragukan, sebabnya data Worldometer menyebutkan, sejauh ini hanya 52 orang dari 1 juta penduduk Indonesia yang sudah menjalani uji corona. Sementara di Malaysia angkanya mencapai 1.799 dan Singapura jauh lebih tinggi yaitu 11.110 per 1 juta penduduk.

Meski jumlah kasus di Indonesia bisa dikatakan tidak terlalu banyak, tetapi dampaknya di sektor riil sudah mulai terasa. Sektor pariwisata yang paling pertama terpukul, bahkan sebelum kasus pertama di Indonesia dilaporkan. 

Kemudian disusul sektor manufaktur, yang mengalami kontraksi. Hal ini terlihat dari angka Purchasing Manager Index (PMI) Indonesia bulan Maret yang mengalami kontraksi sebesar 45,3, terendah sekaligus menjadi yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI yang dimulai pada April 2011.

Selain itu, penjualan eceran juga mengalami kontraksi di bulan Februari, dan akan lebih parah di bulan Maret. Tingkat keyakinan konsumen pun mengalami penurunan. 

Perjalanan memerangi pandemi COVID-19 masih panjang, dan upaya membangkitkan perekonomian masih harus menunggu kapan pandemi ini akan berakhir. Oleh karena itu, pergerakan naik-turun IHSG masih akan sering terjadi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]





(pap/pap) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular