
Saat Virus Corona Berhasil Dibasmi, Bagaimana Nasib Emas?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial global sedang ceria di awal pekan ini setelah penyebaran virus corona (COVID-19) mulai melambat di Eropa dan Amerika Serikat (AS). Dampaknya bursa saham global menguat di awal pekan ini.
Dari Eropa, Italia dan Spanyol melaporkan penurunan jumlah korban meninggal per harinya, kemudian Jerman melaporkan penurunan jumlah kasus baru yang signifikan.
Sementara dari AS, jumlah korban meninggal di New York per harinya juga mengalami penurunan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pertumbuhan kasus corona di Negeri Paman Sam pada 7 April adalah 8,62%. Ini menjadi yang terendah sejak 27 Maret, dan jauh di bawah rata-rata laju pertumbuhan selama 24 Januari-7 April yang sebesar 22,17%.
Secara global, WHO menyebutkan dalam kurun waktu 20 Januari-6 April rata-rata pertumbuhan jumlah kasus corona adalah 12.52% per hari. Sejak 24 Maret, pertumbuhan jumlah kasus baru sudah di bawah itu yakni 9,67%. Bahkan dalam delapan hari terakhir hingga 7 April pertumbuhan kasus baru per harinya sudah satu digit persentase.
Meski demikian, sentimen pelaku pasar belum sepenuhnya stabil, terlihat dari pergerakan bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Selasa yang melesat tajam di awal tapi melemah tipis di penutupan.
Pandemi COVID-19 yang masih belum pasti akan akan berakhirnya, dan seberapa besar dampaknya ke perekonomian global membuat sentimen pelaku pasar belum stabil.
Yang pasti, semakin lama pandemi ini berlangsung, pertumbuhan ekonomi akan semakin merosot hingga resesi yang semakin dalam. Tetapi mulai melambatnya penyebaran di Eropa bisa menjadi tanda wabah ini sudah mencapai puncaknya, dan menuju tren menurun hingga akhirnya terhenti seperti di China, asal virus corona.
Ketika pandemi ini berakhir, perekononomian global diprediksi akan segera bangkit kembali, dan sentimen pelaku pasar tentunya kembali membaik, masuk kembali ke aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi.
Yang menjadi pertanyaan, bagaimana nasib emas yang menyandang status safe haven dan salah satu aset paling bersinar saat ini? Apakah pelaku pasar akan meninggalkan emas?
Sepanjang kuartal I-2020, harga emas dunia mampu menguat 3,56%, menjadi aset yang paling diburu pelaku pasar setelah obligasi (Treasury) AS.
Aset safe haven memiliki karakteristik menguat saat sentimen pelaku pasar memburuk dan terjadi gejolak di pasar finansial global. Begitu juga sebaliknya ketika sentimen pelaku pasar membaik dan pasar finansial global menanjak naik, nilainya akan menurun.
Tetapi yang terjadi belakangan ini pergerakan emas justru seirama dengan pergerakan bursa saham. Ketika indeks S&P 500 ambles di bulan Maret lalu, harga emas dunia juga ikut merosot.
Jika kita melihat periode yang lebih panjang, atau secara tahunan akan terlihat jika indeks S&P 500 dan emas sebenarnya bergerak nyaris selalu searah. Contoh terbaru, Selasa kemarin ketika indeks S&P 500 melemah 0,16%, harga emas dunia juga turun 0,68%.
