Dolar Nyaman di Rp 16.250, Rupiah Terlemah di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 April 2020 14:13
Dolar Nyaman di Rp 16.250, Rupiah Terlemah di Asia
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS sudah nyaman di kisaran Rp 16.200, dan rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia.

Pada Rabu (8/4/2020) pukul 13:33 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 16.250. Rupiah melemah 0,78% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Mata uang Tanah Air sudah melemah saat pembukaan pasar. Namun kala itu depresiasi rupiah 'hanya' 0,31%, dan rupiah masih di bawah Rp 16.200. Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin lemah.


Begitu lemahnya rupiah kini menjadi mata uang terlemah di Asia. Mata uang Benua Kuning memang hampir seluruhnya melemah di hadapan dolar AS, tetapi tidak ada yang selemah rupiah.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 13:35 WIB:






Investor asing masih menjauhi pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham, investor asing membukukan jual bersih (net sell) Rp 353,37 miliar sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 3,45% pada pukul 13:38 WIB.

Data ekonomi terbaru memang kurang mendukung keperkasaan rupiah. Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel pada Februari 2020 tekontraksi (tumbuh negatif) -0,8% secara year-on-year (YoY). Lebih dalam ketimbang kontraksi bulan sebelumnya yaitu -0,3% YoY.

Bahkan pada Maret 2020, BI memperkirakan kontraksi penjualan ritel lebih parah lagi yaitu -5,4%. Jika itu terjadi, maka akan menjadi yang terendah sejak September 2011.




Sebelumnya, BI mengumumkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Maret 2020 sebesar 113,8. Konsumen masih pede, karena nilai indeks di atas 100.

Namun optimisme konsumen terus dalam tren penurunan. Bahkan pencapaian Maret 2020 adalah yang terendah sejak September 2016.

Artinya, dunia usaha dan konsumen sudah 'kompak', sudah klop. Namun bukan klop dalam hal positif, tetapi kompak melemah.

Dua data ini menggambarkan bahwa prospek ekonomi Indonesia lumayan gloomy. Ini bisa menjadi sentimen negatif yang membuat investor enggan masuk ke pasar keuangan Indonesia. Oleh karena itu, IHSG dan rupiah masih rawan tertekan selama situasi belum membaik.


Situasi yang dimaksud apalagi kalau bukan penyebaran virus corona alias Coronavirus Desease-2019 (Covid-19). Meski terjadi perlambatan tambahan kasus baru, tetapi secara nominal angka kasus corona begitu menyeramkan.

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 12:07 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia mencapai 1.431.900 orang. Dari jumlah tersebut, 82.172 orang meninggal dunia.

"Ini memberi gambaran bahwa kita semua harus bersabar sebelum benar-benar melihat cahaya di ujung terowongan. Tidak ada cara mudah untuk mengatasi pandemi ini," kata Margaret Yang, Analis CMC Market, seperti diberitakan Reuters.


Kemarin, rupiah berhasil menguat karena kabar kesepakatan fasilitas Repo Line antara BI dengan bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed senilai US$ 60 miliar. Melalui fasilitas ini, BI bisa memperoleh likuiditas dolar AS dari The Fed dengan menukarkan obligasi pemerintah AS.

Akan tetapi, sentimen ini tidak bisa bertahan lama. Hari ini, rupiah pun melemah lagi.

"Fasilitas Repo Line menyediakan ruang bernapas bagi rupiah untuk jangka pendek. Namun sepertinya ke depan pelemahan masih akan terjadi seiring peningkatan kasus corona dan keengganan pemerintah untuk menerapkan upaya pencegahan yang lebih tegas," sebut riset ING, yang dikutip dari Reuters.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular