
Catat! Emas Masih Jadi Safe Haven, Berpotensi Bullish

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas spot dunia masih menguat tipis 0,1% menjadi US$ 1.617,97/troy ons, dari harga penutupan Jumat lalu di US$ 1.616,45/troy ons. Ini seiring masih tingginya ekspektasi harga emas di tengah pandemi virus corona (Covid-19), kendati dalam sepekan terakhir harga emas dunia terkoreksi.
Data Refinitiv mencatat, pada perdagangan awal pekan ini, Senin (6/4/2020) pukul 11.00 WIB, harga emas spot dunia menguat 0,1% menjadi US$ 1.617,97/troy ons dari akhir pekan lalu.
Penguatan harga emas dunia terangkat oleh data dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS), yang menunjukkan lonjakan pengangguran yang lebih besar dari yang diperkirakan pada Maret lalu, karena banyak bisnis di AS tutup di tengah wabah virus corona.
Tingkat pengangguran di AS untuk Maret 2020 naik menjadi 4,4% dari 3,5% di Februari 2020. Ini merupakan laporan data pekerjaan terburuk sejak 2009.
Sementara itu pada Kamis lalu, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan klaim pengangguran melonjak mencapai rekor 6,6 juta per 27 Maret.
Meskipun begitu, indeks dolar AS yang mengukur mata uang greenback terhadap enam mata uang saingan utama naik ke level tertinggi dalam kurun lebih dari satu minggu, dan membuat emas lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lainnya. Hal ini tidak menyurutkan permintaan emas menjadi instrumen investasi aman alias safe haven.
"Pergerakan emas terlihat cukup baik hari ini, dan ada lebih banyak permintaan menjadi aset safe haven," kata Stephen Innes, Kepala Ahli Strategi Pasar di perusahaan jasa keuangan AxiCorp, dikutip Reuters.
"Ada harapan bahwa dolar AS tidak mungkin tetap menguat terus dan kondisi ekonomi yang mendasari [penguatan dolar saat ini] buruk, sehingga pedagang emas tidak akan terjebak dalam short covering atau menutup kerugian dengan masuk ke saham," kata Innes.
Sementara itu, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, akan mengumumkan keadaan darurat atas pandemi corona pada Selasa, seperti dilaporkan surat kabar Yomiuri. Ketika jumlah infeksi corona bertambah 1.000 orang di ibu kota, Tokyo, ini juga menjadi sentimen pendukung bagi harga emas untuk naik, mengutip dari Reuters.
"Jika Jepang menjauh dari kebijakan moneter dan mulai menguatkan kembali mata uangnya dengan menggelontorkan dana kepada publik, maka itu akan menjadi sentimen bullish [penguatan kembali] untuk emas," kata Innes.
Sementara itu, kepemilikan emas dari reksa dana yang diperdagangkan di bursa atau Exchange Trade Fund (ETF) dengan aset dasar emas yakni SPDR Gold Trust, naik 0,7% menjadi 978,99 ton pada hari Jumat. Ini level tertinggi dalam kurun lebih dari 3 tahun.
SPDR Gold Shares atau SPDR Gold Trust adalah bagian dari SPDR exchange-traded funds (ETF) yang dikelola dan dipasarkan oleh State Street Global Advisors.
Analis lainnya juga mengatakan, "dari sudut pandang jangka panjang, emas masih akan tetap menjadi aset yang disukai karena suku bunga saat ini rendah dan virus [corona] yang memicu perlambatan global akan mendukung reli [harga emas] berlanjut terus," kata Sugandha Sachdeva, Wakil Presiden, logam, energi dan riset mata uang, di Religare Broking Ltd.