
Batu Bara, CPO & Minyak, Mana yang Paling Top di Kuartal I?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 April 2020 11:21

Berbeda dengan harga batu bara termal, harga CPO dan minyak mentah kontrak justru anjlok signifikan. Harga CPO yang sempat menguat kuartal terakhir tahun lalu karena ancaman penipisan pasokan akibat kekeringan harus anjlok pada kuartal pertama tahun ini. Harga CPO ambles 21,3% (qoq) dari awal tahun yang berada di rentang RM 3.000/ton menjadi kurang dari RM 2.500/ton.
Pemicunya ada tiga. Pertama wabah corona yang mengancam anjloknya permintaan. Kedua adalah retaknya hubungan bilateral Malaysia dengan India karena kritik tajam Negeri Jiran yang mengakibatkan anjloknya ekspor bulanan hingga lebih dari 90% pada Februari. Ketiga adalah drama politik internal negara yang memicu mundurnya Perdana Menteri Mahathir Mohamad.
Beralih ke komoditas minyak mentah. Si emas hitam menjadi komoditas yang harganya paling anjlok. Pemicunya masih sama yakni pandemi corona. Wabah yang sudah menjangkiti seluruh dunia membuat aktivitas ekonomi kolaps.
Penumpang pesawat terbang anjlok signifikan seiring dengan diberlakukannya lockdown di berbagai negara dan pembatasan mobilitas orang.
Permintaan minyak diramal anjlok lebih dari 10 juta barel per hari (bpd) di tahun ini. Ketika permintaan minyak mentah terancam anjlok signifikan (negative demand shock), pasar masih terancam kebanjiran pasokan degan adanya perang harga antara Arab Saudi & Rusia (positive supply shock).
Arab Saudi geram karena Rusia menolak usulan pemangkasan produksi minyak lebih dalam untuk menjaga stabilitas harga minyak di pasar. Hal inilah yang membuat Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ gagal capai konsensus awal Maret lalu.
Ketegangan antara Arab Saudi dan Rusia ini memicu harga minyak anjlok dan berada di level terlemah sejak 18 tahun terakhir. Harga minyak sempat dibanderol mendekati level US$ 20/barel pada Q120, padahal di awal tahun harga minyak Brent masih di atas US$ 60/barel. Akibatnya para produsen minyak di berbagai negara sudah mulai angkat tangan karena aktivitas pengeboran menjadi tak ekonomis lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
Pemicunya ada tiga. Pertama wabah corona yang mengancam anjloknya permintaan. Kedua adalah retaknya hubungan bilateral Malaysia dengan India karena kritik tajam Negeri Jiran yang mengakibatkan anjloknya ekspor bulanan hingga lebih dari 90% pada Februari. Ketiga adalah drama politik internal negara yang memicu mundurnya Perdana Menteri Mahathir Mohamad.
Penumpang pesawat terbang anjlok signifikan seiring dengan diberlakukannya lockdown di berbagai negara dan pembatasan mobilitas orang.
Permintaan minyak diramal anjlok lebih dari 10 juta barel per hari (bpd) di tahun ini. Ketika permintaan minyak mentah terancam anjlok signifikan (negative demand shock), pasar masih terancam kebanjiran pasokan degan adanya perang harga antara Arab Saudi & Rusia (positive supply shock).
Arab Saudi geram karena Rusia menolak usulan pemangkasan produksi minyak lebih dalam untuk menjaga stabilitas harga minyak di pasar. Hal inilah yang membuat Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak dan aliansinya yang tergabung dalam OPEC+ gagal capai konsensus awal Maret lalu.
Ketegangan antara Arab Saudi dan Rusia ini memicu harga minyak anjlok dan berada di level terlemah sejak 18 tahun terakhir. Harga minyak sempat dibanderol mendekati level US$ 20/barel pada Q120, padahal di awal tahun harga minyak Brent masih di atas US$ 60/barel. Akibatnya para produsen minyak di berbagai negara sudah mulai angkat tangan karena aktivitas pengeboran menjadi tak ekonomis lagi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular