Yuk Siap-siap, Minggu Depan Kayaknya Bakal Sibuk

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 April 2020 16:29
Arab-Rusia Jadi Damai Nggak?
Presiden Rusia Vladimir Putin (Reuters/Grigory Dukor)
Sentimen ketiga adalah rencana pertemuan OPEC+ pada 9 April. Pertemuan ini rencananya akan menjadi arena perdamaian Arab Saudi-Rusia yang terlibat perang harga minyak sejak bulan lalu.

Pada awal Maret, OPEC+ gagal menyepakati tambahan pemangkasan produksi untuk mengatrol harga si emas hitam. Saat ini sudah ada kesepakatan untuk mengurangi produksi minyak sebanyak 2,1 juta barel/hari. OPEC, dengan Arab Saudi sebagai pemimpin de facto, ingin ada tambahan pemotongan 1,5 juta barel/hari sehingga totalnya menjadi 3,6 juta barel/hari.

Rusia menolak rencana tambahan tersebut. Langkah ini sepertinya membuat OPEC (baca: Arab Saudi) ngambek, sehingga ogah memperpanjang pemangkasan produksi 2,1 juta barel/hari yang akan berakhir Maret. Tidak hanya itu, Arab Saudi juga menaikkan produksi minyak plus memberi harga diskon.

Sepertinya Riyadh sedang menantang para rivalnya, siapa yang paling kuat bertahan dengan harga minyak rendah. Terjadilah apa yang disebut perang harga minyak.

Akibatnya, harga minyak terjun bebas. Bahkan pernah harga komoditas ini sampai jatuh 30% dalam sehari.

Namun ada harapan kedua negara bakal berdamai setelah Amerika Serikat (AS) bersedia menjadi penengah. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan dirinya sudah menghubungi Arab Saudi dan kemungkinan ada kesepakatan dengan Rusia.

"Saya sudah berbicara dengan kawan saya MBS (Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi) yang mana beliau juga sudah menghubungi Presiden (Vladimir) Putin dari Rusia. Saya berharap mereka bisa menyepakati pemotongan produksi (minyak) sekitar 10 juta barel dan bahkan mungkin lebih. Jika terjadi, maka akan sangat bagus bagi industri migas!" cuit Trump di Twitter.

Kin OPEC+ tengah merancang kesepakatan untuk memangkas produksi hingga 10 juta/barel atau sekitar 10% dari total produksi dunia. OPEC+ akan mengadakan pertemuan pada 9 April, mundur dari rencana awal yaitu 6 April.


Pengunduran jadwal ini terjadi karena sepertinya hubungan Riyadh-Moskow masih menyisakan api dalam sekam. Putin mengungkapkan Arab Saudi malah tidak sepakat dengan rencana pemangkasan produksi.

"Sayang sekali, mitra kita dari Arab Saudi tidak setuju untuk membuat kesepakatan dan memutuskan untuk menarik diri bahkan masih memberi diskon untuk harga minyak mereka. Tentu saja ini akan membuat harga semakin tertekan, apalagi di tengah penurunan permintaan," tegas Putin, seperti diberitakan Reuters.

Arab Saudi membantah tudingan Putin. Pangeran Abdulaziz bin Salman, Menteri Energi Arab Saudi, malah mengatakan justru keputusan Rusia yang membuat negaranya meningkatkan produksi.

"Menteri Energi Rusia adalah pihak pertama yang mengatakan bahwa seluruh negara melepas komitmen mereka. Pernyataan ini membuat negara-negara anggota lain menaikkan produksi," tegas sang pangeran, seperti diwartakan Reuters.

Berhasil atau tidaknya OPEC+ menyepakati pemotongan produksi akan menjadi sentimen penggerak harga minyak pekan depan. Jika gagal, apalagi Arab Saudi terus menggenjot produksi, maka harga minyak bisa ambles lagi. Namun kalau Arab Saudi dan Rusia berhasil berdamai dan OPEC+ mencapai kesepakatan, maka bersiaplah harga minyak bakal meneruskan tren kenaikan seperti pekan ini.





(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular