
Luar Biasa, Harga Minyak Naik 30% Lebih Pekan Ini!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 April 2020 06:39

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia melonjak tajam sepanjang pekan ini. Kemungkinan perdamaian antara Arab Saudi- Rusia akan mengakhiri perang harga minyak yang terjadi sejak awal bulan lalu.
Sepanjang pekan ini, harga minyak jenis brent melesat 36,82%. Sementara light sweet membukukan kenaikan 31,74%.
Pada awal Maret, OPEC+ gagal menyepakati tambahan pemangkasan produksi untuk mengatrol harga si emas hitam. Saat ini sudah ada kesepakatan untuk mengurangi produksi minyak sebanyak 2,1 juta barel/hari. OPEC, dengan Arab Saudi sebagai pemimpin de facto, ingin ada tambahan pemotongan 1,5 juta barel/hari sehingga totalnya menjadi 3,6 juta barel/hari.
Rusia menolak rencana tambahan tersebut. Langkah ini sepertinya membuat OPEC (baca: Arab Saudi) ngambek, sehingga ogah memperpanjang pemangkasan produksi 2,1 juta barel/hari yang akan berakhir Maret. Tidak hanya itu, Arab Saudi juga menaikkan produksi minyak plus memberi harga diskon.
Sepertinya Riyadh sedang menantang para rivalnya, siapa yang paling kuat bertahan dengan harga minyak rendah. Terjadilah apa yang disebut perang harga minyak.
Akibatnya, harga minyak terjun bebas. Bahkan pernah harga komoditas ini sampai jatuh 30% dalam sehari.
Namun ada harapan kedua negara bakal berdamai setelah Amerika Serikat (AS) bersedia menjadi penengah. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan dirinya sudah menghubungi Arab Saudi dan kemungkinan ada kesepakatan dengan Rusia.
"Saya sudah berbicara dengan kawan saya MBS (Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi) yang mana beliau juga sudah menghubungi Presiden (Vladimir) Putin dari Rusia. Saya berharap mereka bisa menyepakati pemotongan produksi (minyak) sekitar 10 juta barel dan bahkan mungkin lebih. Jika terjadi, maka akan sangat bagus bagi industri migas!" cuit Trump di Twitter.
Sepanjang pekan ini, harga minyak jenis brent melesat 36,82%. Sementara light sweet membukukan kenaikan 31,74%.
Pada awal Maret, OPEC+ gagal menyepakati tambahan pemangkasan produksi untuk mengatrol harga si emas hitam. Saat ini sudah ada kesepakatan untuk mengurangi produksi minyak sebanyak 2,1 juta barel/hari. OPEC, dengan Arab Saudi sebagai pemimpin de facto, ingin ada tambahan pemotongan 1,5 juta barel/hari sehingga totalnya menjadi 3,6 juta barel/hari.
Rusia menolak rencana tambahan tersebut. Langkah ini sepertinya membuat OPEC (baca: Arab Saudi) ngambek, sehingga ogah memperpanjang pemangkasan produksi 2,1 juta barel/hari yang akan berakhir Maret. Tidak hanya itu, Arab Saudi juga menaikkan produksi minyak plus memberi harga diskon.
Sepertinya Riyadh sedang menantang para rivalnya, siapa yang paling kuat bertahan dengan harga minyak rendah. Terjadilah apa yang disebut perang harga minyak.
Akibatnya, harga minyak terjun bebas. Bahkan pernah harga komoditas ini sampai jatuh 30% dalam sehari.
Namun ada harapan kedua negara bakal berdamai setelah Amerika Serikat (AS) bersedia menjadi penengah. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan dirinya sudah menghubungi Arab Saudi dan kemungkinan ada kesepakatan dengan Rusia.
"Saya sudah berbicara dengan kawan saya MBS (Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi) yang mana beliau juga sudah menghubungi Presiden (Vladimir) Putin dari Rusia. Saya berharap mereka bisa menyepakati pemotongan produksi (minyak) sekitar 10 juta barel dan bahkan mungkin lebih. Jika terjadi, maka akan sangat bagus bagi industri migas!" cuit Trump di Twitter.
Next Page
Arab Saudi-Rusia Jadi Damai Nggak Sih?
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular