
Saham-saham Emiten Migas Pimpin Top Gainer, Ada Apa nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten-emiten minyak dan gas (migas) memimpin top gainer atau saham-saham dengan penguatan terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan Kamis ini (2/4/2020) meskipun harga rata-rata minyak mentah Indonesia di Maret lalu terjun bebas hingga 39,5% di level US$ 34,23 per barel.
Data BEI mencatat, Kamis ini, saham PT Elnusa Tbk (ELSA) memimpin top gainer dengan penguatan harga saham 28,37% di level Rp 181/saham. Nilai transaksi sebesar Rp 31,76 miliar.
Berikutnya saham emiten migas PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) di urutan kedua top gainer. Sahamnya melesat 20,93% di level Rp 104/saham dengan nilai transaksi Rp 13,46 miliar. RAJA masuk ke bisnis migas lewat beberapa anak usaha yakni PT Triguna Internusa Pratama, PT Prima Energi Raharja, PT Energasindo Heksa Karya. RAJA juga masus ke bisnis pembangkit listrik.
Selanjutnya ada saham PT Medco Energi Internasional Tak (MEDC). Sahamnya melesat 15,51% di level Rp 432/saham dengan nilai transaksi Rp 62,48 miliar.
Saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) juga menguat 8,84% di level Rp 800/saham dengan nilai transaksi Rp 136,65 miliar, terbesar di sektor gas ini.
Saham PT Radiant Utama Interinsco Tek (RUIS) juga naik 11,11% di level Rp 200/saham dan saham PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) naik 7,41% di level Rp 145/saham.
Salah satu sentimen utama pergerakan harga saham emiten migas ialah harga komoditas energi ini di pasar global. Khusus di Indonesia, Tim Harga Minyak Indonesia, Kementerian ESDM, mencatat harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) bulan Maret terjun bebas 39,5% menjadi US$ 34,23 per barel, atau anjlok US$ 22,38 per barel dibandingkan bulan sebelumnya US$ 56,61 per barel.
Penurunan besar-besaran juga dialami ICP SLC sebesar US$ 21,40 per barel dari US$ 57,18 per barel pada Februari 2020 menjadi US$ 35,78 per barel pada Maret 2020.
Tim Harga Minyak Indonesia mengungkapkan penyebab utama dari anjloknya ICP karena pandemi corona (Covid-19). Penyebarannya yang semakin meluas mengakibatkan pemberlakuan lockdown di sebagian besar negara konsumen minyak mentah.
"Selain itu, travel restriction di mayoritas negara di dunia sehingga mengakibatkan penurunan drastis permintaan minyak mentah secara global," jelas Tim Harga dalam keterangan resminya, Kamis, (02/04/2020).
Lebih lanjut disampaikan, selain Covid-19, penyebab anjloknya harga minyak mentah adalah keputusan Arab Saudi menurunkan harga jual minyak mentah mereka untuk merebut pangsa pasar, serta berencana untuk meningkatkan produksi setelah Rusia menolak bergabung dalam rencana tambahan pemotongan produksi OPEC+.
Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar atas kondisi yang telah over supply.
"Faktor lainnya, perang harga antara Arab Saudi dan Rusia sebagai produsen-produsen utama minyak mentah di dunia, yang menjadi salah satu faktor penyebab over supply minyak mentah secara global," imbuhnya.
(tas/hps) Next Article Ganasnya Serangan Virus Corona Buat Harga Minyak Ambles