
Emas Dunia Rebound! Harga Emas Antam Keok, Hari Ini Gimana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali melesat naik lebih dari 1% pada perdagangan Rabu kemarin (1/4/2020), padahal pada perdagangan Selasa ambles lebih dari 3% di US$ 1.571,05/troy ons.
Selasa merupakan perdagangan terakhir kuartal I-2019, sepanjang periode tersebut harga emas dunia membukukan kenaikan 3,56%. Penguatan yang lumayan, meski tidak sensasional. Tetapi harga emas sebenarnya mengalami pergerakan dengan volatilitas yang tinggi. Lihat saja, Selasa lalu ambles lebih dari 3%, dan Rabu kemarin menguat lebih dari 1%.
Pada pukul 14:45 WIB Rabu kemarin, harga emas diperdagangkan di level US$ 1.596/troy ons, menguat 1,66% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Adapun berdasarkan data Kitco, harga emas dunia pada pukul 22.52 WIB tadi malam berada di level US$ 1.588/troy ons, menguat 0,69% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya. Harga tertinggi tadi malam di level US$ 1.599, sementara terendah US$ 1.568/troy ons.
Volatilitas tinggi atau naik turun dengan persentase yang besar memang terjadi pada emas sejak bulan Maret.
Pada Senin (9/3/2020), harga emas sempat melesat hingga menyentuh US$ 1.702,56/troy ons yang merupakan level tertinggi sejak Desember 2012. Namun selepas itu, emas justru terus merosot bahkan sempat menyentuh level US$ 1.450,98/troy ons pada Senin (16/3/2020) lalu.
Posisi tersebut sedikit membaik, di perdagangan Jumat (20/3/2020) emas berada di level US$ 1.497,64/troy ons. Jika dilihat dari level tertinggi 12 tahun US$ 1.702.56/troy ons, harga emas ambles lebih dari 12% dalam dua pekan.
Kemudian sepanjang pekan lalu, logam mulia ini kembali melesat lagi 8% di US$ 1.617,5/troy ons. Tingginya volatilitas emas masih berlanjut di pekan ini.
Melihat volatilitas tinggi yang terjadi pada emas belakangan ini, ahli strategi komoditas di Scotiabank, Nicky Shiels, mengatakan harga emas sudah mencapai level bawah (bottom) dan berpeluang mencetak rekor tertinggi atau termahal sepanjang masa.
"Emas sudah menemukan level bottom di US$ 1.450/troy ons, dan sudah terjadi lebih awal karena respon kebijakan yang cepat dan besar dari yang pasar bisa antisipasi," kata Shiels, dilansir Kitco.com.
Ketika mencapai bottom itu artinya kemungkinan besar harga emas tidak akan lebih rendah dari level tersebut. Artinya menurut Shiels, harga emas dunia jika kembali turun kemungkinan besar tidak akan melewati level US$ 1.450/troy ons, dan cenderung terus bergerak naik selama bertahan di atasnya.
Analisis teknikal
Secara teknikal, Tim Riset CNBC Indonesia memberikan outlook bullish atau tren naik pada Juni 2019 lalu setelah harga emas menembus resisten (tahanan atas) US$ 1.433/troy ons, dan memproyeksikan harga emas berpeluang mencapai rekor tertinggi.
Melihat grafik harian harga emas memang dalam tren bullish (naik) setelah bergerak di rerata pergerakan (Moving Average/MA) 50 hari (garis oranye), MA 100 hari (garis hijau) dan MA 200 hari (garis biru).
![]() Foto: Refinitiv |
Kemudian menambahkan indikator Fibonacci Retracement yang ditarik dari 6 September 2011 US$ 1.920.3/troy ons (level tertinggi sepanjang masa) ke 3 Desember 2015 US$ 1.045,85 (level terendah sejak mencapai rekor tertinggi).
Harga emas saat ini bergerak di kisaran Retracement 61,8% di US$ 1.568/troy ons, jika mampu bergerak konsisten di atas level tersebut emas berpeluang terus menguat menuju rekor tertinggi sepanjang sejarah US$ 1.920.3/troy ons yang merupakan Retracement 100%.
Kemudian Retracement 50% berada di level US$ 1.483/troy ons, sekitar US$ 23 di atas level bottom yang disebut oleh Scotiabank. Selain itu, support (tahan bawah) yang kuat juga berada di level US$ 1.433/troy ons.
Area US$ 1.433 - 1.483/troy ons, bisa menjadi kunci pergerakan harga emas untuk jangka panjang. Selama area tersebut tidak ditembus, outlook emas masih akan bullish.
Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) Rabu kemarin (1/4/2020) turun 1,49% atau sebesar Rp 13.000 menjadi Rp 862.000/gram, dari hari sebelumnya Rp 875.000/gram.
Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam pada Rabu kemarin, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram melemah 1,49% berada di Rp 86,2 juta dari harga kemarin Rp 87,5 juta per batang.
Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.
Harga emas Antam terkoreksi seiring dengan harga emas dunia yang juga merosot lebih dari 2% ke level terendah dalam sepekan pada Selasa kemarin karena indeks dolar yang menguat.
Harga emas spot turun 2% menjadi US$ 1.588,64 per troy ons, sedangkan harga emas berjangka Amerika Serikat kehilangan 2,4% menjadi US$ 1.603,60 per troy ons.
Kendati pada perdagangan Rabu kemarin, harga emas global justru mulai rebound di level US$ 1.588/troy ons, menguat 0,69% dari penutupan hari sebelumnya.
Secara kuartalan, selama Januari-Maret, harga emas global naik 6%, dan sepanjang Maret saja naik 1,7%. Pada awal tahun, sentimen yang sempat mempengaruhi harga emas global ialah ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS)-Iran, lalu diikuiti dengan sentimen wabah virus corona yang menjadi pandemi global.
"Sentimen global tetap goyah meskipun bank sentral dan pemerintah berdiri bersama dalam perang melawan COVID-19," kata Lukman Otunuga, analis perusahaan forex, FXTM. "Kekhawatiran seputar resesi global akan membuat investor bergegas menuju emas, terutama jika retakan mulai terlihat di AS, ekonomi terbesar di dunia."
Sementara itu, selama kuartal I-2019, harga emas Antam menguat 22,72% atau sebesar Rp 162.000/gram dari Rp 713.000/gram di awal tahun menjadi Rp 875.000/gram pada perdagangan akhir Maret (31/3/2020).
Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam kemarin turun 1,68% atau Rp 14.000 ditetapkan pada Rp 818.000/gram, dari posisi kemarin Rp 832000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas/tas) Next Article Harga Emas Antam Diramal Tembus Rp 4,5 Juta/gram, Kapan?
