
Diguyur Stimulus Jokowi Rp 405 T, IHSG Tancap Gas!
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
01 April 2020 09:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada perdagangan pagi ini. Hari ini, pasar akan mencermati rilis data ekonomi di sejumlah negara termasuk Indonesia yang jadi sentimen penggerak serta dapat menggambarkan seberapa parah dampak yang ditimbulkan oleh wabah corona (COVID-19) terhadap perekonomian.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG stagnan berada di level 4.538,93. Pada 09.02 WIB IHSG melorot 0,2%. Namun pada pukul 09.05 WIB IHSG berbalik ke zona hijau dengan penguatan 0,5%.
Secara mengejutkan angka Indeks Pembelian Manajer (PMI) manufaktur China untuk bulan Maret mengalami ekspansi di angka 52 versi Biro Statistik China. Angka ini melampaui konsensus analis yang hanya memperkirakan di angka 45 saja. Angka ini juga jauh lebih tinggi dari angka PMI Februari di 35,7.
Masih seputar PMI. Pagi ini pukul 07.30 Markit merilis angka PMI manufaktur Indonesia. Hasilnya sesuai perkiraan. Sektor manufaktur RI untuk bulan Februari mengalami kontraksi. Hal ini tercermin dari angka PMI yang berada di bawah 50 yakni di 45,3.
Angka indeks PMI manufaktur tersebut lebih rendah dari ramalan Trading Economics di angka 49. Padahal pada Februari, indeks PMI manufaktur tanah air berada di 51,9 yang mengindikasikan sektor ini masih ekspansif. Hal ini turut jadi sentimen pemberat indeks bursa saham tanah air.
Senasib dengan Indonesia, indeks PMI manufaktur Jepang versi Jibun Bank mengalami kontraksi di angka 44,2 untuk bulan Maret. Padahal konsensus Trading Economics memperkirakan angka PMI manufaktur Jepang bulan Maret berada di 44,8. Tetap masih lebih rendah dibanding bulan sebelumnya di angka 47,8.
Pada 08.45 WIB ada rilis angka PMI manufaktur China versi swasta Caixin. Angka PMI manufaktur China bulan Maret 2020 ternyata berada di 50,1 atau mengindikasikan adanya ekspansi. Hasil ini sama dengan hasil yang dikeluarkan NBS.
Wajar saja, kala ekonomi global masih terjangkit wabah, ekonomi China justru mulai bersemi kembali mengingat Negeri Panda sudah bisa dikatakan menang melawan musuh tak kasat mata.
Pada perdagangan pagi ini pukul 08.45 WIB mayoritas bursa saham Asia kembali berguguran dan bergerak di zona merah. Indeks Shang Hai Composite (-0,26%), Hang Seng (-1,07%), TOPIX (-1,07%), KLCI (-1%), Straits Times (-0,37%), KOSPI (-0,11%) dan Weighted Index (-0,12%).
Tadi dini hari bursa saham New Yorks juga ditutup dengan koreksi. Tiga indeks utama bursa saham Wall Street melemah. Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 1,8%, S&P 500 merosot 1,6% dan Nasdaq Composite turun 1%.
Tekanan jual yang masif di bursa saham Paman Sam akibat sentimen merebaknya pandemi COVID-19 membuat Dow Jones membukukan koreksi 23% di sepanjang kuartal pertama dan menjadi yang terburuk sejak 1987. S&P jatuh 20% dan menjadi yang terburuk sejak 2008, sementara Nasdaq ambles 14%.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG stagnan berada di level 4.538,93. Pada 09.02 WIB IHSG melorot 0,2%. Namun pada pukul 09.05 WIB IHSG berbalik ke zona hijau dengan penguatan 0,5%.
Secara mengejutkan angka Indeks Pembelian Manajer (PMI) manufaktur China untuk bulan Maret mengalami ekspansi di angka 52 versi Biro Statistik China. Angka ini melampaui konsensus analis yang hanya memperkirakan di angka 45 saja. Angka ini juga jauh lebih tinggi dari angka PMI Februari di 35,7.
Masih seputar PMI. Pagi ini pukul 07.30 Markit merilis angka PMI manufaktur Indonesia. Hasilnya sesuai perkiraan. Sektor manufaktur RI untuk bulan Februari mengalami kontraksi. Hal ini tercermin dari angka PMI yang berada di bawah 50 yakni di 45,3.
Angka indeks PMI manufaktur tersebut lebih rendah dari ramalan Trading Economics di angka 49. Padahal pada Februari, indeks PMI manufaktur tanah air berada di 51,9 yang mengindikasikan sektor ini masih ekspansif. Hal ini turut jadi sentimen pemberat indeks bursa saham tanah air.
Senasib dengan Indonesia, indeks PMI manufaktur Jepang versi Jibun Bank mengalami kontraksi di angka 44,2 untuk bulan Maret. Padahal konsensus Trading Economics memperkirakan angka PMI manufaktur Jepang bulan Maret berada di 44,8. Tetap masih lebih rendah dibanding bulan sebelumnya di angka 47,8.
Pada 08.45 WIB ada rilis angka PMI manufaktur China versi swasta Caixin. Angka PMI manufaktur China bulan Maret 2020 ternyata berada di 50,1 atau mengindikasikan adanya ekspansi. Hasil ini sama dengan hasil yang dikeluarkan NBS.
Wajar saja, kala ekonomi global masih terjangkit wabah, ekonomi China justru mulai bersemi kembali mengingat Negeri Panda sudah bisa dikatakan menang melawan musuh tak kasat mata.
Pada perdagangan pagi ini pukul 08.45 WIB mayoritas bursa saham Asia kembali berguguran dan bergerak di zona merah. Indeks Shang Hai Composite (-0,26%), Hang Seng (-1,07%), TOPIX (-1,07%), KLCI (-1%), Straits Times (-0,37%), KOSPI (-0,11%) dan Weighted Index (-0,12%).
Tadi dini hari bursa saham New Yorks juga ditutup dengan koreksi. Tiga indeks utama bursa saham Wall Street melemah. Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 1,8%, S&P 500 merosot 1,6% dan Nasdaq Composite turun 1%.
Tekanan jual yang masif di bursa saham Paman Sam akibat sentimen merebaknya pandemi COVID-19 membuat Dow Jones membukukan koreksi 23% di sepanjang kuartal pertama dan menjadi yang terburuk sejak 1987. S&P jatuh 20% dan menjadi yang terburuk sejak 2008, sementara Nasdaq ambles 14%.
Next Page
Pasar Diguyur Sentimen Stimulus Jokowi
Pages
Most Popular