Diguyur Stimulus Jokowi Rp 405 T, IHSG Tancap Gas!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
01 April 2020 09:21
Diguyur Stimulus Jokowi Rp 405 T, IHSG Tancap Gas!
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada perdagangan pagi ini. Hari ini, pasar akan mencermati rilis data ekonomi di sejumlah negara termasuk Indonesia yang jadi sentimen penggerak serta dapat menggambarkan seberapa parah dampak yang ditimbulkan oleh wabah corona (COVID-19) terhadap perekonomian.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG stagnan berada di level 4.538,93. Pada 09.02 WIB IHSG melorot 0,2%. Namun pada pukul 09.05 WIB IHSG berbalik ke zona hijau dengan penguatan 0,5%. 

Secara mengejutkan angka Indeks Pembelian Manajer (PMI) manufaktur China untuk bulan Maret mengalami ekspansi di angka 52 versi Biro Statistik China. Angka ini melampaui konsensus analis yang hanya memperkirakan di angka 45 saja. Angka ini juga jauh lebih tinggi dari angka PMI Februari di 35,7.


Masih seputar PMI. Pagi ini pukul 07.30 Markit merilis angka PMI manufaktur Indonesia. Hasilnya sesuai perkiraan. Sektor manufaktur RI untuk bulan Februari mengalami kontraksi. Hal ini tercermin dari angka PMI yang berada di bawah 50 yakni di 45,3.

Angka indeks PMI manufaktur tersebut lebih rendah dari ramalan Trading Economics di angka 49. Padahal pada Februari, indeks PMI manufaktur tanah air berada di 51,9 yang mengindikasikan sektor ini masih ekspansif. Hal ini turut jadi sentimen pemberat indeks bursa saham tanah air.

Senasib dengan Indonesia, indeks PMI manufaktur Jepang versi Jibun Bank mengalami kontraksi di angka 44,2 untuk bulan Maret. Padahal konsensus Trading Economics memperkirakan angka PMI manufaktur Jepang bulan Maret berada di 44,8. Tetap masih lebih rendah dibanding bulan sebelumnya di angka 47,8.

Pada 08.45 WIB ada rilis angka PMI manufaktur China versi swasta Caixin. Angka PMI manufaktur China bulan Maret 2020 ternyata berada di 50,1 atau mengindikasikan adanya ekspansi. Hasil ini sama dengan hasil yang dikeluarkan NBS.

Wajar saja, kala ekonomi global masih terjangkit wabah, ekonomi China justru mulai bersemi kembali mengingat Negeri Panda sudah bisa dikatakan menang melawan musuh tak kasat mata.


Pada perdagangan pagi ini pukul 08.45 WIB mayoritas bursa saham Asia kembali berguguran dan bergerak di zona merah. Indeks Shang Hai Composite (-0,26%), Hang Seng (-1,07%), TOPIX (-1,07%), KLCI (-1%), Straits Times (-0,37%), KOSPI (-0,11%) dan Weighted Index (-0,12%).

Tadi dini hari bursa saham New Yorks juga ditutup dengan koreksi. Tiga indeks utama bursa saham Wall Street melemah. Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 1,8%, S&P 500 merosot 1,6% dan Nasdaq Composite turun 1%.

Tekanan jual yang masif di bursa saham Paman Sam akibat sentimen merebaknya pandemi COVID-19 membuat Dow Jones membukukan koreksi 23% di sepanjang kuartal pertama dan menjadi yang terburuk sejak 1987. S&P jatuh 20% dan menjadi yang terburuk sejak 2008, sementara Nasdaq ambles 14%.

[Gambas:Video CNBC]



Sentimen yang ada di pasar masih seputar COVID-19. Pandemi ini kini sudah menjangkiti lebih dari 857 ribu orang di dunia. Tak kurang dari 42 ribu orang meninggal dibuatnya. Kasus terus bertambah dengan signifikan tiap harinya dengan AS, Italia dan Spanyol memimpin klasemen sementara.

Kasus di dalam negeri pun terus bertambah. Hingga kemarin, data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan jumlah kasus di tanah air mencapai 1.528 dan sebanyak 136 orang meninggal dunia.

Untuk menurunkan angka transmisi penyebaran virus, RI-1 Joko Widodo menetapkan kebijakan social distancing secara besar-besaran dengan lebih disiplin dan dibantu oleh aparat.

Tak sampai di situ. Kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan rencana penerbitan Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perppu) untuk merelaksasi batas defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi 5%, dari batas sekarang hanya 3%. Pemerintah akan menggali lebih banyak utang, demi menggulirkan stimulus ke sektor swasta dan rakyat.

Presiden Jokowi kemarin mengumumkan adanya tambahan belanja dan pembiayaan APBN 2020 untuk penanganan covid-19 sebesar Rp 405,1 triliun.  Anggaran sebesar Rp 405,1 triliun tersebut akan digunakan untuk Rp 75 triliun dana kesehatan, Rp 110 triliun untuk jaring pengaman sosial atau sosial safety net (SSN), Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan, dan stimulus kredit usaha rakyat.

Termasuk Rp 150 triliun yang dialokasikan untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional.

Hari ini bursa saham domestik juga akan diwarnai dengan rilis data inflasi untuk bulan Maret. Polling Reuters menyebutkan inflasi Maret (tahunan) bakal berada di level 2,96% atau tak berubah dari posisi sebelumnya 2,98%.

Inflasi bulanan berada di 0,14% atau jauh melambat dari sebelumnya 0,28%. Adapun laju inflasi inti diprediksi lebih cepat yakni menjadi 2,79% dari sebelumnya 2,76%.

Jika polling tersebut terkonfirmasi, maka aksi panic buying dan kenaikan harga beberapa komoditas (terutama bawang putih) yang sempat terjadi beberapa waktu lalu terbukti tidak memicu lonjakan inflasi, alias masih dalam skala yang terkontrol.



Di sisi lain, inflasi yang terkendali di Maret--bulan pertama bangsa ini mengonfirmasi adanya kasus COVID-19, menunjukkan bahwa suplai barang masih berlangsung normal alias tidak terganggu meski pemerintah telah mengumumkan social distancing yang berujung pada penurunan aktivitas bisnis dan konsumsi masyarakat.



Ini akan memicu optimisme pelaku pasar bahwa efek COVID-19 untuk saat ini masih terkendali di Nusantara. Namun bagaimanapun juga investor masih mencermati terus perkembangan kasus COVID-19 di Tanah air, terutama bagaimana upaya pemerintah menangani hal ini.

Untuk sementara ini, IHSG masih mencatatkan koreksi sebesar 27,95% sejak awal tahun dan investor asing juga masih jaga jarak dengan bursa saham RI. Hal ini terlihat dari aksi net sell yang mencapai lebih dari Rp 10 triliun sejak awal tahun.



TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular