Dolar di Atas Rp 16.300, Rupiah Kini Terlemah di Asia...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 March 2020 13:33
Dolar di Atas Rp 16.300, Rupiah Kini Terlemah di Asia...
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah bahkan sudah menjadi mata uang terlemah di Asia.

Pada Senin (30/3/2020) pukul 13:11 WIB, US$ 1 dihargai Rp 16.330. Rupiah melemah signifikan yaitu 1,43% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah melemah tetapi 'cuma' 0,31% dan dolar AS masih di kisaran Rp 16.100. Seiring perjalanan, rupiah semakin lemah dan dolar AS kini berada di atas Rp 16.300.


Sebenarnya tidak cuma rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga melemah di hadapan greenback. Sejauh ini hanya rupee India, yen Jepang, peso Filipina, dan dolar Singpura yang menguat.

Namun depresiasi 1,43% sah menjadikan rupiah sebagai yang terlemah di Asia. Rupiah awalnya berada di posisi kedua di atas won Korea Selatan. Pelemahan won yang menipis sementara rupiah malah sebaliknya membuat dua mata uang ini bertukar tempat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 13:15 WIB:

 



Sepanjang pekan lalu, rupiah perkasa dengan penguatan lebih dari 1% di hadapan dolar AS. Rupiah sukses menjadi yang terbaik di Asia.

Status tersebut justru membuat rupiah menjadi rentan. Dalam kondisi sentimen negatif yang merebak di pasar, rupiah menjadi 'korban' pertama aksi ambil untung. Tekanan jual melanda mata uang Tanah Air karena investor berlomba mencairkan cuan sehingga terkoreksi lumayan dalam.


Hari ini, sentimen negatif di pasar masih seputar penyebaran virus corona. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 11:59 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia mencapai 723.328 orang sementara korban jiwa tercatat 34.005 orang.

Penyebaran virus asal Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China yang kian masif ini membuat semakin banyak negara mempertimbangkan penerapan kebijakan lockdown. Di ASEAN, Vietnam dan Indonesia disebut-sebut tengah menimbang penerapan karantina wilayah meski bentuk pastinya belum diketahui.


Lockdown bertujuan untuk membatasi aktivitas masyarakat untuk mempersempit ruang gerak penyebaran virus. Namun kebijakan ini harus dibayar dengan harga mahal karena roda ekonomi sulit berputar.

Dalam proyeksi terbarunya, Economist Intelligence Unit memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya 1%. Kalau itu kejadian (amit-amit), maka akan menjadi catatan terendah sejak 1999.



"Gambaran ekonomi dunia begitu lemah dengan resesi yang kemungkinan terjadi di hampir seluruh negara maju. Kami memperkirakan akan ada perbaikan pada paruh kedua tahun ini, tetapi risiko ke bawah (downside risk) masih sangat besar karena mungkin bakal terjadi gelombang serangan kedua atau ketiga yang membuat pertumbuhan ekonomi turun lebih dalam.

"Saat ini, masih sulit untuk memperkirakan kapan lockdown bisa dicabut sehingga ketidakpastian masih sangat tinggi. Dengan penurunan penerimaan negara dan belanja yang meningkat, banyak negara juga bisa terjebak dalam krisis utang," papar Agathe Demarais, Global Forecasting Director di IEU, dalam laporannya.

Jadi, sangat wajar jika investor masih melakukan 'social distancing' dengan aset-aset berisiko. Minimnya arus modal ke pasar keuangan Asia membuat mata uang ramai-ramai melemah, termasuk rupiah.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular