COVID-19 'Rebut Hati' Pasar, Rupiah Berisiko ke Rp 16.500/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 March 2020 13:03
COVID-19 'Rebut Hati' Pasar, Rupiah Berisiko ke Rp 16.500/US$
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah ambles lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (30/3/2020), setelah membukukan penguatan 3 hari beruntun. Pandemi virus corona (COVID-19) dan stimulus fiskal masih menjadi penggerak utama di perdagangan mata uang. 

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah langsung melemah 0,31% ke Rp 16.150/US$. Depresiasi rupiah membengkak hingga 1,43% di Rp 16.330/US$ pada pukul 12:00 WIB.

'Duel' antara pendemi virus corona (Covid-19) melawan stimulus fiskal untuk "merebut hati" para pelaku pasar yang sudah berlangsung dalam beberapa pekan terakhir, dan hari ini dimenangkan lagi oleh COVID-19.

Kala Covid-19 yang "merebut hari" pelaku pasar, maka sentimen akan memburuk, aset-aset berisiko akan mengalami aksi jual, dan rupiah mengalami tekanan. Bursa saham Asia kembali terperosok di zona merah hari ini.

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) bahkan sempat dihentikan sementara 30 menit (trading halt) sejak pukul 10:20 WIB setelah IHSG ambles 5,01%. Perdagangan baru dibuka kembali pada pukul 10:50 WIB, IHSG mampu menipiskan pelemahan dan mengakhiri perdagangan sesi I di level 4.358,429 melemah 4,11%.



Pergerakan di pasar saham tersebut sudah cukup menggambarkan kembali memburuknya sentimen pelaku pasar, dan rupiah kembali tertekan.

Stimulus dari negara-negara yang terdampak Covid-19 sebenarnya sudah digelontorkan dalam beberapa pekan terakhir, tetapi gagal menaklukan virus yang berasal dari kota Wuhan China tersebut. Ini lantaran aksi jual masif terus terjadi di pasar saham global.

Baru pada pekan ini, stimulus dari AS berhasil menaklukkan Covid-19, sentimen pelaku pasar membaik.

Pada Jumat waktu AS, Presiden AS Donald Trump menandatangani undang-undang sehingga pemerintah AS bisa menggelontorkan stimulus senilai US$ 2 triliun guna memerangi Covid-19. Nilai stimulus tersebut sangat jumbo, dua kali nilai ekonomi Indonesia. Hingga perdagangan Jumat tersebut rupiah mencatat penguatan 3 hari beruntun dengan total secara persentase 2,72%.

Tetapi, efek dari stimulus tersebut mulai memudar hari ini akibat COVID-19 yang mengganas.

Berdasarkan data dari Johns Hopkins CSSE, hingga saat ini lebih dari 170 negara terpapar COVID-19, dan menjangkiti lebih dari 721.000 orang, dengan nyaris 34.000 orang meniggal dunia, dan lebih dari 151.000 dinyatakan sembuh.

Di Indonesia hingga Minggu kemarin sudah ada 1.285 kasus positif COVID-19, tetapi jumlah korban meninggal mencapai 114 orang, jauh lebih banyak dibandingkan Australia. Jumlah korban yang sembuh di RI sebanyak 64 orang.

Kabar terbaru menyebutkan pemerintah RI berencana membatasi akses ke Jabodetabek alias lockdown. Kendaraan pribadi dan angkutan orang dilarang masuk, sementara angkutan logistik masih diperbolehkan.



"(Kendaraan) pribadi juga termasuk. Pokoknya angkutan oranglah. Angkutan barang enggak (berlaku). Logistik tidak," ujar Direktur Angkutan Jalan Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Ahmad Yani kepada CNBC Indonesia, Minggu (29/3/20).

Hal ini juga berlaku untuk kereta api yang memiliki rute perjalan dari dan menuju Jabodetabek. Untuk penutupan ruas jalan, secara teknis, besar kemungkinan akan dilakukan blokade di sejumlah titik.

"Ya kemungkinan begitu (diblokade)," ujarnya

Yani juga menjelaskan bahwa secara lengkap, langkah ini masih menunggu hasil rapat terbatas (Ratas) yang dipimpin Presiden Joko Widodo. Ratas itu dijadwalkan berlangsung hari ini.

Pasar bereaksi negatif akan kemungkinan adanya karantina tersebut, dan rupiah kembali tertekan.

[Gambas:Video CNBC]



Secara teknikal, rupiah sebenarnya berpeluang menguat lebih jauh setelah di hari Jumat pekan lalu mengakhiri perdagangan di bawah level Rp 16.200/US$ (level tertinggi 18 Juni 1998). Selain itu indikator Stochastic yang berada di wilayah jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah jenuh beli, maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, dolar AS berpeluang melemah mengingat simbol perdagangan jika melawan rupiah adalah USD/IDR.

Apalagi pada perdagangan Selasa, rupiah kembali membentuk pola Black Marubozu.

Begitu perdagangan Selasa dibuka, rupiah langsung menguat 0,31% ke level Rp 16.5000/US$. Setelahnya penguatan rupiah semakin menebal hingga 0,6% ke Rp 16.450/US$ di akhir perdagangan.

Level pembukaan rupiah itu sekaligus menjadi titik terlemah intraday, sementara level penutupan menjadi titik terkuat rupiah pada hari Selasa. Dengan demikian, secara teknikal rupiah membentuk pola Black Marubozu.

COVID-19 'Rebut Hati' Pasar, Rupiah Berisiko ke Rp 16.500/US$Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Sumber: Refinitiv


Munculnya Black Marubozu kerap dijadikan sinyal kuat jika harga suatu instrument akan mengalami penurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah. Dengan kata lain, rupiah berpotensi melanjutkan penguatan.

Kemudian pada Jumat lalu rupiah juga membentuk pola Dravestone Doji, di mana harga pembukaan sama dengan harga penutupan perdagangan, dengan ekor yang panjang di atas.

Pola ini kerap kali dijadikan sinyal jika harga suatu instrumen akan berbalik turun, dalam hal ini USD/IDR bergerak turun atau rupiah menguat melawan dolar AS.

Tetapi sayangnya pandemi COVID-19 yang berhasil "merebut hati" pelaku pasar membuat rupiah malah ambles. Faktor fundamental memang lebih berpengaruh terhadap pergerakan rupiah semenjang munculnya pandemi COVID-19.

Rupiah pada hari ini kembali ke atas Rp 16.200/US$ sehingga tekanan menjadi lebih besar. Pelemahan rupiah berpotensi berlanjut, apalagi jika di akhir perdagangan berada di atas level tersebut, rupiah berisiko melemah menuju Rp Rp16.500 sampai Rp 16.620/US$.

Sementara jika kembali ke bawah US$ 16.200, rupiah berpeluang memangkas pelemahan hingga menguat menuju Rp 16.000 sampai Rp 15.900/US$.



TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular