
Cash Memang King, Tapi Gak Sembarang Cash Juga Kali...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 March 2020 12:13

Kekhawatiran akan resesi membuat pelaku pasar sangat cemas dan tidak lagi percaya menempatkan uang di instrumen keuangan. Seluruh instrumen keuangan terkoreksi sangat parah.
Di bursa saham New York, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) amblas 26,2% dalam sebulan terakhir. Selama periode yang sama, S&P 500 jatuh 26,32% dan Nasdaq 100 ambrol 20,83%.
Di pasar komoditas, harga minyak jenis brent dan light sweet ambruk masing-masing 52,27% dan 54,37% selama sebulan ke belakang. Bahkan emas yang selama ini dinilai sebagai aset aman (safe haven) pun terkoreksi 8,78%.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian karena belum jelas kapan pandemi corona akan selesai, investor pun kembali 'primitif' dengan memegang uang tunai. Cash is king. Uang tunai bisa digunakan kapan saja untuk bertahan hidup di tengah pagebluk corona yang mengacaukan dunia.
"Kita sedang dalam masa di mana investor hanya ingin mencairkan dananya," ujar Prashant Newhana. Senior Interest Rate Strategist di TD Securities yang berbasis di Singapura, seperti diberitakan Reuters.
Namun, tentu cash yang menjadi favorit bukan sembarang cash. Adalah dolar AS yang menjadi pilihan utama.
Maklum, dolar AS masih berstatus sebagai mata uang global. Urusan apa pun bisa diselesaikan dengan dolar AS. Ekspor-impor, investasi, pembayaran utang, setoran dividen, dan berbagai keperluan lain beres kalau punya mata uang Negeri Paman Sam.
Akibatnya, dolar AS menjadi sangat perkasa. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 2,9%. Sejak awal tahun, indeks ini naik hampir 6%.
Dolar AS yang sangat kuat membuat mata uang negara lain tertekan, termasuk rupiah. Bahkan rupiah melemah begitu dalam hingga menyentuh titik terlemah sejak 1998.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Di bursa saham New York, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) amblas 26,2% dalam sebulan terakhir. Selama periode yang sama, S&P 500 jatuh 26,32% dan Nasdaq 100 ambrol 20,83%.
Di pasar komoditas, harga minyak jenis brent dan light sweet ambruk masing-masing 52,27% dan 54,37% selama sebulan ke belakang. Bahkan emas yang selama ini dinilai sebagai aset aman (safe haven) pun terkoreksi 8,78%.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian karena belum jelas kapan pandemi corona akan selesai, investor pun kembali 'primitif' dengan memegang uang tunai. Cash is king. Uang tunai bisa digunakan kapan saja untuk bertahan hidup di tengah pagebluk corona yang mengacaukan dunia.
"Kita sedang dalam masa di mana investor hanya ingin mencairkan dananya," ujar Prashant Newhana. Senior Interest Rate Strategist di TD Securities yang berbasis di Singapura, seperti diberitakan Reuters.
Namun, tentu cash yang menjadi favorit bukan sembarang cash. Adalah dolar AS yang menjadi pilihan utama.
Maklum, dolar AS masih berstatus sebagai mata uang global. Urusan apa pun bisa diselesaikan dengan dolar AS. Ekspor-impor, investasi, pembayaran utang, setoran dividen, dan berbagai keperluan lain beres kalau punya mata uang Negeri Paman Sam.
Akibatnya, dolar AS menjadi sangat perkasa. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 2,9%. Sejak awal tahun, indeks ini naik hampir 6%.
Dolar AS yang sangat kuat membuat mata uang negara lain tertekan, termasuk rupiah. Bahkan rupiah melemah begitu dalam hingga menyentuh titik terlemah sejak 1998.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular