Cash Memang King, Tapi Gak Sembarang Cash Juga Kali...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
23 March 2020 12:13
Resiko Resesi Semakin Tinggi
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Perlambatan ekonomi sudah pasti terjadi. Sekarang pertanyaannya, apakah perlambatan itu sangat parah sehingga menimbulkan resesi?

Berdasarkan jajak pendapat Reuters yang melibatkan 41 institusi di Benua Amerika dan Eropa, 31 di antaranya memperkirakan ekspansi ekonomi akan berhenti pada kuartal I tahun ini. Kali terakhir perekonomian dunia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) adalah pada 2009.


"Tidak ada keraguan. Ekspansi ekonomi terpanjang sepanjang sejarah akan berakhir kuartal ini. Sekarang masalahnya apakah kontraksi akan berlangsung lama sehingga menciptakan resesi?" kata Bruce Kasman, Head of Global Economic Research di JP Morgan, seperti dikutip dari Reuters.

Resesi bisa diartikan sebagai kontraksi ekonomi dalam dua kuartal beruntun pada tahun yang sama. Survei Reuters menunjukkan perekonomian global masih tumbuh 1,6% tahun ini, jauh melambat dibandingkan pencapaian tahun lalu.

Namun bukan berarti tidak ada resesi. Bisa saja kontraksi terjadi secara beruntun pada kuartal I dan III, kemudian baru bangkit pada dua kuartal berikutnya. Kontraksi pada kuartal I dan II sudah masuk kategori resesi.

"Resesi global mungkin akan terjadi dalam waktu dekat. Kita semua dalam kondisi yang tidak diinginkan, sehingga aturan-aturan normal tidak bisa lagi berlaku," tegas Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres, seperti diberitakan Reuters.



(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular