
JPMorgan Optimistis Pasar Saham Rebound! Tapi Ini Syaratnya

Jakarta, CNBC Indonesia - JPMorgan memprediksi pasar saham AS terutama indeks acuan S&P 500 di New York Stock Exchange (NYSE) dan Bursa Nasdaq bisa kembali menembus rekor tertinggi pada awal tahun depan dengan catatan pemerintah AS bisa dengan cepat mengantisipasi dan menangani wabah virus corona (COVID-19) dengan stimulus fiskal.
Head of US Equity Strategy JPMorgan Dubravko Lakos-Bujas dalam riset yang disampaikan kepada klien menyatakan pihaknya berharap level indeks S&P 500 bisa mencapai 3.400 pada awal 2021.
Level tersebut akan menjadi yang tertinggi sepanjang masa, melampaui level sebelumnya yakni 3.386 yang dicatatkan pada 19 Februari silam. Prediksi level tersebut juga 47% lebih tinggi dari pergerakan rata-rata pada Jumat lalu ketika ditutup di level 2.304,92.
Mengacu data CNBC International, pada Jumat lalu (20/3/2020, tiga indeks acuan di bursa Wall Street AS (NYSE dan Nasdaq) terjungkal. S&P 500 minus 4,34% di level 2.304, indeks Nasdaq juga turun 3,79% di level 6.879, sementara indeks Dow Jones industrial Average (DJIA) minus 4,55% di level 19.173.
![]() |
JPMorgan mencatat, indeks S&P 500 saat ini berada dalam masa bearish (menurun) sejak 12 Maret setelah sebelumnya sempat mengalami kenaikan tajam sebelum wabah corona meluas. Pandemi corona secara global kian memperburuk perkiraan pertumbuhan ekonomi dan laba perusahaan-perusahaan di seluruh dunia.
Namun, setelah gelombang aksi jual (net sell) tanpa henti di pasar saham belakanga ini, Lakos-Bujas melihat ada peluang bagi pasar saham untuk kembali ke level rekor.
"Harus diakui bahwa pasar saham global sekarang turun 30-50% dari level tertinggi baru-baru ini, dan bahwa posisi investor kian sebetulnya semakin menguntungkan [karena ada potensi beli saham harga murah]. Kami melihat profil pengembalian yang asimetris dan memprediksi pasar saham bisa rebound signifikan," tulis Lakos-Bujas, dikutip CNBC International, Minggu (22/3/2020).
Menurut JPMorgan, agar skenario pembalikan harga saham terjadi, pemerintah AS harus segera meloloskan "paket fiskal komprehensif."
Gedung Putih saat ini menyiapkan lebih dari US$ 1 triliun stimulus guna melunakkan pukulan ekonomi akibat meluasnya virus corona.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa pemerintah ingin mengirimkan 'subsidi' langsung bagi anak-anak dan orang dewasa sebagai bagian dari paket stimulus itu. Pembayaran itu akan berjumlah sekitar US$ 500 miliar. Beberapa kelompok industri di AS, terutama sektor penerbangan, juga tengah mencari dana bantuan dari pemerintah.
"Kebijakan fiskal yang agresif perlu segera dilakukan," kata Lakos-Bujas.
Dia mencatat bahwa kegagalan melewati langkah-langkah tersebut "kemungkinan akan menciptakan kapitulasi saham yang lebih luas termasuk bagi stok saham-saham heavyweight alias saham-saham utama."
"Penyebaran wabah corona di AS masih akan tetap menjadi perhatian utama," kata dia. "Pada saat yang sama, ada tanda-tanda awal kemajuan soal obat antivirus corona yang akan dibuat, meskipun hasilnya masih belum pasti."
(tas/sef) Next Article Beli Saham Saat Pasar Jeblok? Simak Dulu Resep Jitu JPMorgan
