
Sentimen Campur Aduk, Harga CPO Berani Menguat
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
20 March 2020 12:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah gempuran sentimen yang campur aduk, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kontrak di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) memilih menguat pada perdagangan hari ini.
Pada Jumat (20/3/2020), harga CPO kontrak pengiriman Juni berada di level RM 2.244/ton. Harga CPO naik 28 ringgit atau menguat 1,26% dibanding penutupan perdagangan kemarin. Ada setidaknya tiga sentimen negatif yang berpotensi menekan harga CPO.
Pertama, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Intertek Testing Services (ITS) ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1-20 Maret drop 21,2% dibanding bulan sebelumnya.
ITS mencatat, ekspor untuk semua jenis minyak sawit Malaysia (CPO & refined) pada 20 hari bulan Maret sebanyak 644.421 ton. Angka ini lebih rendah dibanding bulan lalu yang mencapai 817.314 ton.
Kedua, COVID-19 yang sudah menjangkiti lebih dari 240 ribu orang di 164 negara menjadi ancaman serius yang berpotensi membawa disrupsi dari sisi permintaan. Apalagi saat ini Eropa menjadi episentrum penyebaran virus yang baru.
Ketiga, dalam keadaan lockdown akhirnya pemerintah Malaysia memperbolehkan semua pelaku industri kelapa sawit dari hulu ke hilir untuk tetap beroperasi. Sempat diisukan industri kelapa sawit juga harus berhenti beroperasi. Jika ini dilakukan maka produksi akan drop sebesar 350.000 - 700.000 ton di bulan Maret.
Akibatnya adalah persediaan minyak sawit menjadi turun drastis dan ini berpotensi membuat harga CPO terkerek naik. Namun karena pemerintah Malaysia akhirnya memberi ijin untuk tetap beroperasi akhirnya harga yang sempat naik akhirnya drop.
"Keputusan pemerintah Malaysia memastikan bahwa industri terus menghasilkan pasokan minyak sawit yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," tulis Sime Darby Plantation dalam sebuah pernyataan.
Pada Jumat (20/3/2020), harga CPO kontrak pengiriman Juni berada di level RM 2.244/ton. Harga CPO naik 28 ringgit atau menguat 1,26% dibanding penutupan perdagangan kemarin. Ada setidaknya tiga sentimen negatif yang berpotensi menekan harga CPO.
Pertama, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Intertek Testing Services (ITS) ekspor minyak sawit Malaysia untuk periode 1-20 Maret drop 21,2% dibanding bulan sebelumnya.
ITS mencatat, ekspor untuk semua jenis minyak sawit Malaysia (CPO & refined) pada 20 hari bulan Maret sebanyak 644.421 ton. Angka ini lebih rendah dibanding bulan lalu yang mencapai 817.314 ton.
Kedua, COVID-19 yang sudah menjangkiti lebih dari 240 ribu orang di 164 negara menjadi ancaman serius yang berpotensi membawa disrupsi dari sisi permintaan. Apalagi saat ini Eropa menjadi episentrum penyebaran virus yang baru.
Ketiga, dalam keadaan lockdown akhirnya pemerintah Malaysia memperbolehkan semua pelaku industri kelapa sawit dari hulu ke hilir untuk tetap beroperasi. Sempat diisukan industri kelapa sawit juga harus berhenti beroperasi. Jika ini dilakukan maka produksi akan drop sebesar 350.000 - 700.000 ton di bulan Maret.
Akibatnya adalah persediaan minyak sawit menjadi turun drastis dan ini berpotensi membuat harga CPO terkerek naik. Namun karena pemerintah Malaysia akhirnya memberi ijin untuk tetap beroperasi akhirnya harga yang sempat naik akhirnya drop.
"Keputusan pemerintah Malaysia memastikan bahwa industri terus menghasilkan pasokan minyak sawit yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," tulis Sime Darby Plantation dalam sebuah pernyataan.
Pages
Most Popular