Malaysia Bolehkan Perkebunan Sawit Beroperasi, Harga CPO Drop

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
19 March 2020 11:54
Harga CPO langsung anjlok setelah Pemerintah Malaysia tetap memperbolehkan perkebunan sawit beroperasi di saat lockdown
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) langsung anjlok setelah pemerintah Malaysia memperbolehkan perkebunan kelapa sawit tetap beroperasi selama masa lockdown.

Pemerintah Malaysia menetapkan lockdown per 18-31 Maret nanti karena jumlah kasus infeksi COVID-19 di Negeri Jiran melonjak drastis. Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan jumlah kasus di Malaysia mencapai 790 orang dan menjadi yang terbanyak di Asia Tenggara.

Sebelumnya Reuters melaporkan Asosiasi Industri Minyak Sawit Malaysia (MPOA) meminta pengecualian untuk tetap beroperasi. Gayung bersambut, pemerintah Malaysia mengabulkan permintaan asosiasi industri.


Jika dalam keadaan lockdown aktivitas operasi perkebunan juga dihentikan selama dua minggu, maka tandan buah segar akan jadi busuk dan petani sawit menjadi terancam.

Pasokan dan stok sawit Malaysia busa turun drastis. Kabar ini sempat membuat harga CPO kontrak pengiriman tiga bulan di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) melesat 5,2% pada perdagangan hari kemarin.

Namun hari ini harga CPO sudah turun lagi. Pada Kamis (19/3/2020) pukul 11.36 WIB , harga CPO kontrak turun 38 ringgit atau berkurang 1,7% dibanding posisi penutupan kemarin. CPO per tonnya kini diperdagangkan dengan harga RM 2.201.

"Stok [minyak sawit] sudah rendah, jika para petani tidak dibiarkan untuk beraktivitas setelah memenuhi permintaan ekspor, maka total persediaan akan menjadi sangat sedikit. Stok akan terkuras dan berada di level terendah yang pernah ada " kata Ivy Ng kepala riset bidang agrikultur CIMB Investment Bank, melansir Reuters.

Ivy memperkirakan potensi penurunan pasokan CPO akibat lockdown sebesar 708.500 ton yang berpotensi menurunkan persediaan sampai akhir Maret sebesar 1 juta ton dari total persediaan Februari di level 1,68 juta ton.


Data dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) menunjukkan, stok pada bulan Februari sebanyak 1,68 juta ton itu merupakan tingkat persediaan terendah sejak Juni 2017.

Jika aktivitas operasi juga dilarang, maka rantai pasok global juga akan kena imbasnya, mengingat Malaysia merupakan eksportir minyak sawit terbesar kedua di dunia. Bersama dengan Indonesia, pangsa pasar ekspor minyak sawit kedua negara ini mencapai 80% dari total ekspor minyak sawit global.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Telisik Harga CPO di Tengah Aksi India Boikot Sawit Malaysia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular