Dihantui Corona, Obligasi Juga Ditinggalkan Investor

Haryanto, CNBC Indonesia
18 March 2020 17:39
Harga obligasi rupiah pemerintah pada Rabu (18/3/2020) turun karena investor wait and see di tengah gejolak pasar akibat wabah corona
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam acara MoU tentang kerja sama standardisasi kompetensi di bidang sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah. (CNBC Indonesia/Lidya Julita Sembiring)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada hari Rabu (18/3/2020) terkoreksi karena investor wait and see di tengah gejolak pasar akibat wabah virus corona (COVID-19) terus berlanjut.

Melemahnya harga obligasi senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang negara maju dan berkembang lainnya.

Data Refinitiv menunjukkan penurunanharga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.

Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. Seri acuan yang paling naikhari ini adalah FR0082 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield22,7 basis poin (bps) menjadi 7,55%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 18 Mar'20

Seri

Jatuh tempo

Yield 17 Mar'20 (%)

Yield 18 Mar'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 18 Mar'21 (%)

FR0081

5 tahun

6.73

6.738

0.80

6.6918

FR0082

10 tahun

7.32

7.547

22.70

7.5778

FR0080

15 tahun

7.742

7.771

2.90

7.8161

FR0083

20 tahun

7.848

7.951

10.30

7.8788

Sumber: Refinitiv

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga melemah. Indeks tersebut turun 1,33 poin (0,5%) menjadi 267,89 dari posisi kemarin 269,23.

Koreksi di pasar surat utang hari ini senada dengan pelemahan rupiah di pasar valas yang menembus level Rp 15.200/US$.

Investor Pilih Uang Tunai

Penurunan harga SUN senada dengan pelemahan di pasar surat utang pemerintah negara berkembang dan maju. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN yang menjadi terburuk ketiga di antara negara berkembang.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju terpantau melemah, yang kesemuanya mengalami kenaikan tingkat yield, kecuali Brasil yang mengalami penurunan Yield 77 basis pon (bps).

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 17 Mar'20 (%)

Yield 18 Mar'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

8.32

7.55

-77.00

China (A+)

2.753

2.782

2.90

Jerman (AAA)

-0.379

-0.224

15.50

Prancis (AA)

0.325

0.487

16.20

Inggris Raya (AA)

0.518

0.788

27.00

India (BBB-)

6.259

6.298

3.90

Jepang (A)

0.012

0.057

4.50

Malaysia (A-)

3.195

3.375

18.00

Filipina (BBB)

4.835

4.891

5.60

Rusia (BBB)

8.08

8.21

13.00

Singapura (AAA)

1.399

1.607

20.80

Thailand (BBB+)

1.36

1.59

23.00

Amerika Serikat (AAA)

0.819

1.196

37.70

Afrika Selatan (BB+)

10.76

11.105

34.50

Sumber: Refinitiv

Hal tersebut mencerminkan investor global masih menghindari segala macam bentuk investasi dari aset berisiko (risk appetite), obligasi pemerintah, bahkan safe haven emas dan lebih memilih uang tunai. 

Di tengah situasi seperti sekarang, peran Bank Indonesia (BI) pun semakin ditunggu, yakni membeli obligasi yang dilepas investor asing agar pasar surat utang Indonesia tetap stabil dan kondusif.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har) Next Article Investor Bidik Saham Lagi, Pasar Obligasi RI Terkoreksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular