
Dihantui Corona, Obligasi Juga Ditinggalkan Investor

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada hari Rabu (18/3/2020) terkoreksi karena investor wait and see di tengah gejolak pasar akibat wabah virus corona (COVID-19) terus berlanjut.
Melemahnya harga obligasi senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang negara maju dan berkembang lainnya.
Data Refinitiv menunjukkan penurunanharga surat utang negara (SUN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun, FR0080 bertenor 15 tahun, dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. Seri acuan yang paling naikhari ini adalah FR0082 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield22,7 basis poin (bps) menjadi 7,55%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 18 Mar'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 17 Mar'20 (%) | Yield 18 Mar'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 18 Mar'21 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 6.73 | 6.738 | 0.80 | 6.6918 |
FR0082 | 10 tahun | 7.32 | 7.547 | 22.70 | 7.5778 |
FR0080 | 15 tahun | 7.742 | 7.771 | 2.90 | 7.8161 |
FR0083 | 20 tahun | 7.848 | 7.951 | 10.30 | 7.8788 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga melemah. Indeks tersebut turun 1,33 poin (0,5%) menjadi 267,89 dari posisi kemarin 269,23.
Koreksi di pasar surat utang hari ini senada dengan pelemahan rupiah di pasar valas yang menembus level Rp 15.200/US$.
Investor Pilih Uang Tunai
Penurunan harga SUN senada dengan pelemahan di pasar surat utang pemerintah negara berkembang dan maju. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN yang menjadi terburuk ketiga di antara negara berkembang.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju terpantau melemah, yang kesemuanya mengalami kenaikan tingkat yield, kecuali Brasil yang mengalami penurunan Yield 77 basis pon (bps).
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 17 Mar'20 (%) | Yield 18 Mar'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 8.32 | 7.55 | -77.00 |
China (A+) | 2.753 | 2.782 | 2.90 |
Jerman (AAA) | -0.379 | -0.224 | 15.50 |
Prancis (AA) | 0.325 | 0.487 | 16.20 |
Inggris Raya (AA) | 0.518 | 0.788 | 27.00 |
India (BBB-) | 6.259 | 6.298 | 3.90 |
Jepang (A) | 0.012 | 0.057 | 4.50 |
Malaysia (A-) | 3.195 | 3.375 | 18.00 |
Filipina (BBB) | 4.835 | 4.891 | 5.60 |
Rusia (BBB) | 8.08 | 8.21 | 13.00 |
Singapura (AAA) | 1.399 | 1.607 | 20.80 |
Thailand (BBB+) | 1.36 | 1.59 | 23.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.819 | 1.196 | 37.70 |
Afrika Selatan (BB+) | 10.76 | 11.105 | 34.50 |
Sumber: Refinitiv
Hal tersebut mencerminkan investor global masih menghindari segala macam bentuk investasi dari aset berisiko (risk appetite), obligasi pemerintah, bahkan safe haven emas dan lebih memilih uang tunai.
Di tengah situasi seperti sekarang, peran Bank Indonesia (BI) pun semakin ditunggu, yakni membeli obligasi yang dilepas investor asing agar pasar surat utang Indonesia tetap stabil dan kondusif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Investor Bidik Saham Lagi, Pasar Obligasi RI Terkoreksi