Mau Bunuh Virus Corona Pakai Suku Bunga? Memangnya Bisa?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 March 2020 07:00
Corona Sebabkan Masalah Pasokan, Bukan Permintaan
Ilustrasi Pabrik Mobil (REUTERS/Fabian Bimmer)
Pertanyaannya, apakah stimulus moneter bakal efektif memerangi dampak penyebaran virus corona? Apakah stimulus moneter adalah kebijakan yang tepat sasaran?

Sayangnya, mungkin jawabannya tidak.

Sebab penurunan suku bunga acuan akan mendorong ekonomi dari sisi permintaan. Kala suku bunga rendah, rumah tangga dan dunia usaha akan punya ruang untuk meningkatkan permintaan.

Masalahnya virus corona tidak menyerang ekonomi di sisi permintaan, melainkan pasokan. Seperti yang sudah disebut sebelumnya, virus corona membuat aktivitas masyarakat menjadi terbatas.

Salah satu yang terkena dampaknya adalah industri manufaktur, yang kekurangan pekerja karena khawatir tertular virus. Hasilnya sudah cetha wela-wela dalam rilis data terbaru di China.

Pada Januari-Februari 2020, produksi industri China turun 13,5% year-on-year (YoY). Ini adalah penurunan pertama sejak awal 1990.




Minimnya produksi industri Negeri Tirai Bambu mempengaruhi rantai pasok global. Maklum, China adalah pemain utama di rantai pasok berbagai sektor. Sebut saja, mau elektronik, otomotif, sampai produk pangan didominasi produk made in China.

 

Penurunan pasokan produk China membuat industri di berbagai negara kekurangan bahan baku/penolong atau barang modal. Akibatnya, output industri dunia turun. Output produksi turun sama dengan penurunan jumlah barang yang beredar di pasar. Ada kelangkaan.

Contohnya sudah terjadi di Indonesia. Pada Februari, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor non-migas dari China turun 49,63% dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan terbesar terjadi di kelompok bahan baku/penolong seperti besi baja, tembaga, pulp, dan kayu.


Kekurangan pasokan bahan baku/penolong dari China membuat dunia usaha mulai gloomy. Pada Februari, Purchasing Managers' Index (PMI) Asia yang merupakan kompilasi 13 negara berada di 37,9. Ini menjadi yang terendah sejak 2009.

"Produksi manufaktur Asia jatuh ke titik terendah dalam 11 tahun karena perusahaan melaporkan kebijakan yang terkait dengan penanggulangan virus corona seperti penutupan pabrik dan larangan perjalanan yang memukul rantai pasok. Kurangnya bahan baku menjadi penahan untuk meningkatkan produksi," sebut keterangan tertulis IHS Markit.


(aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular