
Stimulus & Jurus The Fed Tak Ampuh, IHSG Ambles 3,5%
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 March 2020 12:43

Dini hari tadi (Minggu malam waktu AS) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan memangkas suku bunga acuanya (Federal Funds Rate/FFR) sebesar 100 basis poin (bps) menjadi 0-0,25%. Suku bunga tersebut menjadi yang terendah sejak tahun 2015.
Selain itu The Fed juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (Quantitative Easing/QE) senilai US$ 700 miliar.
Bank sentral paling powerful di dunia ini juga memangkas suku bunga pinjaman darurat untuk perbankan sebesar 125 bps menjadi 0,25% dan memperpanjang tenornya menjadi 90 hari.
Pemangkasan suku bunga agresif The Fed dilakukan demi melindungi perekonomian AS dari dampak negatif pandemi virus corona.
"Dampak dari penyebaran virus corona akan membebani aktivitas ekonomi dalam jangka pendek sehingga menimbulkan risiko terhadap prospek ke depan. Dengan perkembangan ini, Komite memutuskan untuk menurunkan target suku bunga. Komite akan mempertahankan target ini sampai ada keyakinan bahwa ekonomi sudah membaik, penciptaan lapangan kerja ke titik maksimum, dan stabilitas harga sesuai dengan target," sebut keterangan tertulis The Fed.
Pelonggaran moneter yang dilakukan The Fed biasanya membuat bursa saham, tetapi kali ini bursa berjangka (futures) AS jutru ambrol higga menyentuh "batas bawah" 5%.
Ambrolnya bursa berjangka AS menunjukkan buruknya sentimen pelaku pasar yang turut mengirim hawa negatif ke bursa Asia.
Pelaku pasar masih dibuat cemas oleh pandemi virus corona yang berisiko menekan pertumbuhan ekonomi global, juga ekonomi AS.
Sebelum The Fed, di bulan ini Bank Indonesia (BI) memberi stimulus moneter dengan mengeluarkan lima langkah kebijakan. Yang pertama BI meningkatkan intensitas intervensi di pasar keuangan atau triple intervention, yang kedua menurunkan GWM valas untuk bank umum, dari 8% menjadi 4% dari DPK.
Kemudian yang ketiga yang ketiga, BI menurunkan GWM untuk rupiah 50 bps yang berlaku 1 April 2020 selama 9 bulan. GWM tersebut ditujukan untuk mempermudah bank untuk pembiayaan ekspor dan impor.
Yang keempat, BI memperluas cakupan underlying transaksi bagi investor asing dalam lindung nilai. Dan yang kelima, BI menegaskan investor global dapat menggunakan bank kustodi baik global maupun domestik untuk kegiatan investasi di Indonesia.
Tujuan lima kebijakan tersebut juga sama, agar roda perekonomian terus berputar saat terjadinya pandemi COVID-19. BI akan kembali mengumumkan kebijakan moneter Kamis pekan ini, ada peluang suku bunga akan kembali dipangkas mengikuti kebijakan The Fed.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Selain itu The Fed juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (Quantitative Easing/QE) senilai US$ 700 miliar.
Bank sentral paling powerful di dunia ini juga memangkas suku bunga pinjaman darurat untuk perbankan sebesar 125 bps menjadi 0,25% dan memperpanjang tenornya menjadi 90 hari.
"Dampak dari penyebaran virus corona akan membebani aktivitas ekonomi dalam jangka pendek sehingga menimbulkan risiko terhadap prospek ke depan. Dengan perkembangan ini, Komite memutuskan untuk menurunkan target suku bunga. Komite akan mempertahankan target ini sampai ada keyakinan bahwa ekonomi sudah membaik, penciptaan lapangan kerja ke titik maksimum, dan stabilitas harga sesuai dengan target," sebut keterangan tertulis The Fed.
Pelonggaran moneter yang dilakukan The Fed biasanya membuat bursa saham, tetapi kali ini bursa berjangka (futures) AS jutru ambrol higga menyentuh "batas bawah" 5%.
Ambrolnya bursa berjangka AS menunjukkan buruknya sentimen pelaku pasar yang turut mengirim hawa negatif ke bursa Asia.
Pelaku pasar masih dibuat cemas oleh pandemi virus corona yang berisiko menekan pertumbuhan ekonomi global, juga ekonomi AS.
Sebelum The Fed, di bulan ini Bank Indonesia (BI) memberi stimulus moneter dengan mengeluarkan lima langkah kebijakan. Yang pertama BI meningkatkan intensitas intervensi di pasar keuangan atau triple intervention, yang kedua menurunkan GWM valas untuk bank umum, dari 8% menjadi 4% dari DPK.
Kemudian yang ketiga yang ketiga, BI menurunkan GWM untuk rupiah 50 bps yang berlaku 1 April 2020 selama 9 bulan. GWM tersebut ditujukan untuk mempermudah bank untuk pembiayaan ekspor dan impor.
Yang keempat, BI memperluas cakupan underlying transaksi bagi investor asing dalam lindung nilai. Dan yang kelima, BI menegaskan investor global dapat menggunakan bank kustodi baik global maupun domestik untuk kegiatan investasi di Indonesia.
Tujuan lima kebijakan tersebut juga sama, agar roda perekonomian terus berputar saat terjadinya pandemi COVID-19. BI akan kembali mengumumkan kebijakan moneter Kamis pekan ini, ada peluang suku bunga akan kembali dipangkas mengikuti kebijakan The Fed.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular